Part 27

37K 1.9K 34
                                    

"Mamaaaaa.." Rita berlari menghampiri Aqila dan juga Raihan yang baru memasuki rumahnya. Rita memeluk Aqila erat. "Kangen ih.."

Aqila mengelus rambut Rita dengan sayang, "sama. Mama juga kangen."

"Sama Papanya kangen ngga, La?"

Banget.

"Ngga tuh." Kepala Aqila menengok ke belakang menghadap Raihan sambil menjulurkan lidahnya. Raihan hanya terkekeh.

"Kamu apa kabar?" Tanya Rita setelah pelukannya merenggang.

"Baik Mah, tapi Papa sering ninggalin aku sendirian di rumah." Rita menipiskan bibirnya. "Kalo ada Mama kan aku jadi ngga sendirian lagi. Seneng deh."

"Kamu di terima di SMA mana?" Tanya Aqila.

"Di SMAN 84 Ma. Tinggal verifikasi sih, ntar kesananya sama Mama ya?" Aqila mengangguk setuju.

Raihan berdehem, "Papanya dianggurin nih?"

"Ish sana! Papa ganggu acara kangen-kangenan aja nih."

"Padahal kan Papa juga mau di peluk." Ucap Raihan dengan pura-pura memasang wajah sedih.

"Jangan di dengerin Papa kamu itu."

***
Saat ini Raihan, Aqila dan Rita tengah berada di ruang tengah. Lampu sengaja di matikan, jadi pencahayaan hanya berasal dari televisi yang menyala. Ketiganya berada di karpet berwarna hijau. Tadi, sejam setelah Aqila kembali ke rumah ini Rita mengajaknya untuk movie marathon. Kali ini yang mereka tonton adalah drakor yang berjudul W. Raihan yang penasaran pun akhirnya ikutan menonton dan bergabung bersama dengan anak serta istrinya.

"Yah tidur.." Aqila mengalihkan pandangan ke Rita yang tertidur pulas di lantai. "Bawa ke kamar Mas."

"Hayu.." Raihan salah fokus, dia malah menarik tangan Aqila.

"Rita yang dibawa ke kamar."

"Oh kirain... Biar aja nanti kalo dibawa ke kamar malah dia bangun." Raihan bangkit kemudian masuk ke kamar tamu yang tidak jauh dari tempatnya lalu membawa dua buah bantal.

Dengan gerakan hati-hati, Raihan menaruh satu bantal di bawah kepala Rita, agar putrinya itu merasa nyaman dan tidak sakit kepala. Sedangkan satu bantalnya lagi Raihan taruh di paha Aqila. Kemudian kepalanya sudah jatuh ke atas bantal itu.

"Ehh mau ngapain Mas?" Raihan mengangkat baju Aqila, wajahnya ia hadapkan ke perut Aqila yang sedikit membuncit.

"Maaf ya Papa baru bisa sapa kamu." Satu tangan Raihan mengusap perut Aqila. Aqila hanya bisa pasrah oleh sentuhan hangat dari suaminya, meskipun ia sendiri merasakan gelenyar-gelenyar aneh. "Yang sehat di sana, jagoan Papa harus kuat."

"Emang yakin kalau anaknya laki-laki?" Aqila bersuara yang sebelumnya diam karena masih tidak percaya apa yang ada dihadapannya ini.

"Feeling aku sih kayak gitu."

"Kalau perempuan gimana?"

"Ya ngga papa. Anak itu kan rejeki dari Allah. Mau dapet perempuan atau laki-laki yang penting ibu sama bayinya sehat." Aqila tak henti-hentinya tersenyum. Perlakuan Raihan padanya saat ini sangat hangat. Meleleh dah Aqila.

"Kamu mau turutin permintaan aku yang ketiga ngga Mas?"

Raihan segera bangkit, ia duduk mensejajarkan tubuhnya dengan Aqila. "Apa?"

"Jangan pernah ucap kata cerai lagi. Karena aku ngga tau, apa aku masih bisa berdiri tegak dan bangkit lagi untuk yang kedua kali."

"Aku janji, La." Iris coklat tua dengan iris hitam milik Raihan itu bertemu. Keduanya berpandangan. Sangat kentara sekali keduanya menahan kerinduan yang mendalam. Perlahan wajah Raihan mendekat, Aqila bisa merasakan hembusan napas Raihan di pipinya. Tidak lama kemudian bibir Raihan mendarat sempurna pada bibir Aqila. Aqila terpaku di tempatnya, ia diam. Raihan yang bergerak mendominasi. Aqila Tidak membalas ataupun menolak. Tapi ia merasakan sekujur tubuhnya melemas. Keduanya baru melepaskan diri saat merasa pasokan udara tinggal sedikit. Mereka sama-sama terengah.

StepmotherWhere stories live. Discover now