[18]

3.1K 170 14
                                    

BAGIAN DELAPAN BELAS

***

Olive yang sudah melihat Adam keluar, disusul juga oleh Misyel langsung buru-buru menemui Sheila. Olive membulatkan matanya dengan sempurna, menemukan Sheila sudah penuh dengan isak tangis dan juga dirinya yang terpuruk. Olive berjalan mendekati Sheila.

“Lo baik-baik aja?” Tanya Olive sambil memegang bahu Sheila. Olive benar-benar khawatir.

“Gue cewek jahat ya Liv, g-gue jahat.” Ucap Sheila sesenggukan mencoba menahan suara tangisnya.

“Lo nggak jahat. Cuma lo lagi salah aja ngambil keputusan saat itu. Emosi lo lagi tersulut aja kemarin,” kata Olive berusaha menenangkan Sheila dan membawanya ke dekapan Olive.

“Seharusnya gue dulu nggak nerima ini semua. Seharusnya—” Sheila tidak mampu lagi untuk melanjutkan kata-katanya. Tiba-tiba saja, ia ingin diam dalam tangisan. Olive mengelus lembut punggung Sheila, membuat Sheila sedikit tenang.

“Yaudah, sekarang kita pulang ya. Lo juga pasti butuh istirahat. Yuk!” Olive membantu Sheila berdiri dan segera mengantar Sheila pulang dengan taksi. Dan disepanjang perjalanan, Sheila berulang kali mengusap air mata yang mengucur dari kedua matanya.

***

Setelah dari sekolah tadi, Adam bukan langsung pulang, tapi berkeliling tidak jelas dan menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Sekarang sudah malam, Adam pun akhirnya pulang ke rumah.

Adam sudah berada di kamarnya. Ia membuka baju seragamnya lalu mengambil handuk untuk mandi di kamar mandi yang berada di kamarnya. Setelah sepuluh menit membersihkan diri, Adam mengganti pakaiannya dengan kaus putih dan celana pendek selutut.

Kepalanya terasa pusing sejak tadi. Ia tidak bisa berpikir jernih seperti biasanya.

Ia pun menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk. Menatap langit-langit kamarnya yang senada dengan warna kausnya. Rekaman yang diberi Misyel masih terngiang di koridor ingatannya. Susah untuk dilupakan.

Dan juga ungkapannya tadi kepada Sheila. Mengatakannya dia adalah wanita jahat.

Drrrtt

Suara getaran ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, mengalihkan pandangan Adam.

Kevin is calling..

Sejenak, Adam mengerutkan keningnya. ‘Tumben-tumbennya,’

Adam pun menekan tombol hijau lalu meletakkan benda itu ke telinganya.

“Ha?”

Gue ke rumah lo ya,

“Ngga usah,”

Kenapa?”

“Gue pengen sendiri,”

Ada masalah?

“Hmm,”

Gue udah sampai. Daah!

Kevin mematikan ponselnya sepihak, membuat Adam melemparkan ponselnya ke tempat semula. Tidak memikirkan keberadaan Kevin.

Palingan bohongan,’

My Bad Girl RomanceWhere stories live. Discover now