Chapter 4

2.5K 228 4
                                    

Yuki kembali mengela nafas dengan berat, ketika memikirkan hukuman apa yang akan diberikan Kesha atas kejadian malam ini. Mungkin saja Kesha akan memarahinya selama berjam-jam hingga kehabisan kata-kata. Oh... atau mungkin ia akan memotong uang jajannya dan mengurungnya selama weekend?

Hell. Memikirkan hal itu membuat Yuki kembali merasakan pusing dikepalanya. Gadis itu mendesah kesal, lalu beralih menatap ponsel putihnya yang mati, karena kehabisan bateray itu dengan frustasi.

"Ya tuhan tidak bisakah hari ini lebih buruk lagi?!" Ia mendesis pelan, sambil menatap langit-langit kamar itu. Tangannya memukul pelan kepalanya berkali-kali. Yuki sangat frustasi dengan semua ini

Suara decitan pintu yang dibuka oleh seseorang membuatnya menoleh. Ia tertegun selama beberapa, saat melihat Stefan yang tengah berdiri diambang pintu, dengan ekspresi datarnya. Pria itu melangkah mendekati tempat tidur. Mata hezelnya menyipit menatap Yuki yang tertegun itu.

"Kau butuh mandi." Stefan berucap datar sambil memutar mata hezelnya. Ia melempar sebuah kantung kertas pada Yuki

"Itu pakaian bersih, yang kupikir kau butuhkan." Mata Yuki membulat sempurna mendengar ucapan Stefan. Gadis itu lantas membuka kantung kertas tersebut. Yuki menelan ludah, merasa sedikit tercekat selama bebetapa saat

Stefan memiliki pakaian wanita? Oh Tuhan ap...apakah? Gadis itu membatin dengan ngeri. Mulai berpikir hal yang tidak-tidak.

Sampai akhirnya Stefan berdecak kesal. Seakan mengerti apa yang sedang dipikirkan Yuki dengan cepat ia kembali bersuara. "Pakaian itu milik mendiang ibuku. Jadi jangan berpikir yang tidak-tidak terntangku."


Yuki menundukkan kepalanya merasa malu karena berpikir demikian. Dia berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah itu, dalam helaian rambut panjangnya. Gadis itu diam, sambil memainkan kuku jarinya. Dia binggung harus berkata apa. Hingga akhirnya suara datar Stefan terdengar, membuatnya mengangkat kepala.

"Kau sudah minum Advil?"

Yuki mengangguk

"Bagus, temui aku di bawah sesaat setelah kau mandi." Stefan berjalan menuju pintu kemudian keluar dari kamar setelahnya. Yuki bangkit dari tempat tidur kemudian berjalan dengan malas-malasan menuju kamar mandi


---


Stefan's P.O.V

Aku berjalan menuju sofa dengan sebuah kaleng soda ditangan kiriku sedangkan tangan kananku meraih remot televisi. Di saat bersamaan suara derap kaki seseorang membuat gerakanku terhenti. Siapa itu? Apakah gadis itu? Hem... rasanya tidak mungkin, karna aku baru saja menyuruhnya mandi dan ia tidak mungkin mandi secepat itu. Aku menoleh ke belakang dan seorang gadis berambut hitam tengah menatapku penuh selidik. Oh Tuhan aku benar-benar muak melihatnya. Aku mendengus pelan, lantas mengabaikannya seperti biasa.

"Apakah ada seseorang di dalam kamarmu Stef?" Nasya berujar dengan penasaran, yang selalu saja membuatku muak setengah mati.

Aku mengendus kesal. Bloody Hell, sampai kapan ia akan selalu mencampuri urusanku?

"None of your godamn bussnies." Jawabku dengan nada dingin. Aku pikir setelah mendengar jawaban itu, ia akan kembali ke kamarnya. Tetapi aku salah, gadis itu justru berjalan menuju kamarku. Aku mendesis kesal, lantas bangkit dari sofa lalu melangkah mendekatinya

"Aku bertugas menjagamu, Stefan. Jadi apa salahnya jika aku tau?" Nasya menatapku, mata hitamnya menyipit

"Hell, aku sudah bilang itu bukan urusanmu! Lebih baik kau kembali ke kamarmu." Aku menatapnya tajam. Dan untuk yang pertama kalinya ia tidak bereaksi apapun ketika aku melakukannya. Ia justru berbalik menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya

Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang