[MOIS XIV] - Ridiculous

3.6K 418 22
                                    

Aku membuka mataku perlahan, "Pangeran Lucien?"

Mataku membesar seketika, si bodoh ini!

Aku memukulinya dengan keras, ia yang berteriak tadi! Dasar gila!

"Aduh, hentikan!" Lucien mengaduh. "Jika tidak kau bisa jatuh nanti."

Aku terus memukulinya, "Turunkan aku!"

"Lily, hentikan!" ia tampak kesakitan.

Atau ia hanya menipuku?

"Jangan menipuku, brengsek!" aku memukulinya lagi.

Dan akhirnya kamipun jatuh bersama.

"Ah, sakit sekali." ringisnya yang jatuh pertama kali.

Seharusnya akulah yang jatuh pertama kali, namun ia memelukku dan membuatnya terjatuh lebih dulu sementara aku berada di atasnya dan tidak terluka.

"Ka.. kau... kau tidak apa apa?"

"Tidak apa apa bagaimana? Aku kesakitan."

Aku menyipitkan mataku, "Kalau kau bohong aku akan menjatuhkanmu ke jurang!" ancamku.

Ia meringis, "Apa kau tidak terlihat betapa sakitnya aku? Tulang tulangku pasti patah dan itu karenamu. Sekarang kau ingin menjatuhkan aku ke jurang juga? Kejam sekali."

Aku bangkit dari atasnya dan membantunya duduk, "Apa benar benar sakit?"

"Ah!" ia meringis dan ia benar benar sangat kesakitan.

"Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanyaku cemas. Bagaimana ini... ia kan seorang Pangeran.

Aku akan dapatkan apa jika membuat seorang Pangeran mati karena tidak sanggup menahan sakitnya patah tulang.

"Tidak perlu." ia meringis. "Peluk saja aku."

Aku menghajarnya seketika, "Jangan mencari kesempatan ya!"

Pangeran Lucien meringis, "Aduh, kau membuatnya semakin parah." ringisnya.

Aku tidak ingin membantunya lagi setelah permintaan konyolnya itu. Tapi melihat ia memegangi pinggangnya terus menerus membuatku merasa ini salahku.

Bagaimana jika ia patah tulang dan sakit pinggang? Kasihan sekali, masih muda sudah sakit pinggang.

"Kalau begitu, sebaiknya kita ke rumah sakit saja." saranku.

Ia menggeleng, "Tidak. Jangan bawa ke rumah sakit."

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Karena mereka akan menertawaimu."

"Aku?"

Lucien mengangguk, "Mereka pasti berpikir betapa bodohnya kau jika kau membawaku ke rumah sakit."

"Mengapa mereka berpikir seperti itu?" aku merenyitkan dahiku.

"Karena aku tidak sakit." Lucien menyeringai.

Aku melotot dan menghajarnya, "Sialan! Jadi kau menipuku ya?!" aku memukulnya tanpa ampun.

Ia berdiri dan berlari, begitu juga aku yang akan mengejarnya hingga seseorang mencabut nyawanya itu.

"Kemari kau, Pangeran!" pekikku kesal.

•••

Kami berhenti dan beristirahat di sebuah pohon. Ternyata kami sudah memasukki Dixie Forest.

"Kau benar benar menyebalkan! Lagi pula apa yang kau lakukan di tempat musuhmu? Memata matainya?" tuduhku.

Lucien menyeringai, "Kau sendiri apa yang ingin kau lakukan tadi? Bunuh diri? Untung saja aku datang tepat waktu. Jika hari ini aku tidak ingin melihatmu, mungkin aku akan melihatmu di peti mati."

MIRROR: The Cracked MirrorWhere stories live. Discover now