Tidur Bersama?

1.6K 213 27
                                    

I am here for you, always here for you
When you need a shoulder to cry on
Someone to rely on, I am here for you

(Here For You, Firehouse)

--------------------------------------

Tampang Jisoo benar-benar kacau.

Wajahnya kusut, matanya sayu, dan terdapat lingkaran hitam besar di bawah matanya.

"Jeonghan? Kau sendirian saja?" tanya Jisoo dengan suaranya yang sedikit serak.

"Aku sendirian saja."

Sebenarnya Seokmin ingin datang bersamaku untuk memastikan kondisi Jisoo secara langsung. Tetapi karena Jisoo hanya ingin bertemu denganku seorang diri, dengan raut kecewa dia mengurungkan niatnya untuk pergi denganku.

Jadilah aku mengajak Jihoon datang ke sini menemaniku. Tentu saja dia tidak ikut masuk bersamaku untuk bertemu Jisoo, melainlan akan menungguku di café yang letaknya hanya dipisahkan oleh satu rumah dari rumah Jisoo. Jihoon bilang dia akan memberiku waktu maksimal satu jam dan jika lebih dari itu dia akan meninggalkanku untuk pulang terlebih dulu.

Bagaimana mungkin aku dan Jisoo bisa berbicara dengan tenang jika Jihoon membatasi waktuku?

Hanya satu jam?

"Masuklah!" perintah Jisoo sambil menggeser tubuhnya menyingkir ke samping, memberiku jalan untuk melewati pintu masuk, sebelum kemudian menutupnya ketika aku sudah berada di dalam rumahnya. "Ayo! Kita mengobrol di kamarku saja."

Aku mengangguk dan mengikuti Jisoo yang berjalan di depanku, menyusuri ruang demi ruang, dan akhirnya menaiki tangga menuju lantai dua.

Rumah Jisoo benar-benar besar dan bergaya futuristic. Begitu elegan dengan perabot-perabot yang pastinya berharga mahal. Sayangnya rumah semewah ini terlihat sepi dan dingin. Orang selain Jisoo yang aku lihat di sini adalah seorang security yang tadi membukakan gerbang buatku.

Di lantai dua, Jisoo berhenti di depan pintu di salah satu ruangan, membukanya dan memintaku untuk mengikutinya masuk dan menutup pintunya.

Kamar Jisoo.

Berbeda dengan ruangan-runagan yang tadi aku lewati di rumah ini, kamar Jisoo memang luas, tetapi lebih terlihat praktis dengan dominasi warna abu-abu dan putih. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi canggung berada di kamar Jisoo hanya berdua dengannya. Aku tidak tahu harus duduk di mana.

"Jeonghan, kau tidak ingin duduk?" tanya Jisoo heran ketika melihatku hanya berdiri di dekat pintu kamar yang tertutup. "Kemari dan duduklah! Jangan sungkan."

Aku menagngguk, akhirnya beranjak untuk mendudukkan diriku di samping Jisoo, di atas sofa biru panjang yang terletak di samping meja belajarnya.

Sekarang apa yang harus aku bicarakan? Bagaimana caranya untuk aku memulai topik pembicaraan kami?

Mengingat hanya satu jam saja waktu yang diberikan oleh Jihoon, apa aku langsung saja menanyakan sebenarnya apa masalah Jisoo dan tidak perlu berbasa-basi?

"Kau ingin meminum sesuatu?" tawar Jisoo memecah keheningan di antara kami.

"Tidak usah," aku berdehem untuk menghilangkan kecanggunganku. "Di mana orang tuamu?"

"Sedang dalam perjalanan bisnis," jawab Jisoo sedikit tak acuh. "Mungkin saja sekarang mereka berada di Skotlandia."

Wow! Skotlandia.

"Jadi kau sendirian saja di rumah?"

"Tidak. Ada beberapa pekerja yang tinggal di sini juga," Jisoo mengangkat pundaknya, sebuah isyarat yang sepenangkapanku berarti dia tidak ingin terlalu lama membicarakan topik ini. "Bagaimana tadi pertandingannya?"

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now