EMPAT PULUH SEMBILAN

153K 15.6K 2.3K
                                    

 "Jadi sebenarnya investasi di Indonesia sudah mengarah ke SVOD dan juga TVOD, namun juga kita harus melihat jumlah penonton dalam range..." belum sampai Warren menyelesaikan kata – katanya kepada kelompok orang – orang yang tadinya sangat ingin berbicara kepada dirinya, ia menatap setidaknya lima orang dihadapan mereka yang mengelilingnya sedang memandangi sesuatu dan bukan dirinya.

Warren mengerutkan dahinya dan melihat kearah tatapan orang – orang yang sudah tidak memerhatikannya bicara. Pertama, Warren tidak menyadari apapun. Tidak ada yang menarik perhatiannya dan ia tidak mengerti arah tatapan rekan – rekan bisnisnya yang serius. Warren adalah pria yang sangat tinggi, ia sama tingginya dengan kakak – kakaknya – Marshall dan Conrad, namun tetap saja, ia tidak bisa melihat apa yang menarik perhatian semua orang di dalam ruangan tersebut.

Ya, sekarang semua orang di ruangan itu menatap ke arah atau sesuatu yang tidak ia mengerti!

Lalu Warren perlahan – lahan dapat menatap Alle dari kejauhan, lalu ia tersenyum sinis, "Alle dan wanitanya. Tidak heran istrinya..." Sebelum Warren menyelesaikan kata – katanya, Warren menyipitkan matanya dan kembali menatap apa yang semua orang tatap.

Tidak mungkin.

"Alle sama pasangannya yang baru ya sayang?" tanya Catherine yang tiba – tiba, entah bagaimana bisa berada disampingnya lagi.

Tidak mungkin.

"Pantas saja semua mata ke arah sana ya sayang, adik kamu selalu menjadi sorotan dimana – mana," sekali lagi Catherine berusaha untuk berbicara kepadanya namun pikiran Warren hanya terfokus akan satu hal: Tidak mungkin yang berdiri disamping Alle sekarang adalah...

Marshall Tjahrir dan istri kakaknya Tavella yang berdiri tidak jauh dari Warren memerhatikan kehebohan yang sedang terjadi dan Marshall berkata kepada istrinya, "Kalau kamu berani – beraninya pakai gaun seperti itu keluar Tavella, jangan harap kamu akan keluar dari ranjang."

Tavella lalu tersenyum kepada suaminya, "Itu otak kamu aja yang nggak waras Mar."

Catherine yang mendengarkan pembicaraan itu menoleh dari pasangan Marshall dan Tavella, kembali kepada Warren, "Sayang, kalau aku yang pakai gaun itu, gimana?"

Persetan Cath, aku tidak ingin memikirkan dirimu sekarang. Warren menyipitkan matanya selagi Alle mencium leher wanita itu.

"Wow, Alle berani juga ya," gumam Catherine lagi.

Tavella yang menonton apa yang terjadi dihadapannya bergumam kepada suaminya, "Mar, awas ya mata kamu bintitan besok."

"Tavella, sini aku bisikin," lalu suaminya membisikkan sesuatu yang hanya mereka dapat dengar. Sementara itu, Ivana yang berada di ujung ruangan hampir saja tersedak ketika ia meminum anggurnya dan melihat apa yang sedang terjadi di acaranya sendiri. Namun Ivana tidak menyadari sama sekali kalau di ujung ruangan itu, amarah Warren sudah memuncak dan pria itu tahu siapa wanita yang dibawa Alle malam hari ini.

Pada saat yang bersamaan, Rachel Tjahrir dapat melihat punggung anaknya dan tahu apa yang mungkin pria itu lakukan bila ia tidak menghentikannya.

Rachel mendesah dan berjalan ke arah Warren, lalu Rachel bergumam, "Cantik ya?"

"..."

"Alle dan..."

Belum sempat Rachel menyelesaikan kata – katanya, Warren berbalik dan berkata kepadanya dengan nada dingin, "Aku tidak peduli dan tidak akan pernah peduli dengan siapa Alle malam ini menghabiskan waktunya."

"Mama kan tidak mengatakan apa – apa soal Alle, Warren," Rachel hampir saja menertawakan kata – kata bodoh yang keluar dari mulut anaknya, namun ia tahu betul untuk tidak memprovokasi singa yang sedang marah.

"Ada apa?" tanya Marshall, anak sulungnya yang menghampiri mereka.

"Kok kamu jadi... hmm... jadi nggak suka sih sayang melihat Alle dengan wanitanya? Biasanya kan kamu ketawa – ketawa melihat kelakuan Alle," Catherine menatap Warren dan sekarang Warren dikelilingi oleh ibunya, Catherine dan kakaknya yang tertua bersama dengan istrinya.

"What is your problem Warren?" tanya Marshall kepada adiknya.

"Menurut aku grandmamma akan terus membicarakan Alle untuk dua minggu kedepan dan apa yang dilakukan Alle malam ini," ujar Tavella kepada mereka semua yang mendengarkan.

"Warren, ada apa?" tanya Catherine sekali lagi.

"..."

"Menurut Mama, hari ini Alle memenangkan semuanya. Mungkin karena Alle membawa temannya yang begitu cantik itu," Rachel dengan perlahan mencoba untuk membuat Warren kembali berbicara.

"..."

"...Tadi aku melihat Alle mencium wanita itu..."

"...Aku juga..."

"...Sangat cocok dengan Alle..."

Warren tidak bisa lagi menahan kata – katanya dan amarahnya yang sudah memuncak, lalu ia membuat semua orang – dari ibunya, kakaknya dan kakak ipar, dan terlebih lagi Catherine terkejut dengan berkata, "Yang kalian bicarakan sekarang dan yang sekarang dengan bodohnya berada di samping Alle, adalah istri sah aku. Jadi sebaiknya kalian berhenti membicarakannya."

F

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang