Tawaran Perdamaian?

1.3K 225 35
                                    

Oh, I don't wanna share you with nothing else
I gotta have you to myself
Oh, I can't help it. I'm so in love
I just can't get you close enough, no

(I'm Jealous, Shania Twain)

---------------------------------------

Jisoo menerima handuk kecil yang aku ulurkan kepadanya dan ikut duduk di sampingku, di bangku panjang yang terletak di pinggir lapangan tenis.

"Bagaimana?" tanya Jisoo sambil menyeka keringat yang ada di wajah dan lehernya dengan handuk. "Apa kau tertarik untuk bergabung dengan klub tenis?"

"Mungkin saja," sahutku dengan nada tidak yakin. "Melihatmu dan yang lain tadi bermain membuatku tidak lagi percaya diri untuk masuk klub."

"Tenang saja kalau soal itu," Jisoo berhenti sebentar untuk meminum air minumnya. "Aku bersedia mengajarimu dari dasar. Toh, tidak semua anggota klub tenis adalah orang yang bisa bermain tenis ketika pertama kali bergabung ke dalam klub."

Kalau dipikir-pikir menarik juga seandainya aku bergabung dalam klub tenis. Aku jadi punya kegiatan untuk menyegarkan pikiranku kalau sedang jenuh. Sepertinya tidak akan sulit untuk aku mempelajari tenis, apalagi dengan bantuan yang Jisoo tawarkan untuk mengajariku. Dari dulu aku memang lebih berbakat dalam sesuatu yang berhubungan dengan olahraga daripada keterampilan seni rupa.

"Jeonghan?"

"Ya?"

Aku mengernyit bingung ketika tanpa mengucapkan apapun Jisoo meletakkan tangannya di atas kepalaku dan mulai mengusap-usap rambutku dengan lembut. Meskipun bingung dengan apa yang diperbuatnya, aku hanya diam saja membiarkan Jisoo melakukannya.

Beberapa saat kemudian Jisoo menarik tangannya dari rambutku. "Ternyata memang lembut sekali. Pantas saja Seungcheol suka sekali memainkan rambutmu."

Apa maksud Jisoo? Apa kebetulan dia juga seorang maniak rambut seperti Seungcheol?

Melihat ekspresi wajahku yang kebingungan, Jisoo memberiku sebuah senyum kalem andalannya. "Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin tahu bagaimana rasanya mengusap-usap rambutmu saat aku melihat Seungcheol sering melakukannya."

"Kalau kau memang sebegitunya ingin menyentuh rambutku, kau hanya tinggal memintanya padaku dan aku akan membiarkanmu melakukannya sekali."

Jisoo meringis. "Aku tidak mungkin melakukannya karena Seungcheol selalu menempel padamu. Kau tahu sendiri bagaimana dia memarahi Mingyu ketika Mingyu memainkan rambutmu di depannya."

Aku ikut-ikutan meringis menanggapi pernyataan Jisoo, tidak tahu lagi harus berkomentar seperti apa tentang Seungcheol dan sikap posesifnya terhadap rambutku. "Maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu."

Meskipun saat ini Jisoo sedang menatapku, aku merasa pandangannya sedikit melamun.

Ada apa dengan Jisoo? Kenapa sikapnya sedikit aneh?

"Kau begitu nyaman dengan kehadiran Seungcheol," Jisoo bergumam pelan, tapi cukup keras untuk bisa aku dengar.

"Hah?" Pernyataan Jisoo membuatku kembali mengernyit bingung. Apa maksud Jisoo mengatakan hal tersebut?

Jisoo memberiku senyum tipis yang aku rasa tidak sampai ke matanya. "Maksudku kau bisa begitu membuka diri jika bersama Seungcheol dan sangat terbiasa dengan segala bentuk kontak fisik yang dilakukan olehnya. Kau juga sangat ekspresif jika di depannya."

Sebenarnya ke mana arah pembicaraan Jisoo?

"Aku tidak bilang bahwa kau tidak terlihat nyaman jika bersamaku atau yang lain," lanjut Jisoo. "Tapi melihat interaksimu dengan Seungcheol aku merasa..."

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now