Choi Seungcheol: Hah!

1K 189 52
                                    

"Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya."

-Seno Gumira Ajidarma- (dalam cerpennya Linguae)

----------------------------------------

Demi Tuhan! Udaranya semakin dingin dan bodohnya aku hanya memakai selembar t-shirt tipis berlengan pendek dan sebuah celana jeans panjang yang warna birunya sudah lumayan usang. Kalau tahu begini aku akan membawa jaket tebal.

Tetapi siapa yang bakal menduga kalau akan seperti ini jadinya. Dari jam sembilan pagi aku sudah menunggu di sini dengan harapan Jeonghan akan mau menemuiku dan sampai dengan saat ini, pukul sembilan malam, dia tidak juga menampakkan diri. Itu berarti sudah dua belas jam aku telah menunggunya.

Bukan berarti aku tidak mencoba dengan sekuat tenaga memberitahukan padanya keberadaanku. Aku sudah mencoba untuk meneleponnya yang semua panggilanku kalau tidak diabaikannya akan langsung diputusnya. Aku juga sudah mengirimkan rentetan pesan yang hanya dibacanya saja tanpa ada balasan apapun.

Sial!

Aku juga benar-benar lapar.

Dua belas jam menunggu aku hanya sekali menyempatkan diriku memakan sebungkus roti dan meminum sebotol air mineral. Itupun karena aku yang tidak tahan ingin ke kamar mandi akhirnya memutuskan untuk pergi sebentar mencari mini market yang ada di sekitaran sini sekaligus membeli roti dan air. Tetapi karena takut nanti ketika aku pergi Jeonghan tiba-tiba datang dan tidak menemukanku, yang malah akan membuatnya kesal, aku memutuskan untuk tidak membuang-buang waktuku dengan tidak membeli makanan lain dan cepat-cepat kembali ke tempatku semula.

Tetapi sayangnya sampai dengan saat ini Jeonghan tidak juga kunjung datang.

Atau mungkin aku harus mencoba untuk menghubunginya sekali lagi?

Tentu saja aku tidak akan menyerah untuk memperbaiki hubunganku dengannya setelah beberapa kali aku menghancurkan kesempatanku untuk menjelaskan semuanya padanya. Kali ini mungkin bisa dibilang adalah kesempatan terakhirku. Dan jika lagi-lagi aku gagal memperbaiki hubungan kami hari ini maka sepertinya aku akan memilih untuk menyerah dan membiarkan Jeonghan melakukan apapun yang diinginkannya.

Seperti mungkin saja sebenarnya yang dia inginkan adalah putus dariku...?

Dengan cepat aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku berulang kali untuk menghilangkan bayangan kemungkinan Jeonghan akan memutuskanku. Gelengan cepat dan kuat kepalaku membuatku menjadi sedikit pusing.

Tidak. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak.

Aku akan memastikan kalau hal itu tidak akan terjadi. Jadi lebih baik aku menghubungi Jeonghan lagi dengan mencoba mengirimkan pesan untuknya.

Sampai dia meresponsnya.

Kembali menjangkau ponsel di sampingku, dengan tangan yang rasanya ingin membeku karena angin dan udara malam yang bertambah dingin, aku mengetikkan pesan dengan cepat untuk Jeonghan.

'Jeonghan aku masih menunggumu sampai saat ini. Aku kelaparan dan benar-benar kedinginan. Apa kau tega membiarkanku mati kedinginan di sini menunggumu?'

Kirim.

Apa pesan yang baru saja kukirimkan terkesan mengancam? Harusnya aku menuliskan sesuatu yang lebih persuasif dan bukannya mengancam seperti itu.

Baiklah. Aku akan mencoba mengirim pesan sekali lagi.

'Aku akan benar-benar menunggumu di sini dan tidak akan pergi sebelum kau datang menemuiku. Jadi kumohon datanglah~'

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang