Chapter 12 - Cahaya dari si Buta

9.8K 931 26
                                    

"Jadi, kita akan kemana sekarang? Mengikuti insting mu?" Tanya Naliu.

"Aku juga tidak yakin.. tapi mungkin tempat dewi itu tidak jauh dari sini. Aku Bisa merasakan itu." Jawabku.

"Hah, konyol. Kamu percaya sama omongan kura-kura raksasa tua itu? Bahkan kita baru saja bertemu dengannya malah langsung percaya. Apa kamu tidak khawatir kalau dia bohong?"

"Tidak! Aku benar-benar yakin dia berkata jujur! Aku pernah membaca buku tentangnya berulang kali. Walaupun dia sudah tua, tapi ingatannya dan perkataannya dapat diandalkan. Bahkan dulu ia adalah makhluk yang paling disegani di seluruh penjuru samudera. Dan kini dia hanyalah kura-kura tua yang kesepian, aku bisa melihat dari matanya kalau dia senang sekali akhirnya ada orang yang mengingatnya bahkan menggemarinya. Jadi, jangan berburuk sangka dulu pada orang." Jawabku dengan kesal.

"Okay, maaf. Santai saja. Aku hanya khawatir saja kalau dia berbohong, zaman sekarang siapapun tidak bisa dipercaya. Kita juga harus waspada."

"Aku sudah membaca ratusan lebih buku tentang makhluk laut, jadi tak perlu khawatir."

Entah mengapa aku sangat yakin dengan Zaratan, aku percaya setiap perkataannya. Karena disetiap buku yang pernah kubaca ia diceritakan sebagai nakhluk yang bersahabat.

Sekarang aku harus fokus pada wanita dalam mimpiku. Dia mungkin akan memberi keringanan disaat aku menuju kerajaan Kranken. Aku berharap sekali ia dapat membantuku dan teman-temanku agar memasuki kerajaan itu dengan damai tanpa perlawanan apapun. Bagaimana suasana kerajaan itu, aku tidak mempunyai gambaran sedikitpun.

Sudah berjam-jam kami berjalan menyusuri lautan dan instingku. Semua temanku dan para eelnaina mulai jenuh. Aku mulai tidak yakin kalau ini merupakan jalan yang benar, tapi bagaimana pun juga aku harus tetap yakin pada jalan yang aku pilih, itulah kata si Zaratan.

"Hmm.. mer, apa kamu pernah diikuti seorang penyihir? Atau kamu mungkin pernah berurusan dengan penyihir?" Tanya Naliu secara tiba-tiba. Seketika aku teringat akan surat yang pernah kudapat saat di Seashania.

"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba nanya begitu?" Sahutku.

"Tidak apa apa. Aku hanya penasaran saja. Yasudah lupakan yang tadi itu." Jawabnya.

Untuk sementara aku harus membuang semua pikiran aneh yang ada di benakku, aku harus fokus untuk menemukan orang yang ada dalam mimpiku. Itu tujuan utamaku untuk sekarang, hanya mengikuti perasaanku yang tak jelas benar atau tidaknya.

Aku dan yang lain terdiam sejenak. Entah mengapa kami sepertinya melihat sesuatu yang menyilaukan, seperti kilatan cahaya yang sangat terang. Itu tak mungkin seorang penyelam dengan senternya, karena cahaya ini lebih terang dari ratusan senter didunia.

"Ah! Aku tahu ini! Siapkan senjata kalian." Kataku dengan suara pelan.

"Memang ada apa, Mer?" Tanya Naliu.

"Sstt! Pelankan suara kalian, ini pasti blind fish. Ia adalah ikan yang berbahaya yang dapat memancarkan cahaya yang sangat amat terang. Jika kita melihat cahayanya, kita akan buta seperti dia dan kulit kita akan mengikis. Walaupun dia buta, dia memiliki pendengaran dan penciuman yang luar biasa. Dan, makhluk ini tergolong makhluk yang pantang menyerah, jadi percuma saja kalau kita melarikan diri, mau tidak mau kita harus membunuhnya." Jelasku dengan bisik-bisik.

"Oh.. ini mengerikan." Ujar Naliu.

Kami semua segera bersiaga. Aku mengeluarkan panah dan busurku, Naliu mengeluarkan pedangnya, Lim menunggu musuhnya datang untuk diteriakki, dan para eelnaina segera bersiap-siap. Aku tidak yakin kalau aku akan memanah musuhku dengan benar, aku masih belum terlatih untuk memanah, jadi yang aku bisa hanya berdo'a supaya tidak meleset.

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now