[SOLEIL XXVI] - Waning Crescent

3.5K 377 40
                                    

Karena hari masih siang, kami memutuskan untuk pergi ke Scorpius. Untuk menemui Katya, tentu saja.

Perjalanan cukup jauh jika di tempuh dengan jalan kaki. Tapi itu lebih menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak di luar dari pada di kerajaan.

Akhirnya kami sampai di Scorpius, sebelumnya kami sudah memberitahu Katya bahwa kami akan ke sana sedikit terlambat karena aku menemui Muse terlebih dahulu.

Kami di persilahkan masuk dan menemui Katya yang juga sedang berjalan keluar untuk menyambut kami.

"Cara!"

Aku tersenyum dan memeluknya lalu Pangeran Aldric berdeham, "Aku tahu kau butuh waktu untuk berbicara dengannya, jadi aku akan menemui Pangeran Arthello saja untuk membahas perkembangan manusia buatan."

Aku mengangguk, Katya mengajakku duduk di aula kerajaan karena anaknya Katya sedang bermain di sana.

"Siapa namanya?" tanyaku.

"Johanna Nina Merrel. Nama yang cantik bukan?" tanyanya. "Aku tidak menyangka bahwa lambang belahan jiwa itu benar benar bisa membuatmu lepas dari penderitaan atau terkadang malah menjeratmu kedalam penderitaan yang baru."

"Dan bagimu?"

"Bagiku, aku telah melepaskan penderitaanku. Aku tahu bahwa cinta itu terlarang dan sekarang aku telah jalani hidupku sendiri."

"Apa sekarang aku boleh memanggilmu Katya Witchelf?"

Ia menatapku tajam, "Tidak." lalu ia tersenyum. "Karena sekarang kau harus panggil aku Katya ValeMerrel."

Aku tertawa, "Baiklah akan ku panggil kau Nyonya Katya ValeMerrel, bukan Putri Katya Arthella lagi."

Aku turut bahagia jika Katya sudah bisa melepaskan cintanya seperti Pangeran Carlos. Untuk Chailyn dan Pangeran Arthello, yang ku tahu mereka adalah belahan jiwa. Mereka pasti telah menemukan kebahagiaan mereka sendiri.

Lalu kenapa mereka tidak tinggal bersama?

Tapi apapun alasannya, biarlah lima ratus tahun berlalu atau seribu tahun berlalu dan simpanlah apa yang terjadi hari ini, kemarin, dan seterusnya sebagai sejarah.

Lalu hiduplah dengan kedamaian.

"Jadi Cara, kau bilang kau bertemu dengan kakakku?"

"Ah, itu.. ya. Aku bertemu dengannya."

Katya merenyitkan dahinya, "Benarkah? Aku bahkan tidak mengetahui bahwa aku memiliki kakak perempuan."

"Hingga detik ini aku juga tidak mengerti hal itu. Hanya Witches yang tahu dan kita tahu bahwa ia juga tidak bisa menjawab dari makamnya bukan? Jadi biarkan itu menjadi rahasia alam sendiri." aku menggenggam tangannya. "Katya, kakak perempuanmu adalah gadis yang baik."

"Siapa ia?"

"Ia adalah Kayathylane Witchelf. Ia mirip sepertimu dan ku rasa, kau akan iri jika kau mengetahui bahwa Johanna lebih mirip dengan bibinya di bandingkan ibunya." candaku.

Mata Katya yang indah itu membulat, "Apa kakakku sangat cantik?"

"Kau akan terkejut melihatnya." aku tertawa. "Tapi yang terpenting bukanlah secantik apa dirinya. Ku pikir kau perlu tahu kenyataan di balik semua ini."

Dan aku menceritakan seperti apa Thylane itu. Ia pintar. Sangat pintar. Pertama kali aku bertemu dengannya hingga detik menjelang kematianku, ialah yang menyelamatkanku.

Setelah mendengar itu semua, Katya tersenyum, "Ku rasa akan lebih baik jika ia mau kembali ke kerajaan."

"Aku bisa merundingkan banyak hal dengannya meski ku rasa, ia akan seperti Muse." bisiknya lalu tertawa. "Tapi sungguh, jika ia kembali, aku ingin mengembalikan semua haknya. Kerajaan ini, tahtanya, semuanya. Karena aku pun tak butuh itu. Aku sebenarnya hanya ingin hidup bahagia dengan keluargaku. Itu saja."

MIRROR: The Cracked MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang