TIGA PULUH ENAM

142K 13.1K 587
                                    

"Jackie, apa kamu akan tidur di kamar aku atau bersama dengan daddy?" tanya Max kepadanya ketika Jacqueline akhirnya pindah ke rumah Warren. Pria sialan itu memintanya untuk menjaga Max, tidak secara baik – baik namun akhirnya Jacqueline mengikuti keingina pria itu.

Setelah ia selesai menandatangani surat yang akan membebaskannya dari hutang – hutangnya dan menjeratnya dalam pernikahan dengan seorang Warren Tjahrir, suami barunya meneleponnya dan Jacqueline masih dapat mengingat kata – kata pria itu dengan jelas, "Kamu sudah menandatanganinya?"

"Sudah," jawabnya di ujung telepon lainnya.

"Baiklah, pengacara aku akan mencairkan uang yang kamu perlukan. Saya ingin kamu pindah ke rumah saya, bukan karena saya menginginkannya, namun karena Max membutuhkan orang seperti kamu untuk menjaganya."

"Saya bukan pengasuh anak Pak Warren," jawabnya dengan dingin.

"Bukan, tapi saya membayar tiga puluh dua miliar. Kamu harus mau melakukan apapun yang saya minta."

Jadilah sekarang Jacqueline pindah ke rumah Warren, ia hanya membawa baju secukupnya karena dalam waktu sebulan ia akan pergi dan meninggalkan Warren dan obsesinya dengan Catherine, lalu ia akan melanjutkan hidupnya....

Tanpa Adian lagi yang akan mengganggu hidupnya...

Jacqueline menutup matanya untuk sesaat sebelum ia merasakan tangan kecil menarik – narik kemejanya. Ia menatap Max yang begitu kecil dihadapannya dan bertanya, "Kamu mau aku tidur dimana?"

"Jackie, lebih baik kamu tidur sama daddy," jawab Max dengan raut wajah serius.

"Hmmm?" Jacqueline terkadang tidak percaya Max mempunyai pikiran seperti orang dewasa dan begitu pintar untuk anak seusianya. Namun Jacqueline juga terkejut karena Max selalu mengatakan kata – kata yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya juga.

"Max, aku dan daddy kamu..."

"Menikah?" tanya Max yang sekarang mengerutkan dahinya menunggu Jacqueline menjawab pertanyaannya.

"Kamu... tahu?"

"Daddy mengatakannya kepada aku. Rencananya untuk mendapatkan mommy kembali. Tapi aku tidak menyukainya..." Max menggeleng – gelengkan kepalanya dan Jacqueline tersenyum karena hal itu begitu menggemaskan baginya.

"Kenapa Max? Mommy kamu akan kembali, kamu seharusnya bahagia."

"Karena Jackie, aku lebih menyukaimu," jawab Max dengan begitu jujur. "Aku lebih menyukaimu dengan daddy, kalian sering bertengkar tidak seperti mommy dan daddy."

"Huh?" Jacqueline tidak mengerti dengan kata – kata Max dan menatap anak itu dengan bingung.

"Jackie, aku tidak ingin kamu jauh – jauh dari daddy."

"Max, aku dan daddy kamu tidak saling mengenal ataupun ingin mengenal satu sama lain..."

"Bohong."

"Max, untuk apa aku berbohong?"

Max lalu dengan tampang kesal bertanya kembali kepada Jacqueline sebagai jawabannya, "Jackie, kenapa kamu tidak ingin bersama dengan daddy?"

"Karena daddy kamu bukan pria yang aku inginkan," jawab Jacqueline dengan jujur karena ia tahu Max dapat mencerna kata – katanya dengan baik.

"Bukan pria yang kamu inginkan?" tiba – tiba suara pria sialan itu terdengar dari belakang punggungnya dan karena Jacqueline begitu terperanjat, ketika ia membalikkan badannya, ia hampir saja menubruk tubuh pria itu.

Warren memegang pinggangnya dan berhasil menahan tubuhnya, namun ketika ia melakukan itu, mereka berdua

harus bersentuhan dan Jacqueline membencinya. Sangat membencinya. "Pak, Bapak mengagetkan saya."

"Jadi saya bukan pria yang kamu inginkan? Adian pria yang kamu inginkan?" tanya Warren dengan sangat mengesalkan.

"Sepertinya saya mempunyai hak untuk tidak menjawab."

"Tidak. Tidak lagi ketika kamu sudah menjadi istri saya."

"Untuk satu bulan Pak Warren. Ingat," jawab Jacqueline dengan nada kesal.

"Oh saya tahu, dan setiap harinya saya membayar kamu dengan sangat mahal," Warren mengingatkannya kepada hutang yang dibayar pria itu untuknya.

"Setidaknya Jack," Warren melanjutkan, "Aku lebih baik daripada pria manapun yang kamu impikan. Tidak ada pria waras yang akan membayar tiga puluh dua miliar hanya untuk satu bulan pernikahan."

"Tidak ada pria waras yang akan mengejar calon istrinya yang ternyata..." Namun Jacqueline tidak melanjutkan kata – katanya karena ia menyadari sedari tadi Max memandangi mereka.

"See..." Max menatap mereka dengan tatapan kemenangan di wajahnya.

"See what Max?" tanya Warren kepada anaknya.

"Kalian berdua, sangat cocok."

"Tidak mungkin."

"Tidak mungkin," keduanya menjawab secara bersamaan

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang