Chapter 15 - Nama Baru

8.3K 990 35
                                    

Ruangan sel tahanan itu penuh dengan jeruji besi yang berderet dari ujung ke ujung, dan hanya diberi penerangan berupa batu menyala, suhu air disinipun sangat panas seperti mau mendidih. Saat kami melintasi beberapa jeruji besi, tidak sengaja aku saling bertatapan dengan salah satu tahanan pria berumur tidak terlalu tua yang rupa dan tatapannya mengerikan dan penuh kemarahan. Ketika melihatnya, aku dengan cepat memalingkan wajahku kearah depan.

"Hmm.. maaf untuk menanyakan ini, tapi apakah kalian seharian harus berjaga disini? Apakah tidak ada jadwal bergiliran?" Tanyaku kepada si kembar.

"Ya, kami selalu disini. Kami tak pernah meninggalkan tempat ini. Dan tidak ada jadwal bergiliran atau pergantian shift." Kata Zuri.

"Tapi tempat ini gelap sekali dan bau, apakah kalian berdua tidak bosan kalau seumur hidup kalian akan terjebak disini? Kalian seakan-akan diperlakukan seperti tahanan juga." Sahut Naliu dengan nada membentak. Zuri dan Zurof berhenti sejenak sambil menunduk lalu Zurof mengatakan "ya, kau benar. Tapi kami tak bisa apa-apa. Ayo lewat sini, kalian sebentar lagi sampai."

Aku prihatin melihat pekerjaan mereka. Tak bisa dibayangkan kalau harus berjaga seharian diruangan gelap dan bau ini. Tetapi disisi lain aku merasa kalau mereka tidak berhak untuk menjadi sekedar penjaga tahanan, aku yakin mereka bukan sembarang orang. Kuharap aku bisa membantu mereka menemukan jalan mereka sendiri.

"Nah, kalian telah sampai. Aku tidak membiarkan kalian masuk karena dia bisa menggila kapan saja, jadi berhati-hatilah dengannya. Kami akan tunggu disini untuk berjaga-jaga kalau ia akan lepas kendali." Kata Zurof.

"Terima kasih." Sahut kami serempak. Letak sel tahanannya berada jauh dari sel tahanan yang lainnya, dapat disimpulkan kalau sel ini istimewa. Aku tak menyangka kalau aku akan bertemu dengan si penulis buku yang membuatku sampai sejauh ini. Ia sedang duduk di lantai dengan melonjorkan ekornya yang berwarna hijau muda dan penampilannya yang sangat berantakan tak karuan, rambutnya sudah memutih dan rontok, serta tatapan matanya yang kosong. Aku mulai takut untuk berbicara dengannya.

"Hmm... p..permisi, apa anda Polatus Burham? Saya mengenal anda dari buku anda yang berjudul The Lost Sea Goddess. Apa anda bisa beritahu kami apakah cerita yang anda tulis adalah kisah nyata? Kalau iya, bagaimana kami dapat menemukan Adrelean?" Tanyaku padanya dengan hati-hati.

Setelah ia mendengar kata-kataku, ia melirikkan pandangannya kearahku dengan melotot. Saat itu aku kaget sekali sekaligus takut, tak sengaja aku langsung memegang tubuh Listy dengan erat. "Adrelean Syfererra?" Itulah yang diucapkannya sambil menatap mataku, lalu ia merangkak seperti bayi kearahku cepat sekali. Karena kaget, aku melompat kebelakang lalu memeluk Listy dengan erat.

"Tenang saja, kakinya sudah dirantai jadi ia tidak dapat menyentuh pintu tahanan sekalipun." Kata Zuri menenangkanku.

"Sudah Mercury, tak ada gunanya bertanya padanya. Ini hanya akan membuang-buang waktu. Lagipula ia tidak waras dan berbahaya." Ujar Naliu kepadaku.

"Tidak, Naliu. Kita sudah sejauh ini. Apa kamu akan menyia-nyiakan perjalanan ini? Aku akan berbicara padanya apapun resikonya." Jawabku.

"Baiklah, dasar keras kepala." Sahut Naliu.

Setelah bercakap dengan Naliu, aku beralih ke Polatus yang sudah dihadapanku dan menatap mataku dengan hanya dibatasi jeruji besi. Aku tidak ingin menyia-nyiakan usaha dan pengorbananku untuk dapat kesini. Aku meninggalkan ayahku, meninggalkan kampung halamanku, menantang maut, hingga dikurung di penjara. Aku tidak ingin semua usahaku sia-sia hanya karena ia orang tidak waras. Mau tidak mau aku harus menghadapi rasa takutku.

"Kamu sungguh percaya dengan bukuku?" Dia melanjutkan pembicaraan.

"Iya, begitulah. Aku tidak akan sampai sini kalau aku tidak percaya bukumu. Ah namaku Mercury dan ini temanku Naliu dan Lim dan juga kakakku Derdayen serta eelnaina kami Listy dan Gullveig. Sekarang, bisa kau jelaskan bagaimana kau bisa tahu tentang cerita Adrelean? Maksudku apakah kau melihat kejadiannya secara langsung?" Jelasku.

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now