Chapter 1 - Pesta Besar

18.8K 2.3K 31
                                    

Note:
Dalam chapter ini dan chapter-chapter selanjutnya, saya menggunakan sudut pandang 'aku' untuk Mercury. Selamat membaca^^

Aku melompat dari tempat tidurku karena musik dari balai kerajaan yang sangat berisik dan memekakkan telingaku dan Listy. Balai kerajaan memang terletak tidak jauh dari rumahku. Balai kerajaan tampak seperti pavilliun yang sangat besar, saking besarnya dapat menampung seluruh warga Seashania. Paviliun itu berbentuk lingkaran. Pilar-pilar dipinggirannya sangat kuat dan kokoh menandingi ratusan ribuan pasukan bersenjata. Hal ini dibuktikan saat perang bawah laut abad 15, ribuan pasukan berusaha merobohkan pilar tersebut dengan senjata dan bom tetapi pilar tersebut tidak roboh sama sekali. Balai kerajaan adalah salah satu alternatif untuk berlindung dari serangan mendadak dan disebut juga "jantung kota".

"Aneh, biasanya tidak pernah ada pesta yang memakai musik sekeras ini. Apa ada festival besar? Atau suatu hari raya yang mungkin aku lupa tanggalnya? Kenapa sampai seberisik ini?" gumamku dalam hati.

Aku bergegas keluar kamar untuk mencari dan menanyakan ayahku tentang suara musik berisik itu. Dan, ayah juga tidak ada dirumah. Aku sudah memeriksa segala ruangan dan tidak ada seorangpun dirumah. Ia mungkin ragu untuk membangunkanku, karena jika ia membangunkanku dan mengajakku ke pesta besar itu pasti aku menolak dan bila ia tidak membangunkanku, aku akan tampak bingung seperti sekarang ini.

Nampaknya ada festival yang sangat besar hingga mereka menambah orkestra-nya. Mungkin seluruh warga Seashania yang maniak pesta hingga yang hanya menyukai pesta berada disana. Aku jadi penasaran ada apa ini, lebih baik aku memeriksanya bersama Listy karena aku sangat penasaran.

"Ah!! Aku tahu ini penyebab pesta besar ini! Bagaimana aku sampai lupa? Ha! Karena itu bukan urusanku." Kataku di pertengahan jalan menuju balai kerajaan.

Ketika sampai disana ternyata dugaanku benar, terdapat pesta yang sangat meriah untuk memperingati hari ulang tahun sang Pangeran kerajaan, yaitu Pangeran Naliu. Pesta itu sangat meriah sehingga mereka menambah orkestra dan koki yang menyebabkan laut ini bergetar, aku hampir tidak bisa mendengar suara ku sendiri karena musiknya yang sangat keras, kurasa seluruh warga Seashania datang ke pesta ini. Aku melihat Raja dan Ratu di ujung Balai kerajaan dengan singgasana-nya, sedangkan Aku dan Listy hanya berdiri dibalik salah satu pilar besar dan mengintip untuk melihat-lihat.

Setelah melihat-lihat, aku menemukan ayahku sedang berdansa tak karuan bersama temannya di tengah pesta meriah itu. Dan ia memakan kue kesukaan ku yaitu kue udang, kuharap ia membawa pulang setidaknya satu atau dua kue udang untukku karena aku sudah lama tidak memakan kue favorit ku itu. Rasanya unik dan lembut perpaduan antara udang dan rempah-rempah lainnya membuat kue itu mempunyai ciri khas tersendiri.

Lalu, Raja Nardonin bangun dari singgasana-nya dan memberi perintah agar musiknya dimatikan. Aku sangat panik, aku pikir ia melihatku mengintip dibalik pilar besar ini. Saat raja berdiri para tamu pesta berteriak dengan serempak "PIDATO! PIDATO! PIDATO!" Ternyata ini adalah saatnya pidato untuk raja dan anaknya sang pangeran. Raut matanya terlihat sedih terharu, senyuman bangga yang ditutupi janggut lebatnya yang mulai memutih tidak bisa dipungkiri. Lalu ia memulai pidatonya:

"Para warga Seashania! Lihatlah! Kalian masih beridiri disini, dihadapanku, bahkan hampir setiap hari kalian disini medengar musik yang bervolume keras, memakan hidangan yang koki berikan, berdansa, bernyanyi! Tapi ada satu hal yang kalian tidak melihatnya, seiring berjalannya waktu kita terus menua, tidak berdaya, rapuh dan sebagainya, tapi kalian tidak pernah bosan untuk menampakkan sirip kalian disini, kalian selalu terlihat bahagia, bebas dari rasa penat... dan itu sama hal-nya denganku yang tidak pernah bosan menjadi pemimpin kalian..." setelah kata-kata itu diucapkan spontan para warga berteriak dan bersorak-sorak semangat. Lalu Raja Nardonin melanjutkan pidatonya:

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now