Bendera Perang?

1.4K 233 18
                                    

How did we end up this way?
See me nervously pulling at my clothes and trying to look busy
And you're doing your best to avoid me

(The Story of Us, Taylor Swift)

----------------------------------------

Aku merenung. Mereka ulang kembali bagaimana pertemuanku dengan Choi Seungcheol tadi pagi di depan ruang kelas musik instrumental.

Bukankah dia yang salah karena menabrakku? Tapi kenapa malah dia yang menatapku dengan pandangan sengitnya dan tanpa berkata-kata melengos meninggalkanku? Paling tidak seharusnya dia mengucapkan kata maaf terlebih dulu!

Aku menghela napas.

Sejak pertama kali melihatku, Choi Seungcheol memang terlihat tidak menyukaiku. Meskipun kami berada di kamar yang sama, tidak sekalipun ada niatan Choi Seungcheol untuk mengajakku berbicara. Dia tidak mengacuhkanku seakan aku tidak ada di sana.

Pernah sekali aku mengajaknya berbicara, berusaha berbasa-basi bertanya padanya tentang topik-topik yang remeh seperti asalnya dari mana. Tetapi yang dia lakukan hanya melihatku dengan tatapan sengitnya kemudian pergi meninggalkan kamar begitu saja. Dan sejak saat itu aku tidak pernah lagi mencoba untuk mengajaknya bicara.

Dia juga terkesan menjauhiku jika kami berada di dalam satu ruang yang sama. Entahlah, aku benar-benar tidak tahu apa salahku padanya sehingga sikapnya begitu dingin terhadapku.

"Kau mendengarkanku, Jeonghan?" Suara Boo Seungkwan yang berisik membuyarkan lamunanku.

"Iya," jawabku seadanya. Sejujurnya aku tidak menyimak apa yang Seungkwan katakan. Tidak sopan memang, mengingat saat ini aku sedang menumpang menonton televisi di kamarnya.

Ketika di asrama aku memang lebih sering menghabiskan waktuku di kamar Boo Seungkwan ataupun kamar Hong Jisoo untuk menghindari berada satu ruangan hanya berdua dengan Choi Seungcheol. Biasanya aku baru akan kembali ke kamarku ketika mendekati jam tidurku, dan akan langsung membungkus diriku dengan selimut. Hal itu lebih baik daripada aku harus menghabiskan waktuku bersama Choi Seungcheol yang bersikap seolah-olah aku tidak ada.

Setiap kali aku dan Choi Seungcheol berada di dalam ruangan yang sama, suasana di antara kami rasanya sangat sangat tidak nyaman.

"Berarti besok kau akan ikut pergi bersamaku?"

Aku mengernyit tidak mengerti menanggapi pertanyaan Seungkwan. "Ikut denganmmu kemana?"

"Tentu saja membeli alat make up sepulangnya kita dari kelas seni tata rias," Seungkwan mengerucutkan mulutnya kesal. "Dan tadi kau bilang bahwa kau mendengarkanku!"

"Maaf, aku tidak mendengar bagian tentang membeli peralatan make up itu," kataku sambil mengumpat dalam hati.

Aku benar-benar bingung kenapa juga aku harus menyetujui permintaan Seungkwan untuk menemaninya mengikuti kelas seni tata rias. Dan sekarang dia mengajakku untuk membeli peralatan make up! Kakek akan tertawa terpingakal-pingkal menertawaiku jika mengetahui hal ini. Aku, Yoon Jeonghan, pemegang sabuk hitam karate, membeli alat make up?

Kalau bisa aku ingin membolos saja untuk kelas seni tata rias besok. Dan akan lebih baik lagi jika aku bisa mengundurkan diri dari kelas itu untuk selamanya.

"Sepertinya aku tidak membutuhkan peralatan make up itu," kataku tidak yakin.

Seungkwan mengernyitkan keningnya memandangku. "Tentu saja kau butuh. Kau butuh untuk belajar mempraktikan ilmu yang akan kau dapatkan nantinya."

"Tapi bahkan kita belum tahu kelasnya akan seperti apa? Apa menurutmu hal itu tidak terlalu terburu-buru?"

Demi Tuhan.

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now