We are End

5.2K 367 5
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea                 : Matt Lanter
Edward.     : Renan Grassi
Jade.           : Gregg Sulkin
Daren.      : Camerondallas
Author pov
"Kau mau kemana?" tanya Seline sambil mengerutkan dahinya.
"Aku tidak mungkin hanya berdiam diri disini bukan?" jawab July yang sudah rapi dengan pakaiannya.
"Kau mau pergi kerja? Direstoran Zea?" tanya Seline dengan nada ragu nya.
"Jika jawabanmu iya, maka aku tidak akan membiarkanmu keluar dari rumahku." ucap Seline dengan nada seriusnya.

"Aku tidak mau mencampurkan masalah pribadiku dengan pekerjaan." ucap July berharap Seline akan mengerti.
"Tidak seperti kau Sel!" batin Seline mengingat alasan dia keluar dari perusahaan Jade adalah karena dia mencintai Jade tetapi Jade sudah memiliki calon tunangan.
"Tapi kau akan semakin sedih nanti, Jul." ucap Seline dengan lembut menolak July untuk pergi bekerja.

"Seline? Kau sudah siap?" terdengar suara Neira yang baru saja keluar dari kamar. Yah, mendengar cerita July, Neira memutuskan untuk ikut menemani July.
"Hei Pregnant woman kau mau kemana serapi itu?!" pekik Neira yang membuat July dan Seline memutar dua bola mata mereka.
"Kerja." jawab July dan Neira langsung berkacak pinggang dan menatap July seperti seorang ibu tiri.
"What?! Kerja atau bertemu dengan..."
"Kerja, Neira." potong July malas.

"Tidak." ucap Neira seakan tidak memberi ruang yang tepat untuk jawaban July.
"Kau hamil muda dan usia kehamilanmu juga sangat muda. Kau dilarang terlalu lelah apa lagi mengalami frustasi atau kesedihan yang mendalam." jelas Neira tanpa bantahan sedikitpun.
"Kau dirumah saja." ucap Seline kemudian menuntun July untuk duduk diatas sofa.
"Tapi..."
"Aku tidak bisa lama, CEOku seorang monster." potong Seline sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Aku ada janji dengan kekasihku. Muah." ucap Neira kemudian menarik Seline keluar dari rumah.
"Aku kunci supaya kau tidak kabur. Jika kau lapar, kau bisa bongkar laci dapur, disana ada banyak makanan instan. Tapi itu tidak baik, jika kau bisa masak, dikulkas ada bahan. Bye!" ucap Seline panjang lebar kemudian langsung menutup pintu rumahnya.

"Sejujurnya aku begitu terluka mengingat Zea tidak ingin mengakui bayi ini. Tapi dengan kehadiran Seline dan Neira, aku jadi merasa semua akan baik-baik saja." batin July ketika sudah mendengar suara kunci berdenting yang berarti Seline benar-benar menguncinya sekarang.

**

"Astaga Jade, aku harus segera naik sebelum sahabatmu menceramahi ku." ucap Seline sambil terus menghindari Jade.
"Sejak kapan kau takut pada atasanmu?" ejek Jade dan Seline hanya menghela nafasnya malas lalu menerobos dan melangkah menuju lift.

Tinggg..
Pintu lift terbuka dan seseorang yang belum siap Seline temui malah berada didalamnya.
"Edward." sapa Jade sedangkan sang pemilik nama hanya menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
"Diam disitu, Jade." ucap Seline memperingatkan ketika merasa bahwa Jade akan berjalan kearahnya sekarang. Suara deheman membuat Jade menyadari bahwa mereka tidak hanya berdua didalam lift tetapi ada Edward.

Tingg..
Pintu lift terbuka dan Seline buru-buru melangkah keluar dan langsung menuju ruangannya.
"Astaga! Bertemu Jade saja sudah membuatku sesak. Ditambah lagi Edward!" pekik Seline kesal sambil berjalan menuju mejanya.

Kringgg...
"Halo?"
"Cek jadwalku."
Tutttt..tutt..
"Kebiasaan!" pekik Seline kemudian langsung menghidupkan komputernya.
Beberapa e-mail masuk dan Seline langsung membukanya satu persatu.
"Ini benar-benar membunuhku." ucap Seline dengan nada suara tidak sanggupnya.
"Bagaimana bisa jadwal dia sepadat ini?" ringis Seline kemudian membuka Ms.Word nya dan mengetik semua jadwal-jadwal Edward serta mengeprint keluar berkas-berkas yang perlu di tandatangani Edward serta beberapa topik meeting mereka selanjutnya.

What is Mine, is MineWhere stories live. Discover now