Chapter 9

2.1K 232 5
                                    

Yuki's P.O.V

Beberapa saat setelah kelas Ekonomi selesai, aku langsung keluar dari ruang kelas. Kakiku lantas berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kantin dengan langkah cepat. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kantin, mencoba mencari sosok Stefan.

Demi Tuhan. Mengapa aku belum juga menemukannya?

Sebenarnya Stefan William itu manusia atau vampir, yang punya kemampuan menghilang seketika? Aku mendengus. Astaga gagasan konyol macam apa itu? Kepalaku menggeleng pelan, menyadari betapa bodohnya gagasan dalan benakku itu. Aku kembali celingak-celinguk ke segala arah dengan cepat, ketika mendadak aku merasakan sikuku ditarik. Sebuah lengan besar melingkari leherku, menarikku merapat ke tubuhnya. Dan dalam kondisi yang sedekat ini, aku bisa merasakan panas tubuh orang yang menarikku merambat ke seluruh permukaan kulitku. Aku meneguk ludah, merasa tercekat selama beberapa saat. Dan rasa terkejutku belum habis, ketika aku merasakan seseorang membenamkan hidungnya ke helaian rambutku. Lalu sedetik setelahnya sebuah suara bisikan ,yang membuat seluruh syaraf tubuhku bergetar terdengar, tepat di telingaku.

"Mencariku?"

Itu suara Stefan William. Aku menelan ludah. Hell. Bagaimana bisa pria aneh sepertinya bisa membuatku terpesona seperti sekarang? Ini gila. Benar-benar gila. Aku berdecak, dengan cepat menarik diri dari cekalannya dan membalikkan tubuhku. Sekarang aku langsung berhadapan dengan Stefan yang tengah menyeringai dengan pandangan yang menyipit. Mata hezelnya tampak geli ketika melihatku. Oh God, bagaimana bisa dia tampak menyebalkan dan tampan disaat yang bersamaan?!

Hell... apa yang aku katakan tadi?! Dia tampan? Oh baiklah kuakui itu memang benar.

"Whoa, slow down, babe." katanya, dengan nada mengejek yang kental dalam suaranya.

Aku mendengus sembari melipat tanganku di dada dan memutar mata padanya.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan 'Babe'! We are not dating, remember that? " Aku berucap ketus sambil menatapnya tajam.

Stefan tersenyum miring padaku, ia menaikkan sebelah alisnya, "Aku tidak menyangka jika kau ingin aku menjadikanmu pacarku."

Kata-kata yang selanjutnya keluar dari mulutnya berhasil membuatku terdiam selama beberapa detik.

What The Hell?!

"Apa?! Aku tidak- baiklah lupakan! Dengar aku mencarimu karena ingin kau menjelaskan tentang ini!" Dengan kesal aku menyodorkan beberapa lembar foto itu pada Stefan.

Butuh beberapa detik, untuknya mengambil foto itu dari tanganku. Sedetik setelah ia melihat foto, itu ekspresi wajah Stefan seketika berubah menjadi dingin.

"Who the hell doing this?!" Teriaknya marah

"Jadi bukan kau?"

"Aku? Hell... kau pikir aku sudah tidak waras melakukan hal sinting seperti ini?!"

"Lantas?" Aku menatap Stefan, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu beberapa detik kemudian ia berbalik menatapku.

"CCTV... ya, kita harus keruang cctv sekarang."

"Tapi.. tidak ada yang diperbolehkan masuk kesana selain pegawai, Stefan."

"You should remember who I am, baby." Stefan tersenyum miring, kemudian melangkah begitu saja mendahuluiku.

Aku mendengus, merasa jengkel selama beberapa saat. Ah ya bagaimana aku bisa lupa? Stefan adalah putra Leonardo Robin William, pemilik sekolah ini. Tentu saja ia bisa keluar-masuk ke ruangan manapun disekolah ini sesuka hatinya. Aku memutar mata lantas melangkah mengekori Stefan, berjalan menuju ruang CCTV.

Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang