[2]

11.4K 585 4
                                    

BAGIAN DUA

***

“Shel, kayaknya gue bakal telat pulang, deh.” Kata Olive dan menyusun kembali buku-bukunya ke dalam tas.

“Kok gitu?” Tanya Sheila sambil menyatukan alisnya.

“Gue ada urusan bentar sama Bu Yanti. Lo pulang aja duluan, entar malam gue datang deh kerumah lo,” jawab Olive dan mulai berlalu.

“Yaah, pulang sekolah sendiri, dong.” Keluh Sheila kemudian.

“Hehehe, sesekali kok. Yaudah ya, gue pergi dulu,” Olive berpamitan dan keluar dari pintu kelas. Berlalu meninggalkan Sheila dengan beberapa murid lainnya.

Sheila pun berjalan sendirian di koridor sekolah. Sekolahan tampak sudah mulai menyepi, langit sangat mendung. Akan terjadi badai dan hujan lebat dalam beberapa menit lagi. Angin mulai berhembus dan semakin memberikan tanda-tanda.

Ahhh, pasti bakal hujan,’ Sheila mulai mendengus kesal dengan keadaan yang sangat membuatnya menggerutu.

Dan benar, hujan datang setelahnya. Sebelum Sheila berhasil menuju gerbang sekolah. Sekarang, Sheila sedang terjebak di koridor kelas. Dengan terpaksa, Sheila menunggu. Sheila pun memilih duduk di kursi yang berada di belakangnya.

Sudah lima menit berlalu, ia pun berdiri dan memandangi air yang turun dari atap. Hujannya masih sangat lebat. Suaranya pun lebih keras daripada volume max di speaker-nya.

Suhu yang sangat dingin, menusuk kulit putih Sheila. Ia pun memegang erat kedua lengannya. Berusaha supaya setidaknya ini bisa membantu mengurangi suhu dingin yang menusuk tubuhnya.

Namun, tubuhnya mulai menghangat dengan jaket tebal yang menempal pada badannya. Ia pun segera menoleh ke arah orang yang telah menghangatkannya.

“ Terima—” Sheila menghentikan kalimat yang ingin ia ungkapkan setelah tahu ternyata Sang Ketua. Sheila memutar kedua bola matanya dan melemparkan pandangannya ke arah depan kembali.

“Bilang makasih nggak susah kan?” Suara berat itu menggema di telinga Sheila. Buru-buru Sheila melepaskan jaket hitam itu, dan memberikannya kembali ke Adam.

“Nggak, makasih. Gue nggak kedinginan,” ucap Sheila datar dan ketus. Ia tidak kembali memegang lengannya. Itu adalah bukti, bahwa ia benar-benar tidak kedinginan, dihadapan Adam. Dan semua itu adalah kebohongan.

“Lo serius nggak kedinginan?” Lagi-lagi Adam bertanya sambil menyatukan alisnya.

“IYA LOH, GUE NGGAK KEDINGINAN. MENDING LO PERGI!” Ucap Sheila yang sengaja berbicara sedikit berteriak. Karena, hujan semakin memekakan telinga.

“Yaudah, pakai aja jaketnya. Besok lo balikin, gue pergi.” Jawab Adam dan mengenakkan kembali jaket itu pada Sheila.

Sheila yang samar-samar mendengar suara Adam hanya menaikkan sebelah alisnya. Ia bingung, mengapa Adam mau memberikan jaket untuknya.

Adam pun berlalu dengan jalan santainya. Melihat Adam sudah agak menjauh, Sheila kemudian mengeratkan jaket yang menempel pada badannya. Sebenarnya, ia sangat butuh akan jaket itu. Namun, gengsinya telah menjatuhkan keinginannya.

My Bad Girl RomanceOnde as histórias ganham vida. Descobre agora