Part 6

28.4K 2.2K 21
                                    

Matahari telah menampakkan dirinya yang tengah menjalankan tugas untuk menyinari sang bumi. Deburan ombak mengalun di telinga. Angin laut membuat dedaunan di pantai itu menari-nari. Raihan memanfaatkan pagi hari di Bali-nya untuk berenang. Meregangkan otot-otot yang kaku setelah sekian lamanya berkutat di kantor. Entah sudah berapa lama dia tak melakukan olahraga air ini.

Aqila datang membawa nampan yang berisi segelas minuman dan beberapa minuman. Dia meletakkan di meja yang ada di samping kolam. Aqila berjalan mendekati kolam lalu duduk dipinggirnya. Setengah kakinya ia celupkan. Begitu dingin.
Raihan berenang mendekati Aqila. Tak lama ia sudah di dekatnya.

"Mau renang bareng." Sebuah senyuman dari Raihan membuat Aqila terpaku. Aqila sampai tak berkedip saat Raihan mengusap wajahnya yang terkena air. Ganteng maksimal.

"A..aku ngga bisa renang." Aqila bingung sendiri saat menyadari lidahnya terasa kelu.

"Aaaa.." Aqila berteriak. Dia merasakan dinginnya air menyentuh sampai dadanya. Raihan menariknya ternyata.

Mata Aqila terpejam. Tangannya mencengkram kuat lengan Raihan. Jantungnya berdetak sangat cepat. Dia benar-benar ketakutan.

"La, tenang La. Aku jagain kamu." Raihan menepuk-nepuk pipi Aqila.

"Aku takut."

"Aku tahu."

Aqila membuka matanya dan langsung berhadapan dengan mata hitam Raihan yang tengah menatapnya juga. "Aku tahu kamu punya trauma."

"Dari mana kamu tahu Mas?"

"Waktu itu aku yang nolongin kamu."

----
Flashback

"Teddy aku kangen deh sama Mama. Apa Mama juga kangen ya sama aku?" Aqila berkata kepada boneka beruangnya. Dia berdiri dibalkon kamarnya. Menatap langit seakan Mamanya juga sedang menatapnya.

"Teddy..." Aqila berteriak. Tanpa sengaja ia menjatuhkan bonekanya ke kolam renang dibawah balkon kamar. Dia segera berlari turun untuk mengambil Teddy.

Aqila mengulurkan tangannya untuk meraih Teddy. Tapi karena tangannya pendek, Aqila tak berhasil meraihnya. Dia malah terpeleset dan masuk ke kolam renang. Aqila megap-megap. Banyak air yang masuk ke dalam mulutnya dan kesusahan bernapas.

Saat itu Raihan yang masih menjadi pegawai Papanya Qila sedang datang kerumahnya untuk mengantarkan sesuatu. Raihan yang melihat ke arah kolam, langsung berlari secepat mungkin untuk menolongnya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung turun dan meraih Aqila lalu membawanya naik ke pinggir kolam.

Aqila tak sadarkan diri. Raihan memberikan napas buatan padanya. Satu kali, Qila belum juga sadar. Yang ketiga kalinya Qila baru sadar dan langsung terbatuk, hingga air yang ada di tenggorokannya keluar.

"Papa Qila takut." Aqila memeluk Raihan yang disangkanya adalah Papanya. Raihan mematung. Aqila menangis dipelukannya dan dia tidak tahu cara mendiamkan anak kecil nangis.

"Saya bukan Papa kamu, Dek."

Aqila melepas pelukannya. Dia langsung terkejut bahwa orang yang didepannya ini bukan Papanya. "Maaf Om Qila ngga tahu."

Raihan tersenyum menatap mata bening Aqila. "Kamu ngga papa kan?" Tanya Raihan.

Aqila mengangguk. "Teddy juga ngga papa Om."

Raihan terkekeh.

"Papa..." Aqila bangun dari duduknya dan langsung memeluk sang Papa. Papa Aqila kaget mengapa Aqila basah kuyup begini.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Papa Qila sambil mengelus puncak kepala Aqila.

"Tadi Qila tenggelam Pa." Papa Qila terkejut dan mengkhawatirkan Qila. "Tapi untung ada Om ganteng yang nolongin aku." Ucap Aqila dengan berbisik. Papanya tersenyum. Papa Qila langsung mengucapkan terima kasih kepada Raihan.

"Terima kasih ya Han." Ucap Papa Qila dengan tulus. Dia tak bisa membayangkan kalau terjadi sesuatu dengan putri kesayangannya itu.

"Sama-sama Pak."

"Om, makasih ya udah nolongin aku. Nanti kalau sudah besar Qila mau nikah sama Om deh." Qila berbicara dengan lucu. Papanya dan Raihan hanya terkekeh.

----
"Jadi kamu Om yang nolongin aku waktu itu Mas?"

Raihan tersenyum.

"Kamu tahu ngga La?" Raihan mendekatkan bibirnya ke telinga Aqila. "Saat itu adalah our first kiss."

"Ih dasar Om pedofil." Aqila memukul-mukul dada Raihan. Raihan tertawa, dia senang menggoda istrinya itu.

"Kamu sendiri kan yang mau nikah sama aku?"

"Yak, itukan cuma omongan anak 8 tahun."

Raihan kembali tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya. Dia dibuat gemas oleh tingkah Aqila yang sedang kesal dengannya. Satu kecupan mendarat dipipi Qila.

"Jangan cium-cium deh." Aqila berdecak sebal.

"Bukannya seneng aku cium?"

Raihan langsung dihadiahi tatapan horror oleh Aqila.

***
Aqila yang baru keluar dari kamar mandi terlihat bingung. Raihan menerima telpon dengan nada yang meninggi.

"Bukannya Jefri yang mengatur semuanya?"

"......."

"Kamu kan tahu saya lagi di Bali."

"........"

"Ck, ya sudah saya usahakan."

Sambungan telpon tertutup. Aqila duduk di pinggir ranjang.

"Kenapa Mas?"

"La kita harus ke Jakarta sekarang. Tadi sekretarisku telpon, katanya ada masalah di proyekku dan harus aku yang turun tangan." Raihan menjelaskan masalahnya pada Aqila. Sebenarnya dia tidak enak hati dengan Aqila. Harusnya dia dan Aqila masih harus beberapa hari lagi disini.

"Tapi kita kan belum jalan kemana-mana Mas."

"Maaf La." Ucap Raihan dengan penuh penyesalan.

"Iya ngga papa."

***
Haiiiiii..
Maaf ya baru update, sekalinya update cuma sedikit :(
Udah hampir 4 bulan ini aku sakit, jadi ngga bisa nulis karena ngga fokus. Mianhaeyooooo

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang