ENAM PULUH LIMA

154K 15.3K 1.5K
                                    

"Max?" Warren menunggu anaknya untuk menjawab ketika Rara memberikan telepon rumah kepada Max.

"Hmm, ya Daddy?" jawab Max dengan setengah malas.

"Daddy ingin kamu bersiap – siap untuk makan malam dan kamu bisa pergi dengan Rara dan pak Rahmat, okay?" Warren memberitahu Max kalau hari ini mereka akan keluar makan malam dan sekali lagi Warren menunggu Max untuk menjawab.

"Kenapa?" tanya Max.

"Kenapa apanya Max?" tanya Warren kepada anaknya. Lalu Warren meneruskan kata – katanya, "Max, Daddy ingin kamu pergi bersiap – siap sekarang."

"Kenapa? Apa Jackie akan ikut?" tanya Max dengan blak – blakan.

Warren tidak menjawab pertanyaan anaknya dan ia juga tidak ingin memberitahu kalau sebenarnya Catherine akan ikut dengan mereka untuk makan malam, hingga Max kembali bertanya kepadanya di ujung telepon, "Daddy, Jackie akan ikut kan?"

"Max, bagaimana kalau kamu sekarang bersiap – siap dan nanti kamu bisa bertanya sendiri," jawab Warren kali ini dengan tegas.

Max mengerutkan dahinya, lalu ia mengurungkan niatnya untuk menolak Warren, sehingga Max akhirnya menjawab, "Okay Daddy."

Max mematikan telepon rumahnya sebelum Rara dapat berbicara kepada Warren, dan ketika Rara pengasuhnya bertanya kepadanya, "Max, Pak Warren ingin apa?"

Max menjawab dengan pura – pura bodoh, "Aku harus siap – siap, kamu jangan ikut Rara, aku pergi sama Pak Rahmat saja."

"Pergi sama Pak Rahmat kemana?"

"Makan malam sama Daddy."

Rara mengerutkan dahinya dan bertanya sekali lagi, "Max, kamu yakin Pak Warren tidak ingin aku untuk..."

"Rara, kalau Daddy ingin kamu ikut, sudah daritadi Daddy akan bilang. Sekarang, aku mau siap – siap," perintah Max dan Rara hanya bisa mengikutinya.

*

"Tuan kecil, mau kemana?" tanya Pak Rahmat yang membalikkan badannya dan membantu Max memasang safety belt. Max sudah terlihat rapih mengenakan sweater abu – abu dan kemeja biru dengan gambar dinosaurus, rambutnya masih basah sehingga terlihat sedikit acak – acakkan, dan sekarang terlihat kesal karena supirnya menanyakan hal itu kepadanya di depan Rara yang belum menutup pintu.

"Max, Pak Rahmat tanya kamu mau kemana," ujar Rara kepada dirinya.

"Nanti aku kasih tahu," Max mencoba untuk mempercepat, namun Rara mencegahnya.

"Max, kemana Pak Rahmat harus mengantarkanmu? Kamu ingin aku telepon Pak Warren lagi?" tanya Rara sedikit bingung.

Max mendesah dan akhirnya berbohong, "Ke Spectrum kata Daddy, Pak Rahmat." Rara menatapnya dengan bingung dan sekali lagi bertanya, "Spectrum Fairmont Max?"

"Iya," Max menjawab, hanya tempat itu yang ia ingat untuk sementara ini walaupun sebenarnya Warren ingin Max bertemu dengannya di Ritz Carlton Pacific Place.

"Tuan kecil, kita siap berangkat sekarang?" Max bersyukur karena sebenarnya Rahmat supirnya lebih bodoh daripada ia kira dan dengan cepat ia mengiyakan dan meminta Rahmat untuk menutup pintunya.

Rara yang menatapnya dengan tatapan bertanya – tanya mau tidak mau hanya mengikuti saja dan sebelum Rahmat menutup pintu, Rara berkata dengan tegas, "Max, jangan kemana – mana lagi selain ke Spectrum okay? Karena aku akan kena masalah."

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang