Chapter 31

976 133 20
                                    

Carissa P.O.V


Aku menghembuskan napas pelan begitu lexus merah milik Zayn yang kutumpangi ini berhenti tepat disebuah toko pakaian terkenal milik Sandra Collen -seorang desainer gaun terbaik di Los Angeles-. Begitu Zayn mematikan mesin mobil, tanganku langsung terulur untuk meraih kenop pintu mobil, lantas mendorongnya lantas melangkah keluar dari mobil. Hari ini entah bagaimana, tiba-tiba saja Zayn mengajakku untuk pergi ke toko pakaian untuk membeli gaun yang akan kukenakan di hari pernikahan Yuki-Stefan besok.



Well, meski sejujurnya aku lebih suka pergi bersama Tara, bukan. Bukan karena aku tidak suka pergi dengan Zayn, tapi kupikir mengajak pria berbelanja terdengar sedikit aneh. Tapi mau bagaimana lagi, lelaki berambut cokelat gelap itu bersikeras membujukku untuk pergi ke toko ini. Aku kembali menarik napas pelan, dan aroma lavender langsung menyeruak masuk memenuhi indra penciumanku pada detik pertama begitu kakiku menapaki lantai marmer toko ini.  Mataku mengerjap dengan cepat begitu melihat deretan gaun indah yang tergantung apik di sana, astaga. Bagaimana bisa dalam waktu satu minggu semua gaun disini sudah berubah menjadi spektakuler? Oh yaampun, jika saja Tara ada disini, gadis itu pasti akan langsung menarikku lantas menjelajahi semua sudut ruangan untuk berburu gaun-gaun spektakuler itu.



"Well, baby girl kau bisa memilih gaunmu. Aku akan menunggu disini." Zayn tersenyum lembut padaku seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa bermotif leopard. Sementara aku hanya mengangguk, lantas berjalan menuju jajaran rak-rak yang dipenuhi berbagai macam gaun




Kedua tanganku memilah-milah pakaian yang tergantung disana. Ada gaun ungu lembut yang tampak misterius dan indah, namun mataku tiba-tiba saja tertuju pada sebuah gaun berwarna putih sifon yang terlihat begitu lembut dan anggun. Namun aku mengurungkan niatku untuk meraih gaun itu ketika menyadari gaun itu terlihat seperti milik Vanessa -temanku dikelas music- yang dia kenakan saat acara pesta dansa sekolah dulu. Aku menarik napas sambil mengacak satu persatu gantungan gaun yang ada, ketika mataku tertuju pada sebuah gaun aquamarine yang mempesona melekat disana. Dahiku berkerut selama beberapa saat sebelum akhirnya tanpa pikir panjang aku meraih gantungan tersebut dan membawanya ke kamar pas.




Hanya perlu kurang dari sepuluh menit bagiku untuk berganti pakaian dan menyadari bahwa gaun itu tampak bagus untuk tubuhku. Aku hanya perlu menambahkan sebuah aksesoris dan aku akan bisa tampil menakjubkan dengan gaun ini. Tanpa sadar sebuah senyuman lebar merekah di wajahku ketika aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin kamar pas. Setelah merasa bahwa aku sudah tampak bagus dengan gaun ini, aku melangkah keluar kamar Pas menuju tempat Zayn menunggu.


Aku bersuara. "Bagaimana dengan ini?"



Zayn menganggkat kepalanya, menatapku dengan padangan yang membuat perutku seakan menggerjang. Oh yaampun, tidak bisakah ia tidak melihatku sedemikian intens? Astaga. Ini menyebalkan.



"Ini bagus." Zayn berujar sambil tersenyum, ia lantas beranjak dari sofa dan melangkah mendekatiku, "Ambil gaun itu, kita harus segera pergi."


Aku mengernyit. "Memangnya kau ingin kita kemana lagi?"



"Bukankah kita haru membeli kado untuk Stefan-Yuki, Babe?"



Hadiah? Ah ya aku hampir melupakan hal penting itu.




***




Sudah satu jam, Jason menemani Tara berkeliling menyusuri mall untuk membeli kado pernikahan Stefan-Yuki. Namun tak kunjung membuahkan hasil, karena pada kenyataannya mereka berdua hanya berputar-putar dari satu toko ke toko lain tanpa membawa satu barang pun ditangan mereka. Sejujurnya Jason mulai merasa bosan dan berniat mengajak Tara pulang, tapi itu tidak mungkin. Pertama, karena mereka belum memperoleh sesuatu untuk diberikan pada Stefan-Yuki untuk pernikahan mereka besok. Kedua, Jason tidak ingin mengambil resiko jika Tara akan kesal lalu marah padanya dan beranggapan dia tidak ingin menemaninya itu untuk berbelanja. Terakhir, dia tidak mungkin datang ke pernikahan Stefan tanpa membawa sesuatu karena hal itu sangat memalukan. Dia tidak ingin dijuluki sahabat yang tidak tahu diri oleh para tamu undangan disana.


Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang