Keras Kepala?

408 66 34
                                    

Maybe it's the way your brain works
Maybe we don't use the right words
Baby, we're too stubborn
it hurts, it hurts

(Ashes, Meghan Trainor)

--------------------------------------

"Sudah lima hari..."

Aku segera memberikan tatapan mengernyitku pada Jihoon, membuat dia langsung membungkam mulutnya.

Meskipun Jihoon tidak melanjutkan perkataannya, aku bisa langsung menangkap maksud yang ingin dia sampaikan. Karena itulah aku memberinya sebuah peringatan, menunjukkan bahwa aku masih tidak ingin membicarakan topik tersebut.

Tentu saja aku juga mengabaikan bagaimana Jihoon dan Soonyoung saat ini sedang saling berpandangan pasrah setelah mendapat reaksi keras kepala dariku.

Biarkan saja Choi Seungcheol melakuakn aksi bodohnya di luar sana.

Aku tidak peduli.

Lagian baru juga lima hari...

"Rencananya nanti Jihoon dan aku akan berjalan-jalan ke pantai dan melihat pertunjukan air mancur. Kau ikut?" Soonyoung membuka suara, mengganti topik obrolan.

"Boleh..." segera aku menjawab, dengan kooperatif membantu Soonyoung dalam usahanya meringankan suasana canggung yang mulai terbentuk di antara kami. Namun tiba-tiba bayangan Seungcheol yang sedang berdiri di luar pagar rumahku muncul sekelebat dalam otakku, membuat moodku seketika kembali menjadi hancur. "Sepertinya aku tidak bisa ikut."

Kali ini gurat cemas terlihat di wajah Soonyoung dan Jihoon ketika mereka kembali saling bertatapan.

"Kau yakin tidak mau ikut?" Jihoon memastikan. "Mungkin saja kau butuh menghirup udara segar untuk bisa menjernihkan pikiranmu?"

"Tidak akan ada gunanya aku menjernihkan pikiranku saat ini," sahutku sambil menggelengkan kepala sebelum kemudian menghela napas lemah. "Yang bermasalah bukan pikiranku, tetapi suasana hatiku. Maaf, kali ini aku tidak bisa ikut. Kalian pergilah berdua dan pakai saja mobilku."

Sialan!

Ini semua gara-gara Seungcheol. Aku tidak ingin keluar dari rumahku karena tidak ingin melihat wajah Seungcheol.

Hari pertama ketika dia memutuskan untuk berdiri di luar pagar rumahku, aku masih bisa bersikap tak acuh dan pura-pura tidak melihatnya setiap kali keluar dan masuk rumah.

Hari kedua, aku masih berusaha untuk bersikap tidak acuh. Sebisa mungkin membuat mataku tidak menangkap sosok Seungcheol yang tersenyum padaku, yang ternyata susah sekali kulakukan.

Hari ketiga, sekuat tenaga aku bersikap untuk tidak peduli meskipun aku merasa mulai terganggu setiap kali melihat wajahnya. Tidak hanya terganggu dengan apa yang Seungcheol lakukan, tetapi juga merasa terganggu pada diriku sendiri yang mulai merasa tidak tega melihat Seungcheol berdiri di luar rumahku, memberiku senyumannya setiap kali aku keluar atau masuk rumah. Membayangkan ia berdiri seharian di bawah terik matahari di musim panas ini...

Ugh! Hentikan rasa kasihanmu itu Yoon Jeonghan!

Kau tidak perlu kasihan karena apa yang dia lakukan bukanlah kesalahanmu. Itu adalah keputusan Seungcheol sendiri. Kau sudah mengatakan tidak ingin berbicara dengannya dan juga sudah memintanya untuk pergi dengan baik-baik.

Akhirnya karena tidak ingin melihat Seungcheol lagi, pada hari ke-empat aku memutuskan untuk tidak pergi kemanapun dan seharian hanya berada di dalam rumah, menunggu Seungcheol untuk bosan dengan apa yang dilakukannya saat ini. Padahal harusnya aku menemani Jihoon dan Soonyoung berjalan-jalan selama kunjungan mereka di sini. Gara-gara Seungcheol aku menjadi tuan rumah yang buruk!

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang