Pregnant Woman

10.1K 502 7
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea : Matt Lanter
Edward. : Renan Grassi
Jade. : Gregg Sulkin
Daren. : Camerondallas
Author Pov
"Thanks Nei." ucap Seline ketika sudah keluar dari mobil Neira.
"Anytime." jawab Neira dengan senyum lebarnya.
"Aku harus segera pergi. Bye sweety." ucap Neira kemudian menutup kaca mobilnya dan melajukan mobilnya.

Hari ini tidak ada meeting, jadi mungkin pekerjaan Seline akan lebih mudah. Mungkin.

Seline melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift dan seperti yang sudah ditebaknya, bisikan-bisikan kembali memasuki telinganya.
"Lihat dia.."
"Sepertinya mereka sudah berhubungan.."
"Dia tidak datang sama Mr.Edward lagi.."
"Sudah tahu bukan, CEO kita hanya pakai satu kali.."
"Kasihan.."

"Again?!" pekik Seline dalam hati kemudian mempercepat langkah kaki nya memasuki lift yang sudah terbuka.

Tinggg...
Pintu lift terbuka dan Seline keluar dari lift lalu melangkah menuju ruangan kerjanya. Lebih tepatnya meja kerjanya, mengingat ruangan itu milik CEO menyebalkannya.

"Kosong?" batin Seline kemudian dengan refleks dia menatap jam dinding yang ada diruangan itu. 8am dan CEOnya masih tidak menampakkan batang hidungnya. Sungguh kejadian langka.

Baru saja Seline mendudukkan bokongnya, suara pintu bergeser dan seorang pria tampan memasuki ruangan itu dengan wajah datarnya. Melihat tingkah Edward, Seline mencap hal ini menjadi sebuah keterbiasaan mulai sekarang.

"Ada meeting?" tanya Edward setelah duduk pada kursi kebesarannya.
"Hari ini tidak ada, kecuali menandatangani beberapa berkas." jawab Seline seadanya.

"Kau sudah membeli ponselmu?" tanya Edward lagi dan Seline tampak menggigit bibit bawahnya.
"Eum, itu, mungkin hari ini." jawab Seline asal agar Edward tidak memperpanjang masalah kecil seperti ini.
"Ambil ini." ucap Edward dan Seline hanya menganggapnya angin lalu.
"I am talking to you Ms.Smith." ucap Edward penuh penekanan.

"Aku sudah bilang tidak, Ed. Aku akan beli baru dan yang lebih murah. Malam ini. Pasti." ucap Seline meyakinkan dan tatapannya juga tidak menunjukkan bahkwa dia sedang menantang. Dia hanya ingin meyakinkan lawan bicaranya sekarang.
"I don't care." hanya kalimat itu yang meluncur dari mulut Edward.
"Kenapa kau selalu saja mengatakan kau tidak peduli padahal kau baru saja mengatakan sesuatu yang menandakan kau peduli." lirih Seline di sela-sela aktivitasnya tetapi Edward dapat mendengarnya.

"Aku peduli pada pekerjaanmu. Bukan padamu." ucap Edward dan Seline hanya mengendus kesal.
"Entahlah, aku tidak ingin berdebat sekarang." batin Seline sambil menyusun berkas-berkasnya kemudian beranjak dari kursinya dan melangkah menuju pintu.
"Kemana?" tanya Edward yang membuat langkah Seline berhenti tetapi dia tidak menoleh kebelakang.
"Apa pedulimu." ucap Seline tegas yang membuat rahang Edward mengeras dan belum sempat Edward berkata-kata, Seline sudah keluar dari ruangan.

Sebenarnya Seline hanya ingin ke kantor General Manager untuk memberikan laporan yang dititipkan oleh wanita paruh baya yang bekerja bagian administrasi.

Setelah tiga kali mengetuk pintu, Seline menyeret pintu ruangan agar terbuka.
"Permisi, saya datang untuk..."
"Seline?" suara seorang pria yang membuat Seline membulatkan matanya.
"Jef! Astaga! Apa ini benar kau?" ucap Seline dengan histerisnya.

"Lama tidak berjumpa, Smith." ucap pria bernama Jeff itu kemudian menemui Seline dan mendekap Seline dalam pelukannya.
"Yah, kemana saja kau? Tidak mengabariku maupun Neira. Ah, kau benar-benar." ucap Seline dan mengakhiri pelukkan mereka.
"Haha, bukan seperti itu. Ponselku hilang dan aku membeli baru. Tidak ada nomor kalian yang tertinggal. Dari sosial media kalian banyak yang tidak aktif lagi." ucap Jeff jujur karena dia juga merindukan Seline maupun Neira, sahabat masa sekolahnya.

What is Mine, is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang