Chapter 6

2.4K 223 7
                                    

Stefan beranjak dari bangkit dari sofa, merogoh saku lantas mengeluarkan kunci mobil. Ia menatap Yuki sekilas, kemudian berbalik berjalan menuju pintu keluar. Langkahnya terhenti ketika mendengar gadis itu memanggil namanya. Pria itu menoleh ke belakang menatap Yuki dengan tanya.

"Um.. ap-apa aku boleh ikut?" Yuki menatap Stefan ragu

Awalnya pria itu sempat terlihat kaget sekaligus merasa binggung, namun ia tidak mau ambil pusing. Stefan mengangguk acuh lantas kembali berjalan keluar rumah. Sementara Yuki langsung berjalan mengekorinya.

---


Yuki's P.O.V

Kami berkendara dalam diam. Mataku melihat ke arah langit malam yang berada di luar jendela, sementara Stefan mengemudi dengan pandangan mata terkunci pada jalanan. Tidak ada yang menarik di langit, hal itu terlintas di pikiranku. Hanya ada langit gelap dengan gumpalan awan-awan hitam di sana, dan ada beberapa bintang yang menghiasi langit malam ini. Tapi hal itu sama sekali tidak menarik, dan membuatku mengalihkan pandangan kepada Stefan. Dari samping, aku mengamati lekukan hidungnya, matanya yang menatap lurus ke depan, bibirnya yang...

"Apa yang kau lihat dari wajahku?" Hanya sebuah pertanyaan simpel, namun berhasil membuat wajahku berubah memerah. Aku tersentak, dan secara refleks mengalihkan mataku ke jalanan yang lengang

Sial. Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku sedang memperhatikannya?

"Nothing." Aku menjawab sambil menahan nafas, mulai merasa gugup

Hell... apa yang terjadi denganku sebenarnya?

Stefan kembali menyetir dalam diam, dan beberapa saat kemudian ia mengentikan mobilnya tepat di halaman parkir rumah sakit. Dia mematikan mesin mobil, lantas menoleh padaku menatapku dengan ekspresi datarnya yang membuatku sebal. Gezz... entah mengapa aku jadi merasa kesal dengannya. Apa dia tidak bisa menapikkan tatapan ramah atau semacamnya?  Sejak pertama kali bertemu dengannya hanya pandangan datar, sinis dan marah yang kudapat. Mungkin ia butuh terapi mood wings atau kursus kepribadian untuk merubah sikap menyebalkannya itu.

"Kau mau turun atau tetap disini?! Cepat keluar!" Aku berdecak pelan sambil memutar mataku lantas segera keluar dari dalam mobil

Dia marah? Hell... aneh sekali. Untuk apa dia marah?

"Tidak usah berteriak, aku tidak tuli. Kau ini kenapa sih?! Tiba-tiba marah seperti itu? Dasar aneh..." Aku mengendus kesal, ia menatapku acuh kemudian berjalan dengan langkah cepat masuk ke dalam rumah sakit

---

Stefan meraih kenop pintu lalu membukanya, sementara aku mengekori langkahnya masuk ke dalam kamar itu. Seorang gadis berambut hitam yang kuketahui adalah Nasya, tengah berbaring di atas tempat tidur. Kepalanya diperban, diwajahnya ada beberapa luka gores dan kaki kanan yang digips. Aku mendengar Stefan menarik nafas, lalu lelaki itu berjalan mendekati ranjang Nasya.

"Stefan..." Gadis itu membuka matanya, menatap Stefan dengan pandangan berbinar-binar

Oh God. Dia pasti menyukai Stefan, itu sangat terlihat, terlebih pandangannya yang langsung berubah 180 derajat saat melihatku berada disini. Aku meremas kedua tanganku dibalik punggung. Hell, seharusnya aku tidak perlu datang kemari.

"Kau? Sedang apa kau disini?!" Nasya berujar dengan nada sinis yang membuatku tidak tahan untuk tidak memutar mata

Astaga. Dia ini, menyebalkan sekali. Huh... aku jadi menyesal ikut Stefan kesini.

Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang