Chapter 13 - tambahan rombongan

9.8K 980 32
                                    

Terkadang mereka hadir dikala badai.
Terkadang kita hanya mengikuti arus badai tanpa mengingatnya.
Mereka sangat berlawanan dengan badai.
Hanya mereka yang dapat meredakan badai.

Itulah yang terlulis di gerbang besar yang kuhadapi sekarang. Kami terdiam kebingungan. Aku tidak pernah berpikir kalau kita akan menghadapi masa-masa ini. Mungkin jika kita berhasil memecahkan teka tekinya pintu ini akan terbuka sendiri. Ini seperti dalam film saja

"Mer, apa serius dengan menjawab teka teki ini akan membuka pintunya?" Tanya Naliu.

"Hmm... mungkin. Aku juga tak yakin, ayo berpikir apa jawabannya." Jawabku.

Kami semua mengambil posisi terbaik untuk berpikir tanpa gangguan apapun. Untung saja suasana laut sedang damai dan tidak ada ikan ataupun makhluk laut lainnya yang melintas. Jadi kami dapat fokus berkonsentrasi.

"Apa yang dimaksud badai? Badai apa? Apa disini pernah terjadi badai?" Kataku pada diriku sendiri.

15 menit berlalu

"Mer! Apa kamu menemukan sesuatu di otak brilianmu? Kumohon.. otakku benar-benar buntu." Ujar Naliu sambil merengek.

"Kurasa badai itu hanya suatu ungkapan atas sesuatu. Jadi, badai yang dimaksud bukan badai sungguhan." Jawabku.

"Ungkapan atas apa? Perang? Pertarungan? Hmm kehancuran? Atau perang lagi? Hmm... HHHAAA!! Aku tahu!!! Apa itu kemarahan?" Ucap Naliu.

"Bisa jadi!!! Dan yang diperlukan untuk meredakan kemarahan adalah... ketenangan!!"

(Krrrriieeeett) gerbang besar itu terbuka lebar. Tak kusangka kami dapat memecahkan teka teki itu walaupun membutuhkan waktu yang lumayan lama. Kami semua berteriak kegirangan dan tak kusadari Naliu memelukku begitu saja. Tubuhku melepas pelukan itu secara refleks setelah beberapa detik. Mungkin aku belum pernah dipeluk seseorang sebelumnya, bahkan ayahpun jarang memelukku yang sering kupeluk hanya Listy.

"Umm.. maaf. Aku hanya terlalu senang dan tak sengaja melakukannya." Ucap Naliu.

"Ahh.. tidak masalah. Aku sedikit kaget saja."

"Wow wajahmu memerah. Apa sebegitu kagetnya?"

"Hah?! Benarkah? Terserahlah.. ayo kita masuk. Jangan buang-buang waktu karena perjalanan kita masih panjang. Ayo Lim!" Ucapku sambil merenggut tangan Lim dan buru-buru karena aku begitu malu pada diriku sendiri.

Saat kami masuk tempat itu, itu sungguh tempat yang sangat indah bahkan melebihi kediaman suku Selgizia. Aku terdiam sejenak untuk menikmati suasana ruangan megah yang indah. Terdapat bunga berwarna-warni dimana-mana dan berbagai macam mutiara bergelantungan diatapnya, setiap mutiara memancarkan cahayanya sendiri.

"Whooaaa tempat ini indah sekali. Seperti di surga. Ketika aku pulang, aku harus mendekorasi kamarku seperti ini." Sahut Lim.

"APA?! LIM BISA BERBICARA?!?" Teriakku dan Naliu secara bersamaan sambil menampakkan wajah kaget dan tidak dapat dipercaya.

"Hah? Aku juga tidak tahu kalau aku bisa berbicara dalam air. Semua Selkie tidak pernah punya kemampuan seperti ini. Ini menyeramkan." Ucap Lim sambil memegang bibir anjing lautnya.

"Akulah yang membuat ia berbicara. Ia menggemaskan sekali. Oh! Selamat datang, Mercury." Sahut seorang wanita yang muncul dari balik tirai kerang. Ia adalah wanita yang ada dimimpiku, ia adalah wanita yang sangat cantik dan suaranya pun sangat lembut. Aku terkejut mendengar ia mengucapkan namaku. Benarkah ia seorang dewi?

"Maaf sudah masuk kerumahmu tanpa permisi." Ucapku.

"Tak apa. Karena semua yang masuk kedalam rumahku adalah orang yang sudah memecahkan teka tekiku. Jadi aku yakin mereka orang berakal." Jawabnya.

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now