[SOLEIL XXVIII] - Lady Clarence

3.2K 389 70
                                    

Ini sudah hari ke empat aku tinggal di Corona Australis. Semuanya baik baik saja. Lalu kenapa Lucien tidak bisa membiarkan aku menginap di Corona Borealis sehari saja??

Untung saja sejak dua hari yang lalu, Lucien tidak lagi ada di depan kamarku. Tapi aku curiga ia pergi sebelum aku terbangun.

Secara Vampire kan punya indera yang tajam, mungkin saja ia mengetahui gerak gerikku akan bangun. Aku pun mulai melantur.

Tidak mungkin.

Dia kan Vampire, bukan Dewa.

Tapi entah kenapa, semalam aku merasakan sengatan sengatan kecil di seluruh tubuhku. Tidak menyakitkan, tapi cukup menggangguku.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Lucien yang bersandar di pintu kamarku.

"Ya jika aku tidak tinggal di sini." ketusku kesal.

Lucien menyeringai, "Kalau begitu bagaimana jika kau tinggal di kamarku?"

"Mati saja kau!"

Lucien tertawa, "Kalau begitu matilah bersamaku."

"Lucien!!" pekikku kesal karena ia selalu saja mengganggu pagi hariku.

"Baiklah, baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi." ia mengangkat tangannya. "Apa hari ini kau akan bertemu dengan Aldric lagi?"

"Tentu saja. Aku akan buat kejutan untuknya."

Lucien tersenyum miring, "Sebaiknya kau batalkan saja. Ibuku ingin menghabiskan hari ini bersamamu. Mengingat kau selalu saja pergi."

Aku mendengus, "Kau tidak perlu membohongiku, Lucien."

"Aku tidak berbohong. Kau tanya saja padanya. Ia memintaku untuk menyampaikan permintaannya ini padamu." jelasnya.

"Baiklah. Aku akan bertanya tapi jika kau membohongiku, aku akan tinggal di Corona Borealis saja!" ketusku.

"Ah ya, apa Julian tidak tinggal di sini lagi? Aku tidak melihatnya sejak aku kembali."

Lucien mengangkat bahunya, "Kenapa kau peduli?"

Aku mendengus, "Aku hanya bertanya!" ketusku. "Apa salahnya kau menjawab?"

"Baiklah, tuan Putri. Julian tidak tinggal di sini karena ia terus merancang perkembangan mahluk buatan bersama Zavent." jelasnya yang membuatku jengkel dengan nada bicaranya.

"Menyebalkan!" desisku seraya meletakkan sisir yang tadi ku gunakan untuk menyisir rambutku. "Lalu apa Zavent ikut membantu perkembangan itu?"

"Ya. Setidaknya nyaris 40% Zavent lah yang membantu dengan penemuan barunya terhadap Death Aurora." Lucien merenyit tampak tidak suka. "Tapi aku benci sekali setiap kali ia datang dengan suntikkannya." gerutunya.

Aku mengulum senyumku lalu aku menatapnya tajam, "Ah, sekarang aku tahu kau takut dengan suntikan, iya kan Pangeran?" godaku. "Jadi sebaiknya sekarang kau tidak lagi macam macam denganku atau aku akan menyuntikmu."

Lucien mendekat hingga ia berada sangat dekat denganku, "Coba saja. Aku tahu kau tidak memilikinya." ia menyeringai.

Sial.

•••

Ratu Tatiana memang ingin menemuiku. Jadi aku pun menemuinya di ruang makan. Lucien tidak ada karena ia langsung pergi untuk urusan lain yang sangattttttt penting.

Terserah, aku tak peduli.

"Jadi apa kau sudah dapatkan lambangmu?" goda Ratu Tatiana.

Saat ini kami sedang duduk di ruang etika. Di sini tempat para bangsawan berlatih atau bahkan di hukum. Tapi biasanya hanya perempuan yang memasukki ruangan ini karena lelaki lebih sering menghabiskan waktu mereka untuk berlatih di lapangan langsung.

MIRROR: The Cracked MirrorWhere stories live. Discover now