Chapter 5 - Surat dari penyihir

12K 1.2K 27
                                    

Pak Digran mengetuk kaca jendelaku ditengah malam, aku kira ini hanya mimpi tapi ini benar-benar nyata. Langsung kubuka jendela kamarku dan bertanya pada beliau.

"Ada apa pak? Kenapa datang tengah malam begini. Aku sudah mengembalikan semua buku yang kupinjam selama ini. Jadi tidak usah menagih." Kataku padanya.

"Maaf mengganggu, Mer. Tapi aku tidak datang untuk menagih buku aku hanya ingin memberi tahu soal penulis yang kamu tanyakan tadi siang. Aku baru ingat sekarang."

"Polatus Burham?"

"Iya! Dia adalah seorang ilmuwan yang gila. Pengetahuannya tidak dipercaya masyarakat karena mereka menggapnya orang gila yang tidak punya akal sehat. Jangan percaya pada buku itu, Mer. Penulisnya saja orang gila, lebih baik jangan kamu ikuti. Sampai sekarang aku hanya tahu kalau dia dipenjara di desa kecil putri duyung sebelah utara. Aku lupa nama kotanya apa, biar kuingat."

"Percaya tidak percaya aku harus membuktikan keberadaan dewi itu, pak. Aku harus menyelidikinya." Aku terkejut sekali mengetahui bahwa si penulis buku itu adalah orang yang tidak punya akal sehat. Bagaimana aku mau bertanya padanya kalau dia tidak mengerti pertanyaanku.

"AAHH!! AKU INGAT!" Teriak pak Digran mengingat seusuatu. Aku benci saat hal ini terjadi. Apakah dia bisa mengatakannya dengan tidak teriak? Seakan jantungku berhenti sejenak karena kaget mendengarnya mengingat sesuatu.

"Pelan-pelan, pak. Nanti seluruh kota terbangun karena teriakanmu."

"Okay. Nama desa itu adalah... Kranken." Jawab pak Digran.

"Kranken? Nama kota yang aneh, seperti nama gur..."

"Gurita raksasa yang mengerikan! Iya memang kota itu dijaga oleh *Kraken si gurita laknat." Aku belum selesai berbicara lalu dia memotong pembicaraanku. Setelah dia berkata seperti itu, aku hanya diam saja merenung bagaimana cara agar aku membuktikan kebenarannya. Aku tak menyangka kalau kota itu dijaga oleh makhluk mengerikan. Tantanganku bertambah, ini akan jadi semakin sulit.

"Baiklah, Mer. Maaf sudah mengganggumu tengah malam begini. Aku memberi tahu sekarang agar besok aku tidak lupa lagi. Baiklah, selamat malam." Sahut pak Digran kepadaku. Lalu ia pergi kembali ke rumahnya.

"Selamat malam dan terima kasih banyak, pak." Aku menutup jendela kamarku lalu menatap Listy yang masih tertidur pulas tanpa terganggu sedikitpun. Mungkin dia memang sangat lelah menemaniku membaca buku tua itu. Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya aku pergi ke desa itu dengan selamat. Aku hanya ingin bertanya pada penulis buku itu. Mungkin jika aku meminta izin kepada kepala desa aku bisa menemuinya dengan mudah, kuharap kepala desanya ramah dan mudah ku ajak kerjasama tanpa harus berhadapan dengan seekor *Kraken yang kejam.

Aku akan usahakan pergi besok malam tanpa sepengetahuan penduduk kota termasuk ayah. Aku akan pergi sendiri bersama Listy-ku yang pemberani dan membuktikan kebenarannya. Tekadku sudah bulat untuk pergi, aku hanya tinggal ber-do'a agar rencanaku berjalan dengan lancar dan aku dapat pulang dengan selamat tanpa bekas luka meskipun tampak mustahil. Hanya keberuntungan yang dapat aku andalkan sekarang.

~~

Pagi yang cerah namun jantungku berdegup cepat. Apa aku ketakutan untuk perjalananku nanti malam? Takut tidak takut aku harus pergi!

Saat aku keluar dari kamarku, aku melihat ayah sudah menyiapkan sarapan. Jam sudah menunjukkan pukul 8.30, tampaknya kali ini aku yang bangun siang. Ayah tidak heran melihatku bangun siang, memang jadwal bangunku tidak teratur kadang pagi sekali kadang juga siang sekali. Aku sudah mencoba memasang bel pengingat tapi tidak berpengaruh padaku. Jadwal bangunku tergantung pada seberapa lelahnya aku pada hari sebelumnya.

Setelah menghabiskan sarapan, aku pergi kekamar untuk mencatat perlengkapanku untuk perjalananku saat malam hari. Peta, kompas, buku-buku seperlunya, makanan untuk aku dan Listy, makanan ringan, alas tidur, pakaian, sisir, parfum, pedang untuk berjaga-jaga hm.. tapi aku lebih suka membidik jadi aku akan membawa busur dan panah milik ayah. Panah dan busur kami sudah di rancang untuk dipakai di dalam air, jadi kecepatannya bisa sepadan dengan saat diudara.

Saat kucoba memasukkan barang ke dalam tas ranselku, ternyata barangku lumayan banyak. Hanya diisi dengan makanan dan alas tidur saja tas ini sudah penuh. Jadi kuusahakan agar membawa makanan ringan yang membuatku cepat kenyang seperti biskuit dan kue. Alas tidur yang kubawa sudah yang paling tipis jadi kemungkinan aku akan pegal-pegal saat bangun tidur. Daftar bekal yang kubawa hanya makanan ringan, alas tidur, peta, kompas, buku seperlunya, 2-3 pakaian itupun yang paling tipis, serta jaket karena desa kranken itu terletak disebelah utara dimana daerah itu terkenal dingin dan hampir membeku, dan busur serta panahnya. Aku siap untuk melakukan perjalanan!

Saat selesai mengemas barangku tiba-tiba saja ada suatu bunyi yang mengerikan seperti orang menggoreskan kukunya ke kaca jendelaku, itu membuatku ngilu setengah mati. Kuharap itu bukan ulah pak Digran lagi. Jika itu ulahnya, aku akan cabut kumis tebal miliknya.

Saat kubuka tirai jendela kamarku, terdapat secarik kertas surat menempel di kaca jendelaku. Saat aku membuka kaca jendelanya aku tidak menemukan siapa-siapa, langsung saja kuambil surat itu lalu membacanya

Untuk: kutu buku ternama
dari: seorang penyihir sakti nan kejam

Dear Mercury,

Percayalah bahwa ini benar-benar dari seorang penyihir sakti yang jahat. Memang sebelumnya kita tidak saling kenal, tapi karena kejadian itu... (kamu pasti sudah lupa kejadiannya) aku jadi mengenalmu. Kamu tidak seburuk apa yang penduduk kota pikirkan tentangmu. Kamu ternyata unik dan itulah yang membuat orang berkata kalau kamu ini berbeda. Walaupun kamu terkenal pendiam, tapi kalau dengan orang yang sudah kenal kamu lumayan bawel. Aku tahu ilmumu tentang pengetahuan sudah sangat amat luas karena kamu membaca buku tanpa hentinya, tapi aku jauh lebih handal dalam urusan sihir dan mantera. Aku tidak bermaksud jahat mengirimkan surat ini, aku hanya ingin minta maaf karena sudah mengikutimu seperti seorang pengintai. Awalnya aku penasaran denganmu, aku berencana untuk membuat eksperimen mantra kepadamu tapi sekarang niatan itu sudah hilang jadi tenang saja. Percayalah kalau ini benar-benar dari penyihir sakti yang selalu mencoba mengintaimu.

Dengan segala permohonan maaf,

Penyihir sakti.

Aku heran sekaligus kaget membaca surat tersebut. Siapa penyihir yang selalu mengintai orang sepertiku? Ini hanya lelucon, ini bukan dari seorang penyihir. Hmm tapi dari siapa ini? Seorang penggemar rahasiaku? Ah! Tidak mungkin. Aku tidak mungkin punya penggemar rahasia, semua orang membenciku dan menganggapku aneh, mana mungkin ada yang selalu memperhatikanku. Lalu kejadian apa yang kulupa dalam surat itu? Dia berkata kalau kita mengenal satu sama lain. Sedangkan aku hanya mengenal kuranh lebih 3 orang saja bersama eelnaina nya dikotaku. Lebih baik kuabaikan saja surat ini, hanya membuang waktuku saja, aku harus memeriksa barang-barangku barangkali ada yang tertinggal.

Bersambung...

*Kraken itu adalah gurita raksasa yang besarnya 2 kali lipat dari kapal bajak laut. Kalau kalian nonton film Pirates of the carribean yang ke-3 pasti ketemu sama Kraken.

Maaf update nya lama dan chapternya juga pendek. Author banyak tugas dan ulangan harian terus berdatangan. Maaf yaaa😥

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now