[9]

8.1K 503 5
                                    

BUDAYAKAN MEMBERI VOTE SEBELUM MEMBACA. HAPPY READING! :)

***

BAGIAN SEMBILAN

***

Hukuman dari Bu Irna sudah selesai dilakakukan sukarela oleh Adam dan Sheila. Mereka langsung memasuki kelas masing-masing dengan wajah yang sedikit pucat dan bibir yang sudah kering. Saat di persimpangan koridor, Adam menghentikan langkahnya dan memanggil Sheila.

“Sheila,” panggil Adam. Sheila pun memberhentikan langkahnya.

“Iya?” jawab Sheila dengan sisa tenaganya.

“Nanti gue ke kelas lo ya, agak lama memang. Tapi tunggu aja, gue bakal traktir lo ke kantin, kok.” Ucap Adam dan yang langsung melangkahkan kakinya ke kelas setelah Sheila mengangguk.

Sesampai di kelas, Sheila bertemu dengan guru keseniannya, Bu Rima. Sheila menyalami guru tersebut kemudian duduk di bangkunya. Olive yang merupakan teman sebangkunya langsung menanyakan kabarnya. Karena tak sanggup berbicara lagi, Sheila hanya menyuruhnya menunggu sampai istirahat nanti. Olive pun mengangguk mengerti dengan senyumannya.

***

Bel istirahat mulai berbunyi. Guru yang mengajar disetiap ruang kelas mulai keluar dan menuju kantor majelis guru. Begitupun di kelas Sheila.

“Lo kok bisa terlambat?” Tanya Olive sambil menyatukan alisnya.

“Tadi gue berangkat sekolah sama Adam, terus mobilnya mogok. Dan akhirnya gue naik bus dan gue terlambat, dihukum sama Bu Irna, lalu selesai deh,” ucap Sheila sesingkat-singkatnya.

“Terus? Adam?”

“Ya nasibnya sama kayak gue lah,”

“Kasiah yah si Ketua OSIS tuh,” ujar Olive sambil terkekeh.

“Hah, entahlah. Mungkin ini yang namanya kesialan bareng pacar,” Sheila pun mulai tertawa renyah.

“Kayak mana rencana tadi malam? Ceritain dong?” Ucap Olive penasaran dengan setengah memohon.

“Awalnya kan, gue ke rumah Kevin kan. Dan di sana tuh, gue benar-benar ngerasain ketidaknyamanan. Adam peka banget saat itu, dan lo tau apa yang paling gila?” Ucap Sheila memainkan nada-nada ketegangan. “gue sama dia kemarin kencan,” sambung Sheila dengan bahagia.

“Hah? Seriusan?” Olive seakan tidak percaya dengan apa yang tengah diucapkan Sheila.

“Masalahnya itu seriusan, dia bahkan meluk gue kemarin. Lo tau, gue sebenarnya bahagia digituin, tapi di satu sisi, gue ngerasa terus bersalah sama dia.” Sheila yang mengingat bahwa Adam hanya seorang barang taruhan membuatnya terus menyesali perbuatannya.

Tak lama setelah Sheila merenungkan masalahnya, Misyel dengan tatapan sinisnya berdiri di ambang pintu kelasnya. Olive yang pertama kali melihatnya, langsung menyenggol siku Sheila untuk menatap orang yang berdiri di sana. Sheila pun melihatnya, lalu menggerutu dalam hatinya.

“Shel, lo dipanggil Adam. Buruan!” Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, ia pun berlalu. Sheila mendengus kesal. Ia menimang-nimang ucapan Misyel. Karena ia masih ingat betul, bahwa Adam yang akan ke sini. Bukannya dia.

My Bad Girl RomanceWhere stories live. Discover now