Teman?

1.7K 230 7
                                    

But instead of a new life
All they find is a door that's closed
And they keep looking for
A place called hope.

(White Dove, Scorpions)

----------------------------------------

Ternyata aku salah. Sudah satu minggu tepat sejak kepindahanku ke asrama ini, pandangan sebagian besar, atau bisa kubilang hampir semua, penghuni di sini masih saja sama seperti ketika baru pertama kali melihatku. Mereka, entah dengan terang-terangan atau diam-diam, akan menatapku lebih lama dan mengamati gerak-gerikku.

Yah, kecuali untungnya ada beberapa orang yang sudah memperlakukanku dengan biasa-biasa saja. Sebut saja Choi Seungcheol sang ketua asrama, Hong Jisoo si baik hati yang selalu mau membantuku ketika dibutuhkan, juga Lee Chan mahasiswa termuda di sini yang entah kenapa jika ada kesempatan suka sekali mengekorku. Ada juga Lee Seokmin si ceria bersenyum lebar teman sekamar Hong Jisoo, si berisik dan tukang heboh Boo Seungkwan, dan terakhir seorang blasteran Amerika yang belum pernah sekalipun kudengar berbicara menggunakan bahasa Inggris, Hansol Vernon Chwe, yang adalah teman sekamar Boo Seungkwan.

Meraka yang aku sebutkan tadi, kecuali Choi seungcheol, akan dengan senang hati menemaniku ketika aku harus makan di kafetaria. Meraka akan membuatku merasa nyaman di antara tatapan-tatapan mata penasaran. Aku tahu bahwa wajahku dengan rambut panjang yang terlihat seperti "wanita" ini akan menarik perhatian orang-orang, terutama di sini, asrama yang penghuninya semuanya adalah laki-laki. Dulu aku sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini, dan sekarang meskipun menyebalkan aku juga harus mulai belajar untuk membiasakan diri dengan perlakuan seperti ini lagi di lingkunganku yang baru. Benar-benar merepotkan.

Apakah aku sudah mengatakan bahwa aku sekamar dengan sang ketua asrama, Choi Seungcheol?

Kebetulan mulai dua minggu yang lalu Choi Seungcheol tinggal sendirian di kamar yang harusnya untuk dua orang karena teman sekamarnya dulu memutuskan untuk pindah dan memilih tinggal di rumah. Itu berarti hanya tersisa kamar Choi Seungcheol saja yang bisa aku tempati.

Kamar di asrama ini cukup nyaman dengan satu kamar untuk dua orang. Terdapat tiga ruangan dalam setiap kamar. Ada toilet, ruang untuk tidur dengan dua single bed, dua almari, dua meja juga air conditioner, dan satu ruang lagi aku tidak terlalu mengerti apa sebenarnya fungsinya. Mungkin penggunaan ruangan itu tergantung pada penghuninya masing-masing ingin memanfaatkannya untuk apa.

Hari ini tidak seperti biasanya, aku duduk sendirian saja di kafetaria. Dengan sedikit gugup berusaha mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapku dengan penasaran. Untuk pertama kalinya aku harus berangkat ke kampus sendirian. Sebelumnya selalu saja ada dari mereka yang tadi kusebutkan namanya, kecuali Choi Seungcheol, akan menemaniku karena kami mengikuti kelas yang sama. Terutama Boo Seungkwan. Hanya ada dua atau tiga kelas dari keseluruhan kelas yang aku ambil yang tidak bersama dengannnya. Salah satunya adalah kelas yang akan aku ikuti pagi ini.

Sebuah nampan berisi semangkuk dakju, sebotol air mineral, dan satu buah apel tiba-tiba diletakkan di atas meja yang aku tempati. Aku yang tengah menikmati sandwichku mendongak dan mendapati seorang laki-laki paling imut yang pernah aku lihat berdiri di depan mejaku. Dan ketika aku mengatakan imut, bukan hanya wajah saja tetapi juga tinggi badannya.

"Apa aku boleh bergabung denganmu?" tanyanya.

Aku mengangguk mempersilahkan.

Laki-laki mungil di depanku duduk dan memulai memakan buah apelnya. "Tumben sekali kau tidak bersama dengan segerombolan teman-temanmu yang berisik itu."

Aku menghentikan kegiatan mengunyahku sesaat. Setidaknya ada beberapa hal yang dia katakan ada benarnya. Boo Seungkwan dan Lee Seokmin memang suka berisik. "Mereka tidak ada kelas pagi ini."

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now