Part 7

26.1K 2.2K 38
                                    

"Berangkat sekarang Mas?" Aqila bertanya kepada Raihan.

"Iya." Jawab Raihan yang tengah merapikan berkas yang akan dibawanya. Aqila hanya bisa menarik napas panjang. Baru 30 menit yang lalu dia dan Raihan sampai ke rumah, kini Raihan malah ingin berangkat lagi. Dan kemungkinan 5 hari tidak pulang. Karena harus mengecek proyeknya yang ada di Surabaya.

"Berangkat dulu ya." Raihan mencium kening Aqila. Dia tahu betul bahwa sekarang istrinya itu sedang ngambek.

Aqila meringis kesakitan saat merasakan sakit di perutnya. Seperti ada yang meremasnya dari dalam. Dia baru ingat kalau belum makan siang.

Merasa lebih baikan setelah makan dan juga minum obat, Aqila duduk di sofa ruang tengah. Dia menyandarkan kepalanya di punggung sofa dan memejamkan mata.

"Kamu kenapa La?"

Aqila membuka matanya saat medengar sebuah suara menginterupsi. Suara ibu mertunya.

"Hm maag aku kambuh Ma."

"Kamu pasti kelelahan ya karena Raihan terlalu forsir kamu?" Aqila merasakan nada khawatir dari ibu mertuanya.

"Ngga Ma." Aqila paham apa yang dimaksud dari kata 'forsir' pada orang yang baru menikah. 

Ibu mertuanya itu tersenyum hangat. "Kalian nikmati saja masa-masa ini. Mama tahu ini yang pertama bagi kalian berdua."

Aqila mengerutkan kening. Ada sesuatu yang dipikirkannya. Tadi ibu mertuanya itu bilang "yang pertama bagi kalian berdua." Dia ingat dan mendengar jelas perkataan ibu mertuanya itu. Tapi, bukannya Raihan itu pernah menikah sebelum dengan dirinya? Lalu mengapa ibu bilang begitu? . Sebenarnya apa yang Raihan rahasiakan terhadap dirinya? Aqila harus menanyakan langsung hal itu pada Raihan.

***

"Rita apa yang kamu lakukan?" Aqila terkejut saat Rita berada di kamarnya. Rita juga sama terkejutnya karena ketahuan oleh Aqila.

Aqila berjalan mendekat, "yaampun.. Kamu pakai make up tante." Aqila melihat wajah Rita. Kelopak matanya diberi warna pink dan bibirnya berwarna merah terang. Blush on yang dipakai Rita terlalu tebal. Muka Rita saat ini dapat dibilang seperti badut.

"Pelit banget sih tante. Aku cuma pakai sedikit doang!" Rita menaikkan nada bicaranya.

"Bukan masalah make upnya Rita, kamu belum pantas memakainya. Kamu masih remaja, tante takut kalau kulit kamu ngga cocok pakai make up seperti itu." Aqila mencoba menjelaskan maksudnya.

"Bodo amat. Tante ngga usah ikut campur urusanku." Rita tetap bersikukuh tak ingin mendengarkan apa kata Aqila. "Ohiya, aku ingin pergi ke pesta ulang tahun temanku dulu." Rita langsung pergi dari kamarnya Aqila dan menutup pintunya dengan kencang. Aqila hanya bisa mengelus dada, dia berharap diberi kesabaran yang lebih lagi.

Rita mengendap-ngendap saat memasuki rumah. Lampu rumahnya sudah mati. Itu berarti Aqila sudah tidur.

"Aaaa.." Rita berteriak, lampu rumahnya kini menyala terang. Dan yang dilihatnya adalah Aqila. "Tante mau buat aku jantungan hah?"

"Kenapa baru pulang?"

"Suka-suka aku dong. Udah ah aku capek mau ke kamar!" Rita langsung menaiki tangga untuk langsung ke kamarnya. Sedangkan Aqila masih diam di tempatnya. Dia bingung bagaimana cara menghadapi Rita. Kesabarannya sangat diuji oleh Rita. Tapi dia tak boleh menyerah untuk menjinakkan anak itu.

---

Pagi harinya, setelah Aqila selesai membuat sarapan ia memanggil Rita yang masih berada di kamarnya. Aqila mengetuk-ngetuk pintu namun tak ada sahutan dari dalam. Aqila mencoba membuka pintu itu dan ternyata tidak dikunci.

"Rita, kok belum siap-siap?" Aqila melihat Rita masih meringkuk berbalut selimut. Tak biasanya Rita seperti itu. Aqila mulai mendekat. Dia duduk di ranjang Rita. "Kamu sakit?" Tanya Aqila dengan nada khawatir dan mengelus kepala Rita.

"Hari ini aku ngga mau masuk sekolah tante."

"Kenapa?" Tanya Aqila.

"Mukaku..." Rita bangun dari tidurnya, Aqila terkejut dengan keadaan Rita.

"Yaampun Rita muka kamu kenapa?" Aqila memandang lekat muka Rita yang sekarang banyak bintik-bintik merah.

"Aku ngga tahu Tante.. Hiks.." Rita mulai menangis.

"Tante kan udah bilang, jangan pakai make up. Kamu ngeyel sih. Yaudah kamu tunggu dulu." Aqila keluar dari kamar Rita, tidak lama dia datang lagi.

"Kamu bisa pakai salep ini dulu. Kalau masih belum cocok, kita ke dokter kulit."

Rita langsung menerima salep yang diberikan Aqila. Rita pikir Aqila tidak mau membantunya. Dalam hati Rita menyesali karena dirinya tak mau mendengar ucapan Aqila.

LINE

Notif dari aplikasi berwarna hijau itu terdengar. Rita langsung membukanya.

Belalalala: woy Rita napa ngga masuk?

Nurita: lagi jerawatan

Belalalala: HAHA ngibul!

Nurita: ngga percaya yaudah

Belalalala: sumpah baru kali ini ada orang ngga masuk sekolah karena jerawatan haha

Nurita: bodo ah!!

Lama. Tak ada notif masuk di handphonenya. Rita meyakini kalau saat ini sedang ada guru di kelasnya sehingga Bela tak membalas pesannya itu.

By phone..

Raihan: kangen....

Aqila: masih bisa kangen juga? Kirain aku yang kamu pikirin cuma kerjaan aja Mas.

Raihan: oooww masih ngambek nih ternyata.

Aqila: pikir aja sendiri!!

Raihan tertawa di seberang sana

Raihan: kalau aku disana, aku bakal cubit pipi kamu La. Pasti sekarang mukamu itu lagi cemberut. Terus aku cium pipi kamu lanjut ke bibir, terus ke—

Aqila: yak! Dasar Om-om mesum!

Raihan kembali terkekeh.

"Tante makasih salepnya—" Rita tiba-tiba masuk ke kamar Aqila. Aqila mengisyaratkan kalau dia sedang lagi menerima telpon. Kemudian Rita segera meninggalkan kamar itu.

Raihan: itu bukannya suara Rita. Kenapa dia ngga sekolah?

Aqila: emmm dia sedang tidak enak badan. Tapi sudah aku kasih obat kok.

Aqila terpaksa berbohong. Bisa-bisa Raihan marah besar dengan Rita karena pulang larut malam semalam.

Raihan: terima kasih.

Aqila: sama-sama Mas

Raihan: Qila...

Aqila: ya?

Raihan: aku mencintaimu.

Aqila merasakan darah mengalir hingga ke mukanya. Mengakibatkan muka itu begitu merah karena blushing.

***

Halooooo..
Aku datang lagi nih. Ada yg nunggu ngga nih? *PD akut*

Makasih buat yg udah doain aku dan support aku. Maaf ngga bisa bales satu persatu.

Aku tunggu vote + komen kalian loh.

StepmotherWhere stories live. Discover now