Part 23

25.6K 1.9K 20
                                    

Dua bulan kemudian..

"Selamat malam pemirsa. Kembali lagi bersama saya Arga Silalahi, dalam acara Liputan Indonesia di segmen "orang yang paling berpengaruh". Pada kesempatan ini saya bersama seseorang yang telah sukses dalam bisnis properti. Seseorang di sebelah saya ini bahkan termasuk ke dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia meskipun di usia yang terbilang muda. Kita akan berbincang-bincang sedikit dengannya. Inilah Raihan Al Mahendra"

Raihan Al Mahendra!

Aqila menghentikan langkahnya sejenak saat nama itu disebutkan. Tubuhnya berbalik dan langsung menghadap ke sebuah benda persegi berukuran 42 inchi yang terpasang di tembok cafe. Tangannya yang tengah memegang nampan sampai bergetar. Matanya menatap lekat benda persegi, lebih tepatnya orang yang sedang duduk bersama presenter acara itu.

"Selamat malam Pa." Sapa presenter pada Raihan.

Raihan membalas dengan senyum ramah dan membalas sapaan presenter itu. "Malam.." Kedua sudut bibir Raihan mengembang sempurna membentuk senyuman bulan sabit.

Tangan Aqila terulur ke udara. Mengusap lembut wajah yang selama ini ia rindukan. Kerinduan yang tadinya hanya setitik kini telah tumbuh subur hingga merasuk sampai ke akar. Memenuhi seluruh ruang dihatinya hingga tiada yang tersisa, bahkan untuk dirinya sendiri. Seluruhnya dipenuhi oleh orang yang tengah berada dihadapannya meski sebenarnya mereka berjauhan.

Dan rasa itu muncul lagi.

Seluruh isi perutnya bergejolak. Memaksa naik untuk keluar, dan ingin menumpahkan segala yang ada di dalamnya. Aqila menahannya dengan sebelah tangan, kemudian berjalan cepat ke toilet dan ketika tiba di wastafel seluruhnya keluar. Perutnya terasa kosong karena makan siangnya tadi sepertinya sudah tumpah semua ke dalam wastafel. Ia menyalakan keran dan dengan bersamaan air yang mengalir kedua tangannya membasuh wajahnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Ia nampak lebih kurus dari sebelumnya. Lingkaran hitam di bawah matanya pun sangat nampak. Wajahnya yang putih memucat dan matanya pun kini sudah tak berpendar. Tatapannya kosong hingga tak ada pancaran binar-binar di matanya yang indah.

Aqila sengaja menyibukkan dirinya dengan lembur untuk melupakan seseorang. Namun semakin ia berusaha melupakannya, semakin bertambah rindu itu. Hingga kini rasa itu yang seakan membunuhnya. Jiwanya seakan pergi hingga yang tersisa hanya raga yang tak mempunyai ruh. Ia seperti mayat hidup sekarang. Dan di detik berikutnya satu bulir air matanya jatuh. Turun melewati pipinya hingga berhenti dibagian bibir. Ia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan isak. Kedua kakinya luruh ke lantai karena tak kuat menopang beban di tubuhnya. Terutama beban dihatinya. Wajahnya menunduk dan bersembunyi diantara kedua lututnya yang menekuk. Ia terisak. Lama.

"Ada orang di dalam?" Terdengar suara orang dan ketukan dari luar. Aqila segera bangkit dan menyeka air matanya habis. Ia lupa kalau tadi ia sempat mengunci pintu toilet.

"Teh Qila? Aku kira siapa." Suara seorang gadis yang sangat dikenalnya. Mata bulatnya meneliti Aqila yang terlihat aneh. "Teh Qila habis nangis?" Tanyanya.

"Eng.. Engga kok, Hen." Sebisa mungkin Aqila tersenyum, "efek drakor nih sedih banget. Tokoh utama ceweknya ditinggal sama suaminya sendiri. Padahal dia lagi hamil."

"Hoalaaaah, aku kira kenapa. Ih kayaknya seru deh Teh filmnya, ntar aku minta ya."

Aqila mengangguk.

StepmotherWhere stories live. Discover now