Part 18

21.5K 1.8K 27
                                    

"Gila! Gila! Gila!! Oppa ganteng banget ya, Tante."

"Aku rela jadi mermaid-nya deh."

"Oh, jadi karena sentuhan itu mereka akan terikat selamanya ya, Tante?" Rita terus-terusan saja mengomentari drama Korea yang sedang ia tonton, namun saat pertanyaannya tidak di jawab oleh Aqila, ia menoleh ke samping. "Tante? Kenapa? Tante melamun ya?"

Aqila tersentak dari lamunannya sendiri, "ng..ngga kok Rita."

Rita mem-pause laptopnya, membuat draKor yang sedang ditontonnya berhenti sejenak, "menurut novel yang pernah aku baca, kalau ada embel-embel kok berarti lagi bohong." Rita diam sejenak, "memangnya Tante lagi ngelamunin apa sih? Ngga biasanya Tante kayak gini?" Rita menatap Aqila lekat, biasanya Aqila akan senang jika ia dicekoki oleh draKor yang aktornya tampan. Namun tidak untuk kali ini.

Aqila mengembuskan napas panjang, ia lelah. Lelah karena menanggung beban ini sendiri. Mungkin ia akan merasa lebih baik jika ia mau berbagi dengan anaknya. "Papamu Rit. Tante lagi mikirin Papa kamu."

"Cieeee Tante.. Cieee cieee.." Rita meledek Aqila, "hayooo Tante melamun apa? Jangan-jangan Tante lagi ngelamunin adegan—" Rita berhenti sejenak, kedua tangannya menguncup lalu menyatu. "Omo!! Tante lagi bayangin adegan ciuman sama Papa yak?"

Pletak!!

Satu pukulan berhasil mendarat di kepala Rita, "kayaknya Tante bakal bilang sama Papa kamu kalau laptop kamu harus secepatnya disita deh. Biar ngga kebanyakan nonton drama Korea terus. Jadi geser kan tuh otak."

"Jangan dong Tante.. Please please jangan.. Tante Qila cantik deh." Rita berkata sambil menunjukkan puppy eyesnya. Membuat Aqila tak tega dan mau tidak mau mengurungkan niatnya.

"Jadi kenapa sama Papa, Tan?"

Back to the topic.

Sekali lagi Aqila menghembuskan napas panjang, "udah 4 hari Papa kamu ngga pulang."

"Yaampun kirain apaan. Belum juga kayak Bang Toyib yang tiga kali puasa tiga kali lebaran ngga pulang Tan." Rita terkekeh sendiri, "biasanya kan Papa sering pergi ke luar kota buat ngurus perusahaannya."

"Kali ini beda, Rita. Papa kamu marah—eh bahkan bisa benci sama Tante." Rita membenarkan posisinya, ia mulai serius berlagak seperti orang dewasa. Melihat Aqila yang berekspresi sedih seperti itu membuatnya tak tega kepada mamanya. Mama tirinya. Tegasnya dalam hati.

"Kenapa bisa begitu?"

Dan Aqilapun mulai menceritakan semuanya. Tanpa ada yang ia tutupi.

"Apa? Jadi Om Iyan itu mantan pacar Tante?" Rita menutup mulutnya saking tak percaya, "jadi Tante Qila direbutin dua cowok sekaligus. Kayak di sinetron-sinetron hihi. Kalau aku jadi Tante aku lebih milih Om Iyan, soalnya dia masih muda, tampan lagi."

Aqila ingin menyela, "tapi Papa itu orangnya tulus Tan. Emang sih umur Papa jauh diatas umur Om Iyan, tapi Papa itu penyayang." Diam-diam Aqila mengangguk menyetujui omongan dari Rita. "Tante tau ngga? Aku ngga pernah ngelihat Papa sebahagia ini semenjak Papa menikah sama Tante. Aku bisa melihat dari cara Papa natap mata Tante, Papa bener-bener tulus cinta sama Tante."

Iya. Itu juga yang Aqila rasakan.

"Tapi– tapi Tante udah buat Papa kamu marah. Tante ngga yakin Papa kamu bisa maafin Tante." Aqila menelungkupkan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia benar-benar frustasi.

"Apa Tante cinta sama Papa?" Hening sejenak. "Iya.. Tante cinta sama Papa kamu." Tanpa berpikir dua kali Aqila menjawab pertanyaan itu. Dan Rita bisa melihat kejujuran dari kedua bola mata mamanya. Mama tirinya.

StepmotherOnde histórias criam vida. Descubra agora