Chapter 1

5.4K 319 5
                                    

11 p.m at New York , USA

Suara bass milik pria itu, menggema diseluruh penjuru ruangan. Tangannya mengepal kuat seakan takut jika kepalan itu, terlepas seseorang akan terluka karenanya. Mata cokelat terangnya menatap marah pada seseorang di hadapannya. Dia kembali menghela napas kasar di udara, entah apa yang harus ia perbuat karena pikirannya kini benar-benar kacau.

"Sampai kapan kau akan selalu membuat masalah?! Benar-benar anak liar! Lihat akibat kelakuan bodohmu itu, kau membuatku malu!" Untuk kesekian kalinya pria paruh baya ini kembali mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, ia menatap tajam ke arah laki-laki berusia delapan belas tahun di hadapannya itu. Tangan kanannya hampir menyentuh pipi anak laki-laki itu jika saja hatinya tidak memerintahkan ia untuk berhenti

"Kenapa Dad? Pukul saja. Itu akan membuatmu puas kan?" Anak lelaki itu menjawab dengan nada datar, mata hezelnya menatapnya tanpa ekspresi

Pria paruh baya itu membulatkan kedua bola matanya, amarahnya kembali meledak-ledak mendegar ucapan sang anak yang terdengar melecehkan itu.

" Ya Tuhan!!! Aku pasti akan masuk rumah sakit jiwa jika terus seperti ini. Cukup! Kelakuan sialanmu itu kali ini sudah keterlaluan, kau benar-benar harus diberi pelajaran!" Dia lantas merogoh saku mengeluarkan ponsel lalu menghubungi seseorang

"Kemasi semua barang-barangmu, aku akan mengirimmu ke LA. "

Sebelum mendengar protes dari sang anak, pria ini sudah pergi terlebih dahulu keluar ruangan. Sesaat setelah pintu ditutup terdengar suara anak laki-laki itu memaki sambil mengacak rambut cokelatnya.

"Aaarrrrrgggghhhh... shit!"


***


Bau minuman keras sejenis Margarita, Tequila, Vodka dan Wine begitu menusuk pernafasan di dalam club. Asap rokok yang bertebaran di dalam ruangan club, yang tampak remang-remang itu kian bercampur menjadikan wewangian yang begitu memuakkan. Namun hal itu sama sekali tidak membuat orang-orang dalam club ini tergangu, termasuk seorang lelaki bermata hezel yang sedang duduk di depan meja bar bersama gelas-gelas Margarita.

"Sebaiknya kau pulang, sudah tiga botol Margarita kau habiskan. Aku tidak ingin kau mati karena hangover disini." Bartender itu kembali bersuara setelah memberi laki-laki bermata hezel itu sebuah botol margarita untuk yang ke empat kalinya

"Shut up, James, lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu." Dia kembali menenggak cairan sialan bernama alkohol itu. Lensa matanya menatap sekitar, kemudian mendogak ketika merasa seseorang menyentuh wajahnya

"Ternyata dugaanku benar. Kau pasti disini bersama minuman sialan itu." Suara sopran seorang gadis terdengar detik berikutnya. "Ini sudah pukul 2 pagi Stefan! Sekarang ayo pulang!"

Gadis itu menarik lengan Stefan dengan paksa, namun laki-laki itu sama sekali tidak beranjak dari duduknya. Ia menatap gadis dihadapnnya dengan acuh, lalu kembali meneguk segelas Margarita di hadapannya.

"Mengikutiku lagi hem? Apa kau tidak punya pekerjaan yang lebih penting dari ini?" Stefan menyahut dingin, membuat gadis di hadapannya hanya dapat menghela nafas

Baiklah berdebat dengan seorang Stefan hanya akan membuat kesabaranmu habis, jadi gadis ini memutuskan untuk segera melakukan hal biasa yang ia lakukan.

Saat kain itu mendarat di wajah Stefan, pria itu langsung tak sadarkan diri. Hell.. jangan berfikir bahwa gadis ini akan mencelakakan Stefan atau semacamnya. Ia hanya membuat pria ini pingsan untuk sementara, agar dapat membawanya pulang.



Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang