Chapter 28

1.2K 165 13
                                    

Yuki menggenggam erat kunci yang terasa dingin di tangannya. Ia mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu memasukkan kunci ke lubang kunci dan memutarnya. Pintu pun terbuka. Ketika ia melangkah masuk, ia merasa seakan melangkah masuk ke dalam diri Stefan. Dadanya berdebar-debar dan ia merasa gugup.



Kamar Stefan cukup besar dan cukup rapi untuk ukuran kamar seorang pria. Yuki melangkah masuk dengan perlahan dan melihat sekeliling kamar itu. Hanya ada sebuah ranjang besar, dan cat rumah yang putih bersih. Segalanya tampak rapi, seperti lantai marmer yang dilapisi karpet warna putih, bed cover warna hitam yang tampak klasik dan ekslusif dalam nuansa kamar yang didominasi cat warna putih.




Yuki menghampiri lemari pakaian Stefan dan membukanya. Ia menyentuh setiap pakaian yang tergantung di sana. Lalu tangannya yang gemetar berhenti bergerak. Ia menyentuh jaket cokelat yang sudah sangat dikenalnya. Tangannya meluncur turun di sepanjang lengan jaket itu. Stefan sering memakai jaket ini. Yuki ingat saat ia pertama kali melihat Stefan memakainya ketika laki-laki itu bertemu dengannya di koridor sekolah. 




Pertemuan pertama mereka yang terkesan begitu melodrama, ya tentu saja. Dia menabrak Stefan di koridor saat itu. Tanpa disadari Yuki tersenyum mengingat saat itu. Merasa ia sudah nyaris larut dalam kesedihan, Yuki memalingkan wajah ke arah meja kecil di seberang tempat tidur.



Di atas meja itu ada sebuah laptop, beberapa buku dan memo. Yuki menarik kursi dan duduk menghadap meja itu. Tangannya mengelus perlahan permukaan meja, lalu menyentuh laci di depannya dan membukanya. Sejenak ia tidak bisa merasakan detak jantungnya ketika melihat apa yang ada di dalam laci. Tangannya kembali gemetar ketika menyentuh kumpulan foto yang seluruhnya adalah gambar dirinya. Foto yang entah kapan diambil oleh Stefan, karena dia sama sekali tidak merasa dirinya pernah difoto kecuali saat malam kelulusan waktu itu.


 Foto yang entah kapan diambil oleh Stefan, karena dia sama sekali tidak merasa dirinya pernah difoto kecuali saat malam kelulusan waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dia bangkit dari kursi sambil mengambil kumpulan foto-foto itu lantas duduk di atas ranjang Stefan yang terasa begitu dingin. Napasnya seakan tercekat di tenggorokkan ketika melihat sebuah foto yang menunjukkan dirinya dan Stefan yang tengah berdansa di malam kelulusan SMA memakai baju berwarna senda, tangan Stefan merangkul pinggangnya sedangkan ia meletakkan sebelah tangannya dibahu Stefan. Mereka terlihat begitu bahagia saat itu. Dan Stefan terlihat... begitu tampan dan senyumannya benar-benar membuat Yuki merindukkannya sekarang.




Foto itu membuatnya tidak bisa bernapas. Dia menyadari ternyata ia sudah menangis ketika air matanya menetes ke foto yang dipegangnya. Ia menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tangis, tetapi tidak berhasil. Dengan tangan yang masih gemetar, Yuki membalikkan foto itu, ada sebuah tulisan dibaliknya




" She's my life. She's my breath. She's my sunshine. She's my missing puzzle piece. I love her, today. Tomorrow. Forever."




Semakin lama pandangannya semakin kabur, dadanya semakin berat, dan napasnya semakin sulit. Hanya tangisannya yang bergema di dalam kamar itu. Yuki membiarkan dirinya menangis dengan keras. Menangisi dirinya, menangisi Stefan, dan menangisi kenyataan. Ia menangis sampai kehabisan napas dan kelelahan.




Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang