Part 26

28.4K 1.8K 23
                                    

Mata Aqila terbuka, meskipun udara di luar cukup dingin karena habis turun hujan, tapi rasa ngantuknya itu entah hilang kemana. Qila langsung bangkit dan terduduk di pinggir ranjang.

Ada yang aneh pagi ini saat Qila bangun, dia tidak merasakan morning sickness yang biasa menimpanya. Perutnya itu tidak bergejolak sama sekali seperti biasanya. Ahya, kan ada penawarnya di luar.

Aqila ingat, kalau sekarang Raihan tengah tidur di ruang tamunya. Semalam, Raihan memaksa untuk menginap di rumah ini karena alasan pulang terlalu larut malam. Padahal Aqila tahu, kalau itu bisa-bisaan Raihan saja. Tapi Aqila pun tidak berniat untuk menolak permintaan itu malah di dalam hatinya Aqila merasa senang. Meskipun dengan syarat mereka tidak tidur sekamar.

Kaki Aqila turun dari ranjang, bersamaan dengan rasa dingin dari lantai yang menjalar ke tubuhnya. Tiba-tiba saja Aqila teringat buah naga. Buah yang berwarna ungu itu tiba-tiba melintas di benaknya. Enak kali ya minum jus buah naga di tambah es krim vanilla di atasnya dan juga keju. Dengan memikirkannya saja rasanya air liur Aqila seperti ingin keluar.

Tiba di ruang tamu, matanya menyapu tubuh Raihan yang tengah tertidur pulas di sofa. Tubuhnya meringkuk dibalik selimut tebal milik Aqila. Aqila setengah menunduk untuk memperhatikan wajah suaminya itu. Berapa lama sudah ia tidak bertemu? Hampir dua bulan sejak kejadian itu Aqila tak pernah bertemu Raihan, jika Qila rindu, hanya foto-foto laki-laki itu saja yang menjadi penawarnya. Namun tetap saja, perutnya akan bergejolak seolah ingin menumpahkan segala isinya saat Qila merindukan Raihan.

Saat ini, Qila sangat puas memandangi wajah Raihan yang masih tertidur. Mata hitam Raihan yang biasa memandangnya dengan penuh kasih masih terpejam dengan bingkai alis tebal di atasnya. Qila menyusuri pandangannya hingga ke bawah dan menuju hidung bangir milik Raihan. Kemudian turun ke bibir, bibir yang penuh dan juga berisi. Tapi Qila selalu suka saat dirinya dimanjakan oleh benda satu itu. Ups.

Raihan menggeliat, dan tiba-tiba saja Aqila tersentak saat Raihan membuka matanya. Uh, Aqila jadi salah tingkah sendiri karena ketahuan sedang melihat Raihan seperti itu.

"Bahkan aku masih aja bermimpi ada Aqila di depanku." Raihan bergumam, suaranya serak khas orang baru bangun tidur. Kemudian matanya itu terpejam lagi.

Aqila menghela napas lega karena Raihan menganggapnya hanya mimpi. Aqila tersenyum jahil, ia duduk di sofa kosong yang ditiduri Raihan. Kedua tangannya menangkup wajah Raihan dan langsung terasa geli saat bulu-bulu halus di sekitaran wajah suaminya itu menyentuh telapak tangannya. "Mas bangun yuk, sudah mau shubuh."

Mata Raihan terbuka sempurna, satu tangannya muncul dari balik semulit untuk mencubit pipinya sendiri. Seketika Raihan langsung meringis kesakitan. "Ini bukan mimpi."

Aqila terkekeh mendengar kata itu keluar dari mulut Raihan. Dengan segera Raihan bangkit dari tidurnya.

"Aku kira mimpi, ternyata beneran ya?" Aqila mengangguk.

"Mas aku pingin jus buah naga."

Raihan termangu, di balik kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. "Aku pingin jus buah naga di campur es krim vanilla sama keju."

"Ini kan masih pagi, La. Kamu udah mau jus? Ntar sakit perut gimana?"

"Ini bukan aku lho Mas yang minta, tapi...." Aqila mengelus perutnya sendiri. "Dedek bayinya."

Melihat Aqila yang memandangnya dengan sendu, Raihan tak tega juga menolaknya. Lagi pula ini permintaan calon anaknya. Darah dagingnya sendiri.

"Yasudah, tapi aku cari habis subuh ya, La." Aqila mengangguk senang.

*****

Selepas shalat subuh berjama'ah keduanya berdoa. Sama-sama menggantungkan harapannya pada Sang Pencipta alam, semoga pernikahan mereka sakinah, mawaddah dan warahmah. Ada do'a khusus yang Raihan panjatkan untuk istrinya dan juga calon anaknya, ia berharap agar keduanya bisa sehat dan janin yang ada di perut Aqila bisa dengan selamat terlahir kedunia.

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang