[17]

3.7K 170 28
                                    

BAGIAN TUJUH BELAS

***

Misyel berdecih sinis menatap Adam dan Sheila yang sedang berjalan di koridor sekolah sambil bergandengan tangan. Layaknya pacaran sesungguhnya. Jauh di dalam hati Misyel, sebenarnya ia sedari tadi sedang memikirkan cara licik untuk menghancurkan hubungan itu.

Tak lama, senyuman miring dengan ide yang cemerlang menghampirinya.

Tunggu aja saatnya,’ batinnya.

Adam mengantar Sheila sampai di depan pintu kelasnya setelah dari kantin tadi. Lagipula, jam istirahat akan segera berakhir. Dan Adam harus buru-buru ke kelas juga karena sesudah istirahat, ia harus melaksanakan ulangan harian biologi.

“Jadi ibunya Olive udah dioperasi ya?” Tanya Adam setelah mendengar penjelasan Sheila panjang lebar. Sheila mengangguk.

“Yaudah, gue balik ke kelas ya. Daah,” kata Adam sambil mengulum senyumannya dan mengacak pelan rambut Sheila.

Sheila juga membalasnya dengan senyuman. Adam pun membalikkan punggungnya dan berjalan menjauh. Punggung Adam yang hampir sudah tak nampak lagi, Sheila pun baru ingin masuk ke kelasnya dengan semringah.

Namun, lengannya dicekat kasar oleh seseorang. Membuat Sheila langsung menoleh ke arah seseorang itu. Dan ternyata Misyel.

“Sekarang lo udah senang ya, pacaran sama sahabat gue.” Ucap Misyel dengan ketus membuat Sheila hanya memasang wajah datarnya.

Sheila mendekapkan tangannya. “Lumayan. Dan sejauh ini hubungan gue sama dia baik-baik aja,” jawab Sheila tenang.

“Hah,” Misyel membuat napasnya. “Lo udah lupa. Kalau semua ini hanya sandiwara semata hah? Kalau gue bisa buat kalian bersama, kenapa gue nggak bisa bikin kalian hancur?”

Perkataan Misyel sepenuhnya benar. Sheila merasa tertohok dengan ucapan itu. Darahnya mendesir saat itu juga. Rasanya, ia ingin sekali menjambak rambut Misyel dan menghajarnya habis-habisan. Namun, dengan sekuat tenaga Sheila menahan emosinya dan mencoba mengendalikan dirinya.

Melihat Sheila yang berkecamuk dengan pikirannya, diam-diam Misyel mengambil ponselnya dan mulai mengaktifkan perekam suara. Lalu, meletakkannya kembali ke tempat semula.

“Lo nggak lupakan?” tanya Misyel memancing Sheila. Sheila menatap Misyel dengan penuh kebencian. Misyel adalah orang yang paling ingin ia singkirkan dari kehidupannya saat ini.

“Gue harap lo gak bakal lupa soal itu. Karena gue lihat, lo emang udah beneran suka sama Adam. So, apa gue—”

“Tentu. Gue ingat kalo gue sama Adam pacaran cuman untuk gue menang taruhan,” potong Sheila cepat karena ia sudah tidak tahan dengan raut wajah yang dibuat Misyel.

Misyel tersenyum puas mendengarnya. Sheila melangkah selangkah ke hadapan Misyel.

“Dan sekarang, lo udah taukan siapa yang hebat disini!” Sheila mengucapkannya dengan bangga. “Gue, Sheila Alexander. Apapun yang gue inginkan pasti gue dapat. Termasuk dapatin Ketua OSIS yang dingin seperti Adam,” sambungnya yang lagi-lagi membuat Misyel kegirangan.

“Lo memang hebat.” Misyel mengigit bibir bawahnya dan memasang raut wajah mengejek ke arah Sheila. “tapi, nggak lama lagi lo bakal dapat akibatnya,” tutur Misyel membuat Sheila menyerngit bingung.

My Bad Girl RomanceWhere stories live. Discover now