[SOLEIL XVII] - Queen Perseus

3.3K 385 21
                                    

Azriel benar benar pulang lebih awal hari ini. Tapi ku rasa, itu semua karena kedatangan ibunya dan ia ingin memastikan bahwa aku tidak mengacau pada persiapan pestanya.

Demi apapun, aku dapat lakukan apa jika hariku saja di habiskan untuk belajar ini belajar itu hingga seluruh tulangku seolah tidak lagi berada di tempatnya?

Benar benar... ku rasa ia harus memecat guru itu sekarang juga. Rasanya ia berada di sini bukan untuk mngajariku tapi untuk memekik padaku!

"Jika kau lelah, sebaiknya kau beristirahat saja dulu. Pelayan akan membangunkanmu nanti." ujarnya seraya mengelus kepalaku.

Aku mengangguk, "Jika kau tidak suka dengan apa yang aku tentukan, mungkin sebaiknya kau mengubahnya. Kau lebih tahu selera ibumu. Jadi..."

"Tidak apa. Kau tidak akan tahu jika kau tidak melihat sendiri apa pendapatnya tentang pesta penyambutan darimu ini." ia tersenyum, "Istirahatlah."

Aku tersenyum dan pergi.

Azriel benar dan ia selalu saja benar di mataku. Lalu kenapa aku masih saja sering meragukannya?

•••

Aku di bangunkan oleh berisiknya keadaan di luar sana. Aku segera memanggil pelayan dan mulai bersiap siap.

Ratu Matheelda sudah di perjalan. Maka aku harus menyambutnya di depan pintu kerajaan bersama Azriel.

Ketika aku selesai bersiap, Ratu Matheelda sudah sampai dan aku nyaris terlambat. Benar benar kesan yang memalukan. Aku juga nyaris berlari. Jika aku berlari tadi, guruku akan memekik dan kesanku akan bertambah buruk.

Seorang Putri tidaklah berlari.

"Maafkan aku, apa aku terlambat?" tanyaku pada Azriel seraya tersenyum kepada Ratu Matheelda yang berjalan kearahku.

"Tidak, kau datang di saat yang tepat."

Ia menggenggam tanganku, erat sekali seolah ia ingin menyatakan bahwa aku miliknya.

Tapi aku tidak merasa begitu.

"Your Highness." kami semua menunduk secara serempak ketika ia berhenti di depan kami.

Ratu Matheelda tersenyum anggun, "Lama tidak melihat kalian semua." lalu ia menatapku. "Dan senang bertemu denganmu, Lilith."

"Ah, sebenarnya kau bisa memanggilku Cara dan aku juga senang bertemu denganmu, Your Highness." aku tersenyum.

"Tentu, jika kau merasa nyaman dengan itu."

Kami semua berjalan ke ruang makan bersama, para pelayan menarik kursi kami dan menyiapkan hidangan.

"Jadi ku dengar kalian akan segera menikah."

Aku menatap Azriel. Apa ia mengatakannya?

"Ya, secepatnya jika semua persiapan telah di urus."

"Itu bagus. Lalu untuk apa berlama lama? Semua bisa kita atasi dengan cepat. Mau berapa lama lagi kita menunggu?"

Menunggu?

Menunggu apa?

"Maaf, Your Highness. Tapi akulah yang tidak ingin melakukannya dengan terburu buru. Aku ingin menikmati semua prosesnya seperti pernikahan yang sesungguhnya." kataku.

Ia menatapku, "Lalu kau pikir ini bukanlah pernikahan yang sesungguhmya?"

"A.. a.. aku... aku tidak berpikir seperti itu, Your Highness. Maafkan aku jika perkataanku itu salah."

"Kau tidaklah salah, Cara." Azriel menatapku. "Your Highness, beri kami waktu. Cara baru kembali dan ia masih merasakan perbedaan dunia kita. Kau tidak bisa memaksanya. Dan karena aku akan menikahinya, maka aku akan melakukan itu dengan caranya."

MIRROR: The Cracked MirrorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora