Part 17

20.2K 1.7K 23
                                    

"Handphone Papa mana ya?" Raihan merogoh saku kemejanya dan juga celananya. Ia juga membuka tas kerja dan dashbord mobil, namun nihil. Benda yang dicarinya tak ada.

"Papa gimana sih? Tadi di taruh dimana?" Tanya Rita dengan kesal.

"Ohiya, tadi lupa kebawa. Handphonenya ada di meja makan. Sebentar ya Papa ambil dulu."

"Jangan lama-lama Pa, aku udah telat!!"

"Iya bawel," Raihan mengerling dan mengusap rambut Rita. Rita yang duduk di samping kemudi hanya misuh-misuh.

Raihan berjalan kembali memasuki rumah. Di sudut ruangan, tepatnya di arah dapur, ia melihat Aqila dan Hendrian tengah berdiri berdua seperti sedang berbincang-bincang. Namun Raihan tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Raihan berjalan semakin dekat ke arah mereka dan disaat yang bersamaan juga Hendrian memajukan langkahnya hingga tak ada jarak dengan Aqila. Tubuh Aqila tertutup sempurna oleh badan tinggi menjulang Hendrian. Di tambah lagi kepala Hendrian yang sedikit menunduk.

"Bukannya kamu menikahi Raihan karena terpaksa?"

Raihan terkejut saat namanya disebut.

Dan apa tadi? Terpaksa menikahinya?

Ngga mungkin.

"Iya!" Dada Raihan semakin bergemuruh. Terasa panas dan sesak secara bersamaan. Ia tak ingin mendengar lagi kata-kata yang keluar dari bibir Aqila. "Aku terpaksa menikahinya—"

STOP!!!

Raihan tak ingin mendengarnya lagi.

"AQILA!!!"

Kedua orang itu menjauh, Raihan bisa merasakan wajah Aqila yang berubah pucat seketika saat melihatnya. Seperti orang yang sedang dipergoki selingkuh oleh suaminya.

Selingkuh.

Aqila mengkhianatinya.

Rasa panas dan sesak di dadanya bertambah parah. Ia geram!

"Se.. Ssejjak kap.. Kapan kamu di sannnaa?" Ia mendengar suara Aqila yang bergetar, "sejak kalian berdua berciuman."

Raihan mendekat, ia berjalan santai ke arah Aqila dan juga Hendrian, meskipun mati-matian ia menahan amarahnya sendiri. Dan...

BUGGH!!!

Satu pukulan berhasil mendarat di rahang Hendrian dan berhasil membuat bibirnya pecah. Dengan ibu jarinya ia menghapus darah yang sempat mengalir dari ujung bibirnya.

Seperti kerasukan setan, Raihan memegang kuat kerah kemeja Hendrian. Bertubi-tubi Raihan memberikan serangan. Mulai dari pukulan di wajah, perut, hingga kaki. Namun tak ada balasan satupun dari Hendrian. Ia pasrah, tak melawan. Bukannya ia tak bisa melawan, ia bisa saja menghajar balik Raihan akibat latihan bela dirinya selama ini, namun ia lebih membiarkan Raihan menjadikannya bulan-bulanan.

"Stop!!! Udah Mas.. Udah!!" Aqila berteriak histeris. Seluruh tubuhnya bergetar karena ketakutan.

Raihan membanting tubuh Hendrian hingga jatuh terpelanting ke meja makan hingga gelas dan piring berjatuhan mengadu lantai. Suara itu menggema memecah seluruh ruangan. Hendrian bangkit dan menyeringai. Ia berjalan sempoyongan mendekati Raihan yang masih tegak berdiri.

Hendrian menepuk dada Raihan, "harusnya gue yang marah sama lo, Bang. Lo yang udah ngerebut pacar gue." Hendrian menunjuk dirinya sendiri, "gue yang seharusnya jadi suaminya Qila, bukan lo!" Kemudian dengan jari telunjuknya ia mendorong dada Raihan.

Raihan terpaku karena mendengar perkataan Hendrian. Jadi, jadi selama ini mereka mencintai wanita yang sama.

Hendrian memang sering bercerita padanya, entah itu melalui video call, email, atau bahkan dari chat di salah satu aplikasi di handphone canggihnya tentang seorang cewek. Ia adalah pacarnya Hendrian yang ia tinggalkan tanpa pamit. Dan Hendrian ingin bertemu dia kembali dan melamarnya. Orang itu adalah Aqila. Aqila.

Istrinya sendiri.

Betapa takdir telah mempermainkan mereka.

Raihan mendorong tubuh Hendrian sehingga menjauh. Tanpa ada kata, dia pergi meninggalkan Aqila dan Hendrian di sana. Tepat di hari itu, semuanya akan berubah.

Dan kita hanya tinggal melihat saja. Apakah cinta lama yang akan bersatu? Ataukah cinta yang lain yang telah diikat oleh tali pernikahan.

===========
Aqila melihat kalender kecil yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Hari ini adalah tanggal 29, tepat 4 hari Raihan tidak pulang ke rumah. Aqila bingung harus mencari Raihan kemana. Karena selama ini ia tidak pernah tahu kemana biasanya Raihan pergi selain ke kantor.

Ia sudah berusaha untuk menghubungi dan mengirimkan pesan singkat, namun berkali-kali ia lakukan itu, berkali-kali juga tak ada respon. Aqila juga pernah mencari Raihan di kantornya, namun sekretarisnya bilang kalau Raihan sedang tidak ada di kantor. Aqila frustasi, ia memutuskan untuk menunggu suaminya pulang dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Aqila melihat bulatan berwarna merah di salah satu angka. Tanggal 3. Harusnya tanggal itu dia mendapatkan tamu bulanannya. Namun sudah lebih dari dua minggu ia belum juga haid. Sebelum menikah ia memang sering kali telat datang bulan, tapi telatnya itu tak pernah lama seperti ini. Paling lama juga satu minggu. Apa ini karena dirinya terlalu setres? Sehingga hormonnya tidak normal. Atau mungkin dia hamil.

Hamil?

Aqila menggeleng, ia mengelus perutnya yang rata. Diam-diam Aqila tersenyum. Jika benar, ia akan memberitahukan kepada Raihan tentang kehamilannya ini. Namun ia juga tidak ingin berekspektasi lebih jauh lagi, takut tidak benar jatuhnya akan terasa lebih sakit.

Aqila memutuskan untuk memeriksanya sendiri, kemudian ia pergi ke sebuah apotek untuk membeli sesuatu.

Aqila membaca cara penggunaan benda yang baru saja dibelinya dengan seksama. Satu persatu step by step ia baca dengan teliti. Kemudian ia mengeluarkan benda kecil berbentuk persegi panjang yang pipih dari dalam bungkusnya. Lalu, Aqila mulai menggunakan benda itu.

"Tante Qila!! Tante!!"

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamarnya. Suara itu adalah milik Rita yang tidak sabar agar pintu itu segera terbuka. Dengan tergesa Aqila langsung menghampiri pintu dan langsung membukanya.

Rita berdiri dihadapannya dengan mata yang berbinar, "Tante aku punya drama Korea baru. Yang main si ganteng Lee Min Ho, judulnya the Legend of Blue Sea. Temenin aku nonton yuk, Tante."

Aqila menghembuskan napas kecewa. Ia kira ia akan mendengar tentang kepulangan Raihan. Tapi dugaannya meleset. "Ayuk Tante." Mau tidak mau Aqila menurut, karena Rita menarik-narik tangannya.

Aqila melupakan satu hal. Benda itu menunjukkan hasilnya. Di tengah sisi benda itu muncul satu garis berwarna merah yang tak lama bertambah lagi satu garis. Dua garis muncul berwarna senada.

Positif.

=======
Dua hari berturut-turut update. Semoga kalian ngga bosen ya sama cerita satu ini yang gaje wkwk. "Maap yak Om Raihan:p"

Happy reading All.. :*

StepmotherWhere stories live. Discover now