TUJUH PULUH DUA

162K 16.2K 1.6K
                                    

Ada dua hal yang Richard Tjahrir sukai, cognac dan ketenangan malam hari. Ketika Warren, anak ketiganya masuk ke ruang kerjanya dengan tiba – tiba malam itu, ia tahu kalau ada sesuatu yang salah dan mendesak.

"Ada apa Warren?" tanya Richard kepada anaknya.

Warren melemparkan berkas – berkas yang sudah ia robek – robek kehadapan ayahnya dan berkata, "Aku tidak bisa melakukan ini."

"Menceraikan wanita itu Warren?" tanya Richard dengan datar. Ia memindahkan gelas cognac-nya dari tangannya ke meja dan menatap Warren menunggu anaknya menjelaskan.

"Iya, aku tidak bisa."

"Karena kamu sudah menidurinya? Warren, kita adalah keluarga Tjahrir, semua orang mengenal kita, kakak kamu Marshall menikahi Tavella dari keluarga Sastrawidjaja, Conrad menikahi Cairn dari keluarga Arend, sedangkan kamu?"

Warren mendengus dan menatap ayahnya dengan marah, "Maksud Papa apa?"

"Kamu ingin menikahi sekretaris kamu saja? Siapa nama belakang sekretaris kamu? Papa kenal? Teman baik keluarga kita Warren?" tanya Richard berusaha untuk membuat Warren mengerti posisinya di dalam keluarga Tjahrir.

"Aku punya uang dan bisnis aku sendiri Pa, untuk melakukan apapun yang aku suka. You're not going to push me around Pa," jawab Warren dengan marah.

"Oh tidak Warren, kamu salah. Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan apap – apa. Aku hanya menyuruhmu untuk berpikir sebagai anak ketiga dari keluarga Tjahrir apa kamu bisa menjaga nama baik keluarga ini," jawab Richard Tjahrir kepada Warren.

Warren lalu menjawab ayahnya dengan pertanyaan lainnya, "Apa mungkin Papa tidak ingin semua orang mengingat kejadian itu?"

Kali ini Richard Tjahrir berhenti menampakkan tampang datarnya dan sekarang ia terlihat marah kepada Warren, "Kamu pikir Papa serendah itu Warren?"

"Aku tidak tahu, Papa jelaskan kepadaku. Papa yang tidur dengan sekretaris Papa sendiri. Jangan samakan aku dengan Papa yang selingkuh dari Mama," kali ini Warren tidak menahan dirinya lagi dan mengeluarkan semua hal yang ingin ia katakan kepada ayahnya.

"Satu bulan yang lalu," Richard tidak menanggapi kata – kata Warren dan terus berbicara, "Papa mengetahui kalau kamu menikahi sekretaris kamu sendiri untuk mendapatkan Catherine kembali. Papa tidak pernah tidak menyukai Jacqueline, sebagai sekretaris kamu Warren. Namun Papa tidak menyukainya bila Jacqueline menjadi istri kamu."

Warren menyipitkan matanya dan bertanya lagi, menantang kata – kata ayahnya, "Kalau aku tidak setuju bagaimana?"

"Kamu sekarang sedang berpikir bukan dengan otak kamu Warren. Catherine adalah ibu Max dan kamu ingin bilang apa ke semua orang kalau kamu tetap menikah dengan Jacqueline?"

"Aku tidak bisa meninggalkannya Pa," jawab Warren. "Aku tidak meninggalkannya dengan keadaannya seperti ini."

"Keadaannya yang seperti apa? Sekarat? Warren, bukan tanggung jawab kamu untuk mengurusnya. Kamu harus mengerti itu. Aku dengar Jacqueline berhutang tiga puluh dua miliar? Warren..."

Warren lalu memotong kata – kata Papanya dan berkata, "Mungkin sebaiknya aku perjelas saja maksudku kesini Pa. Aku tidak bisa menceraikannya sekarang. Bukan karena Papa, bukan karena Catherine, ataupun siapapun. Aku tidak bisa menceraikannya karena... ada hal yang belum selesai diantara aku dan dia."

Richard yang menatapnya dengan kesal berkata, "Aku akan memberikanmu waktu Warren, sampai waktu itu habis, kamu akan menceraikannya. Kamu mengerti?"

Rachel Tjahrir yang baru saja melangkah masuk ke dalam ruang kerja suaminya mendengar kata – kata Richard dan bertanya, "Apa Papa ingin sekali melihat Warren bercerai dari Jacqueline? Aku tidak."

"Aku... tidak akan menceraikannya."

Rachel tersenyum, namun ia tidak percaya dengan kata – kata Warren, "Kamu tidak akan menceraikan Jacqueline karena keadaannya sekarang? Lebih baik kamu ceraikan saja sekarang, sebelum kamu menyiksanya lebih lama. Itu kan maksud kamu tidak menceraikannya?"

"For God sake Ma, aku hanya menolongnya disini!" ujar Warren.

"Mengasihani seseorang dan mencintainya adalah dua hal yang berbeda Warren," jelas Rachel. Rachel mengambil tempat duduk disebelah suaminya dan bertanya, "Kamu akan kembali dengan Catherine, lepaskan saja Jacqueline Warren."

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak saat ini."

"Saat ini adalah saat yang tepat. Kamu tidak perlu lagi memikirkannya. Jacqueline mungkin sekarang sudah sekarat, dan hutangnya belum juga dibayarkan, sementara kamu bisa lari dari masalah itu. Masalah Jacqueline bukan lagi masalah kamu Warren," jelas Rachel kepada Warren.

"Aku setuju dengan Mama kamu Warren," Richard berkata, mengiyakan kata – kata istrinya.

"Apa Mama juga takut rahasia Papa terungkap?" tanya Warren kepada ibunya.

Rachel menjawab dengan sangat bijaksana, "Papa kamu selingkuh adalah masa lalu Mama, kalau semua orang tahu, aku tetap tidak akan meninggalkan Papa kamu."

"Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang Warren?" tanya Rachel. "Karena Catherine menunggumu dan Max memerlukan sosok ibu di hidupnya."

"Aku akan membayar hutang Jacqueline, memastikan Adian dan ibu Jacqueline mendapatkan pelajaran yang sesuai bagi mereka karena telah menyiksa Jacqueline, memastikan Jacqueline baik – baik saja. Lalu aku akan menceraikannya. Berikan aku waktu."

"Bagus," Richard menyukai dan menyetujui ide Warren.

Sementara bukan itu yang Rachel yang inginkan, ia mengingkan hal yang lain – jawaban yang lain dari anaknya. "Kamu yakin?"

"Aku bisa melakukannya ketika aku masih menjadi suaminya. Karena itu aku tidak bisa menceraikan Jacqueline."

"Setelahnya?" Rachel ingin tahu apa yang dipikiran Warren dan ia ingin tahu jawaban anaknya walaupuna ia tahu Warren akan menjawab dengan jawaban yang bodoh.
"Menceraikannya, dan membuat nama keluarga ini baik."

"Kalau itu keputusan yang benar Warren, kamu tidak akan semarah ini kepada diri kamu sendiri, itu yang Mama lihat. Kamu marah kenapa? Kamu seharusnya senang melepaskan Jacqueline dan masalah keluarganya. Kenapa kamu harus kesini dan marah – marah Warren? Kenapa kamu tidak bisa saja kembali dengan Catherine dan menyelesaikan ini semua?"

"Warren, kalau Jacqueline benar – benar meninggalkan kamu, apa kamu siap menghadapinya? Karena ada perbedaan yang besar ketika kamu meninggalkannya dan dia yang meninggalkan kamu."  

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang