Part 14

23.8K 1.7K 7
                                    

Tangan Aqila bergetar hebat saat ia membawakan nampan yang berisi gelas untuk Raihan dan juga tamunya. Dari tempatnya berdiri Aqila hanya bisa mendengar suara gelak tawa keduanya tanpa bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Keduanya terlihat sangat akrab meskipun sudah lama tidak bertemu.

Tarik napas, buang. Tarik... Buang. Aqila mencoba untuk menetralkan degup jantungnya saat ini.

Setelah sampai, tanpa mempedulikan sekitar Aqila menaruh cangkir yang dibawanya ke atas meja. Wajahnya tertunduk, ia tak sanggup kalau harus melihat siapa yang datang.

"Oh.. Ini bang istri cantik lo!"

Suara itu.. Suara yang membuat jantung Aqila mencelos dari tempatnya. Rasanya saat ini ia lebih baik menghilang saja dari bumi.

Aqila bisa mendengar tawa renyah dari Raihan. Kemudian Raihan menarik tangan kiri Aqila untuk bisa duduk bersamanya.

"Sayang, kenalin ini yang namanya Hendrian."

Aqila refleks mengangkat kepalanya, dan di saat itu pula pandangannya bertemu. Mata Aqila menatap pemilik mata coklat itu dengan lama. Jantung Aqila sudah berdegup dengan kencang, seakan minta dikeluarkan dari tempatnya. Aqila masih terpaku, tubuhnya bergetar hebat. Begitupun orang yang ada di hadapannya, sama tak percaya dengan apa yang sedang dia lihat.

Raihan berdehem.

Keduanya sama-sama salah tingkah.

"Kenalkan, saya Hendrian.."

Aqila menatap uluran tangan itu, kemudian dia membalasnya dengan ragu.

Saat tangannya dengan tangan laki-laki tertaut, Aqila merasakan darahnya berdesir hebat. Wajahnya sudah memanas. Berapa lama ia tidak mengenggam tangan itu? Satu tahun? Dua tahun? Ah ya, sudah empat tahun yang lalu. Atau bahkan lebih?

Begitupun juga dengan Hendrian, ia masih merasa kalau tangan Aqila masih terasa pas di tangannya. Seakan tangan Aqila memang khusus diciptakan hanya untuk ia genggam.

Tapi tiba-tiba dadanya terasa sakit, seperti ada ribuan batu yang menghujam tubuhnya. Saat ia melihat ada cincin nikah bertengger di jari manis Aqila. Gadis itu sudah milik orang lain.

"Saya Aqila, istri Mas Raihan." Ucap Aqila dengan senyum yang dipaksakan.

"Bang Raihan sudah banyak cerita tentang kamu." Ujar Hendrian sambil melirik ke arah Raihan. Raihan pun membalasnya dengan senyum. "Benar Bang, cantik banget. Kalau ngga ingat istri Abang mah gue udah naksir."

"Gue yang bakal bunuh lo dulu kalo sampe macem-macem sama istri gue."

Keduanya sama-sama tertawa.

Aqila yang mendengar itu, mendadak kepalanya terasa pusing. Di kepalanya terbayang adegan pertumpahan darah antara dua saudara ini. Bahkan hanya untuk membayangkannya saja tak sanggup, apalagi kalau kejadian itu sampai menjadi kenyataan? Raihan tidak boleh tahu masa lalunya dengan Hendrian.

Mendadak perut Aqila merasa mual, semua isi perutnya seakan ingin keluar semua. Kemudian Aqila meminta izin pada Raihan agar pergi ke kamar mandi sebentar.

Belum sempat sampai kamar mandi, kepalanya bertambah pusing. Ia merasa kalau ruang tamunya berputar-putar. Setelah itu pandangannya menggelap, dan Aqila tidak ingat lagi apa yang terjadi.

"Qila!!!!"

*****

Mata Aqila terbuka. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, dan Aqila baru tersadar bahwa ia sedang berada di kamarnya.

Aqila mencubit lengannya sendiri, untuk memastikan kalau apa yang dialaminya bukanlah mimpi. Kemudian ia meringis kesakitan.

Ini bukan mimpi, ini kenyataan.

Pandangannya menerawang jauh ke langit-langit kamar. Sebenarnya ia sangat merindukan orang itu. Kalau saja dirinya bukanlah milik orang lain, mungkin saat ini ia telah membawanya kedalam pelukannya.

Aku pernah berpikir tentang
Hidupku tanpa ada dirimu.
Dapatkah lebih indah dari
Yang kujalani sampai kini.

Aku slalu bermimpi tentang
Indah hari tua bersamamu.
Tetap cantik rambut panjangmu
Meskipun nanti tak hitam lagi.

Aqila mengusap wajahnya frustasi. Nyanyian dengan iringan gitar lagu dari Virgoun yang biasa dinyanyikan oleh Hendrian mengalun begitu saja di telinga Aqila. Aqila sangat-sangat merindukan moment itu. Moment di mana mereka duduk di sebuah kursi taman di waktu sore hari, dan Hendrian membawa gitarnya kemudian ia menyanyikan sebuah lagu untuk Aqila. Sesekali Aqila melihat raut wajah Hendrian yang ikut tersenyum saat menatapnya. Dan saat Aqila meletakkan kepalanya di bahu Hendrian sambil melihat orang lalu lalang di sekitar taman.

=======
Namanya Hendrian Wijaya Pratama, anak dari Evan Wijaya.  Ia kakak kelas 2 tingkat di atas Aqila. Pertama kali mereka saling kenal karena mereka satu ekstrakulikuler di SMA mereka, yaitu fotografi.

Saat pertama kali yang dipikirkan kenapa Aqila ingin mengikuti ekskul tersebut adalah ia senang untuk di foto. Dan juga ekskul tersebut termasuk ke dalam organisasi yang bisa dibilang santai. Aqila malas untuk mengikuti organisasi yang kebanyakan rapat.

Setelah mendapatkan materi bagaimana cara membidik gambar dengan baik, Aqila dan juga beberapa anggota baru dipersilakan untuk mencoba. Ia memilih salah satu dari beberapa kamera SLR yang berjajar. Kemudian ia langsung membidik.

Gambar pertama adalah pohon yang ada di depan ruangannya. Dengan posisi menyamping, gambar itu terlihat cukup baik.

Not bad!

Puas akan hasil bidikannya, Aqila terus-terusan mengambil gambar dengan kamera itu. Lalu Aqila sempat terpaku saat melihat hasil bidikannya yang menampilkan wajah seorang pria. Foto pria yang sedang memasuki ruang itu tanpa sengaja terambil oleh kamera yang dipegang Aqila. Dan Aqila merasa cukup puas atas hasil bidikannya.

Foto itu menampilkan wajah laki-laki dengan mata berwarna coklat dan hidung yang mancung. Alisnya terpahat sempurna membingkai mata indahnya. Pemandangan yang lain terlihat blur seakan menjelaskan bahwa laki-laki tersebut adalah pemandangan terindah dan pusat dunia. Dunia siapa lagi kalau bukan dunia Aqila Belinda.

*****

Bab berikutnya kayaknya bakalan ada sesi flashback deh, tetep stay ya :)

Ohiya.. Ada yang udah baca cerita aku yang judulnya "Ana Uhibbuk ya Zaujiy" belum? Kalau udah, aku lagi buat cerita anaknya Reza-Naira nih, judulnya "Never Let Me Go." Kalau ada yang baca monggo, kalau ngga ya sudah. Bye!. Wakakakak

Oke.. Happy reading ya :)

Regards.
Desi— si pacarnya Ji Chang Wook *wkwk*

StepmotherWhere stories live. Discover now