Chapter 4 - Buku Tua dan Tebal

13.8K 1.4K 11
                                    

Pagi ini terasa sangat indah, aku bangun dengan senyum diwajahku. Entah mengapa rasanya tidurku nyenyak sekali, kuharap tidak ada hubungannya dengan kejadian semalam, aku sudah menganggap kejadian semalam hanyalah mimpi. Aku bergegas mengganti pakaianku dan mengikat rambutku dengan pita berwarna biru muda.

Aku bergegas menuju dapur dan membuat sarapan dengan sigap dan cepat, entah mengapa aku senang sekali hari ini. Setelah membuat sarapan aku menyajikannya di meja makan. Sambil menunggu ayah bangun, aku menata sendok dan garpu dengan rapih. Sudah setengah jam aku menunggu ayah tetapi ia tidak kunjung bangun. Aku tahu dia pasti kelelahan karena pesta kemarin, jadi aku terpaksa menunggunya bangun.

Setelah jam menunjukkan pukul 8 lebih 10 menit, ayah keluar dari kamarnya bersama Lepify. Wajahnya terlihat lesu dan lelah. Ia menatapku sejenak sambil menuju ke arah meja makan. Dia mungkin heran melihatku duduk dimeja makan sambil tersenyum lebar menatapnya.

"Selamat pagi, ayah! Aku buatkan sup anemon pagi ini. Ini adalah sup kesukaanmu kan?" Sahutku kepada ayah.

"Pagi, nak. Terima kasih sarapannya. Tapi kenapa kau gembira sekali pagi ini? Aku jarang sekali melihatmu bahagia selain dihari ulang tahunmu."

"Aku tidak tahu ayah, aku hanya... ingin senang saja. Aku tidak tahu kenapa."

"Hmm terserahlah. Aku ikut senang melihatmu mulai berubah semenjak ikut pesta kemarin. Pesta tidak begitu buruk bukan?"

"Hmmm ahahaha hmmm... iyaaa bisa dibilang begitu." Jawabku terpaksa.

Ia melanjutkan sarapannya dengan lahap. Sebenarnya, penyebab kegembiraanku pagi ini bukan karena pesta kemarin. Mungkin setelah ku pikir-pikir karena kejadian semalam.

"Ah! Mengapa aku terus mengingat kejadian itu. Itu hanya kecelakaan, tak semestinya orang lain ikut bersamaku kedaratan. Aku tidak yakin kalau dia akan menyimpan rahasianya dengan benar. Sudahlah, lebih baik aku pergi ke perpustakaan untuk mencari lebih banyak lagi tentang Dewi yang hilang itu." Gumamku dalam hati.

Aku pergi ke kamar untuk mengambil buku itu lalu pergi ke perpustakaan. Di tengah perjalanan menuju perpustakaan, aku melihat Pangeran Naliu bersama gengnya sedang bercakap cakap, lalu ia melirik ke arahku, padahal aku sudah berusaha untuk cepat. Aku hanya bisa melontarkan senyum kepadanya lalu pergi secepat mungkin dan menarik tangan Listy, aku tak mau teman-temannya melihat ke arahku. Aku pun tak tahu dia membalas senyumku atau tidak.

Seperti biasa perpustakaan selalu sepi, tidak ada orang kecuali pak Digran. Kali ini dia sudah bangun lebih awal. Jadi aku tidak perlu membangunkannya dan bermain kejar-kejaran lagi. Langsung saja aku bertanya kepadanya tentang buku yang kupunya.

"Pak Digran, apa kau punya buku lain mengenai dewi laut yang hilang? Mungkin yang lebih tebal dan lengkap." Tanyaku.

"Oh Mer. Mengapa kamu masih penasaran dengan dongeng itu, sudah kubilang itu hanya dongeng anak kecil. Anak kecil saja mungkin sudah melupakan dongeng itu."

"Tapi, entah mengapa aku sangat penasaran. Aku merasa dia nyata, dia benar-benar ada di dunia ini. Kumohon bantu aku."

"Tidak bisa."

"Hmm.. baiklah. Apa kau punya buku tentang Leviathan? Seputar kisah hidupnya, tempat tinggalnya, dan lain lain"

"Oh itu aku punya. Tunggu sebentar!" (Mencari-cari, mengobrak-abrik buku, berlarian kesana kemari) "nah! Ini dia. Silahkan." Sahut pak Digran sambil memberi bukunya kepadaku. Aku mengambil buku yang berjudul "book of Leviathan" itu dengan sigap lalu kubawa ke meja pembaca dan membacanya. Buku itu tampak tua dan sangat tebal. Saat pertama kali membawanya buku itu terasa berat sekali hingga tanganku berusaha keras menahan buku yang berat itu. Banyak lumut yang menempel dan sudah kusam, tiap lembar halamannya sudah berwarna cokelat bukan putih lagi nan disertai noda-noda bercak cokelat tua karena sudah saking tuanya. Aku tidak yakin kalau aku akan selesai membacanya dalam satu hari. Jadi setelah petang, aku membawanya pulang buku berat itu kerumah dengan bantuan listy, kuharap dapat ku selesaikan malam ini.

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now