Part 12

26.9K 2K 16
                                    

Dari semua wujud keindahan, Aqila merasa bahwa Raihan adalah salah satunya. Aqila sempat menahan napasnya selama beberapa detik untuk menikmati anugerah Tuhan yang tertampang nyata di hadapannya.

Berbeda dengan hari-hari biasanya, saat ini Raihan terlihat sporty dengan celana training dan juga kaos yang membentuk sempurna tubuhnya. Bahkan kaos itu terlihat sangat tipis sehingga membentuk otot-otot di tangan Raihan yang sangat kekar.  Keringat yang mengucur di wajahnya menambah kesan errr.. Seksi. Aqila memberikan sebotol air mineral kepada Raihan, dan langsung di teguk. Aqila bisa melihat jakun Raihan yang tengah naik turun karena meminun air tersebut dan Aqila kesulitan menelan salivanya sendiri, demi apapun, Aqila tidak rela kalau keindahan ini dilihat oleh orang lain. Sebisa mungkin ia menahan dirinya agar tak menarik Raihan untuk masuk ke kamarnya (lagi).

"Ayok lanjut La..." Teriak Raihan saat sudah berlari jauh di depan Aqila. Namun Aqila masih bisa melihat punggung Raihan.

Raihan berbalik melihat Aqila yang tengah kelelahan dengan napas yang masih tersengal, kemudian mengepalkan tangannya lalu mengangkat ke udara. "Semangat sayang." Teriak Raihan.

Aqila menggeram saat melihat ibu-ibu kompleks yang sedang senam melihat ke arah Raihan dengan tatapan lapar. Rasanya Aqila ingin mencolok mata mereka dengan garpu. Hahaha. *ketawa kejam* (lagian siapa suruh liat-liat laki orang)

Meskipun masih kelelahan, Aqila berlari menghampiri Raihan dan menariknya sehingga menjauh dari ibu-ibu kompleks tadi.

Semenjak Raihan curhat tentang statusnya tempo hari, Aqila merasa emmm.. Apa ya? Seperti merasa kalau Raihan benar-benar miliknya. Apalagi setelah Aqila mengetahui kalau dia adalah yang pertama untuk Raihan. Aqila benar-benar bahagia.

Tadinya Aqila berpikir apakah ia bisa memuaskan Raihan? Mengingat Raihan yang sudah sangat berpengalaman darinya. Namun ternyata kenyataan malah sebaliknya, Raihan masih ........ (Isi sendiri, Author ngga sanggup nulisnya)

Melihat kelakuan Aqila yang sepertinya cemburu dengan ibu-ibu kompleks tadi, Raihan hanya terkekeh. Menurutnya Aqila bertambah imut kalau sedang cemburu. Lihatlah sekarang, ia sedang merajuk dan sedikit memonyongkan bibirnya. Kalau saja Raihan tidak mengingat ini adalah tempat umum, dia akan segera menarik Aqila dan langsung menciumnya. Ingatkan Raihan akan melakukannya nanti setelah pulang.

"Sayang.. Kamu cemburu ya?"

"ENGGA."

"Imut banget sih istriku kalau lagi cemburu." Raihan mencolek-colek pipi Aqila yang chubby namun langsung di tepis oleh tangan Aqila.

Aqila bergidik saat membayangkan apa pandangan orang. Mungkin orang yang melihatnya saat ini seperi ABG labil yang sedang di rayu om-om. (Tapi kalau om-omnya kayak Raihan Qila senang kok, Thor)

Mereka berhenti saat melihat sebuah gerobak pedagang kaki lima yang menjual bubur ayam. Keduanya memutuskan untuk makan di tempat itu. Cacing-cacing di perut, sudah pada teriak agar diberi konsumsi.

"Pagi Pak..." Aqila dan Raihan sama-sama melihat ke sumber suara. Suara perempuan itu terdengar merdu di telinga Aqila. Sepertinya ia berbakat mengatur suaranya.

Kini perempuan itu sudah duduk di sebelah Raihan, setelah diperbolehkan oleh Raihan tentunya. Aqila memandangi penampilan perempuan itu. Perempuan itu mempunyai wajah cantik. Mata yang bulat, hidung mancung dan juga bibir yang tebal. Aqila yang wanita saja bisa terpesona dengannya apalagi....

"La, kenalin dia Rima. Sekretarisku di kantor."

Bahkan saat ada perempuan itu Raihan tak menyebutnya dengan panggilan sayang.

Sekretaris? Astaga! Dia yang sudah mengganggu honeymoon ku waktu itu.

Rima tersenyum, dan mengulurkan tangannya pada Aqila. Karena tak ingin membuat Raihan malu, Aqila dengan malas membalas uluran tangan itu.

"Aqila, istri Raihan. " Ucap Aqila dengan memberi sedikit penekanan pada kata "istri" agar wanita tadi paham kalau laki-laki di sampingnya sudah menikah.

Apa disamping?

***
"Duuuuh senengnya ya, jogging ditemani sama wanita-wanita cantik."

Aqila melirik Raihan yang tengah membaca majalah sport di sofa. Raihan yang merasa tersindir, menghampiri Aqila yang tengah mengeringkan rambutnya dengan hair dryer .

Raihan tersenyum saat keduanya bertemu pandang di cermin. Lalu dia mengambil alih hair dryer yang ada di tangan Aqila.

"Cemburu ya, Non?"

Raihan meletakkan benda itu di atas meja. Kemudian membalikkan tubuh Aqila kehadapannya. Kedua tangannya telah merengkuh sempurna pinggang kecil istrinya.

"Masa kamu cemburu sih sama ibu-ibu tadi?" Raihan mendekat, dan berhasil menyatukan kening mereka. Aqila bisa mencium aroma mint saat Raihan berbicara sedekat ini.

Sebenarnya masalah ibu-ibu tadi Aqila sudah melupakannya saat masih di taman, yang jadi masalahnya adalah sekretaris cantik itu.

Bagaimana mungkin Raihan tidak akan tergoda kalau setiap kali bertemu dengan wanita itu?

Dada Aqila bergejolak, memikirkan itu. Tapi semakin dipikirkan kepalanya semakin pusing. Aqila mencoba untuk melupakannya. Dan mencoba untuk percaya kepada suaminya.

"Papa.. Tadi ada telpon dari Om Iyan.."

Tiba-tiba Aqila mendorong tubuh Raihan hingga tubuhnya hampir saja terjerembab ke lantai. Beruntung ia bisa menjaga keseimbangan.

Ia lupa menutup pintu.

Aqila menghampiri Rita yang masih berdiri di ambang pintu dengan wajah yang kebingungan. Diikuti dengan Raihan.

"Tadi kamu ngomong apa, sayang?"

Rita memutar bola matanya karena Raihan tak mendengar omongannya barusan. "Aku dapet telpon dari om Iyan, katanya besok dia mau kesini."

Raihan mengangguk.

Raihan mencoba menjelaskan pada Aqila, "namanya Hendrian, adik dari almarhum Mamanya Rita."

Hendrian...

Nama itu seperti tidak asing lagi untuk Aqila

****
Foto di mulmed anggap aja visualnya Raihan ya. Pada setuju ngga? Hehe

Oke.. Happy reading ;)

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang