[MOIS VII] - The Necklace

4.1K 467 12
                                    

Azriel bilang, jeritanku terdengar hingga para pelayan menjadi heboh di luar. Azriel langsung menuju kamarku untuk mengecekku. Setelah itu, ia membiarkanku tidur dalam dekapannya yang membuatku merasa aman.

Tapi tetap saja aku takut.

Aku takut dengan memori masalaluku. Aku takut untuk merasakan sakit itu lagi tapi itu satu satunya jalan untuk mengetahui semuanya. Meski berupa sebuah cuplikan kecil.

Aku mungkin bisa gila jika aku memaksakannya dan aku juga tidak tahu seberapa banyak ingatanku pada masalalu untuk kembali ku ketahui.

"My Lady, kau belum tidur?"

Aku mendongak, menatap Azriel, "Aku tidak bisa tidur." bisikku. "Aku takut."

"Kau tidak perlu takut." ia mengeratkan dekapannya. "Ada aku dan aku pasti melindungimu. Kau percaya itu?"

Entahlah.

"Ya, aku percaya padamu, Pangeran."

•••

Lalu setelah malam itu, malam malam berikutnya jadi lebih menyeramkan untukku.

Aku sering bermimpi buruk dan bahkan mengigau tak jelas.

Aku benar benar takut akan mimpi mimpiku, seolah mereka akan membunuhku saat tidur. Mereka. Mereka yang ingin menghancurkanku dengan keluargaku.

Mereka yang tak bisa aku jelaskan siapa.

Tapi di balik itu semua, Azriel selalu ada dan menenangkanku. Ia bahkan menemaniku hingga aku tertidur dan mengecekku setiap jam agar ia tahu bahwa aku baik baik saja.

Ia juga memanggil dokter untuk membantuku tapi aku rasa itu semua sia sia.

Aku masih saja takut.

Lalu suatu malam, saat kami berbaring di ranjangku dan aku tidak juga kunjung tidur, aku bertanya padanya.

Bertanya akan salah satu hal yang juga aku takuti, "Apakah kita akan berperang?"

Azriel menatapku, "Apa maksudmu, My Lady?"

"Panggil aku Cara saja, Pangeran." kataku. "Aku hanya takut."

"Kau tidak perlu takut, aku tidak akan membawamu terlibat pada perang apapun jika itu terjadi."

Tapi itu pasti terjadi kan, Azriel? Dan kau akan tetap membawaku ke sana bagaimanapun caranya kan?

"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.

Aku menggeleng dan menyembunyikan kepalaku di dadanya, "Tidak ada, aku hanya berpikir apa yang akan terjadi jika kau tidak ada."

"Kau mungkin akan lebih baik." jawabnya.

Aku menatapnya bingung.

"Maksudku, kau akan lebih baik jika tidak memikirkan hal itu dan percayalah bahwa aku akan selalu ada bersamamu." ia mengecup puncak kepalaku. "Sekarang, tidurlah."

Aku mengangguk, "Selamat malam, Az."

"Selamat malam, Cara."

•••

Pagi hari adalah temanku. Meski aku merasa dan berpikir, apa mungkin dulu aku membenci pagi hari?

Karena rasanya pagi hari sangat menenangkan. Semuanya. Dari udara, suasana dan ketenangan dalam kerajaan saat para pelayan belum bangun.

Sedangkan malam hari, itu benar benar mimpi buruk.

Pagi ini Azriel menemaniku membaca di perpustakaannya, lalu kami akan minum teh bersama sebelum sarapan dan mungkin, berkuda.

MIRROR: The Cracked MirrorWhere stories live. Discover now