So?

8.9K 527 7
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea                 : Matt Lanter
Edward.      : Renan Grassi
Jade.            : Gregg Sulkin
Daren.       : Camerondallas
Seline pov
Aku bangun karena merasa sesuatu yang hangat menerpa wajahku. Wajar saja, seingatku aku tidur disofa ruang tamu dan mengingat bahwa hanya ada kaca bening yang membatasi ruang tamu dan halam belakang. Tapi aku tidak menyangka bahwa sofa akan seempuk ini.

Aku berharap untuk tidak membuka mataku dan tetap seperti ini. Tapi meeting hari ini membuatku harus mengurungkan niatku dan dengan berat hati membuka kelopak mataku.

Hal pertama yang kulihat adalah atap penthouse putih yang sedikit bercorak pahatan abstrak. Aku mengerutkan dahiku ketika kurasakan masih banyak tempat yang melebar disekitarku. Apa sofanya bisa melebar? Aku bangkit dari posisiku dan melihat ke sekelilingku yang di balut oleh dinding berlayar biru dongker. Well! Aku tahu aku dimana. Aku dikamar. Siapa yang memindahkanku? Edward? Atau aku mimpi berjalan? Oke! Aku tidak punya kebiasaan seperti itu.

Jadi dia tidur dimana? Orang kaya sepertinya mana mungkin tidur di sofa kan? Mengingat kami juga tidak berbicara semalam juga apa mungkin dia yang memindahkanku disini? Palingan juga dia menyuruh Jack untuk memindahkanku. Jadi dia tidur dimana? Pertanyaan yang sama muncul kembali di kepalaku.

Apa? Jangan-jangan?!
Aku langsung mengecek pakaianku dan...
Masih utuh. Itu tandanya tidak ada yang salah. Aku meletakkan telapak tanganku pada sisi kasur yang kosong dan kurasakan dingin yang merasuki kulitku. Aku yakin aku tidur sendiri semalam.

Aku tidak ingin banyak berpikir dan ku lirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 6am. Meeting pukul 10am dan apa itu artinya aku boleh melanjutkan tidurku? Aku kembali membaringkan tubuhku dan memejamkan mataku dengan nyamannya. Tetapi rasa nyaman itu sirna ketika pikiran yang sama merasuki otakku.

Aku beranjak dari kasur dan melangkah menuju pintu kamar. Aku berjalan keluar dan tidak mendapati Edward yang mungkin akan ada di dapur atau semacamnya?

Aku berjalan menelusuri ruang tamu karena bisa saja psikopat itu sudah bangun dan...

Mataku melotot dan bersiap untuk keluar ketika ku lihat sebuah tubuh tegap sedang berbaring hanya dengan sebuah bantal yang ku ingat itu bantal yang ku ambil kemarin malam dari kamar.

Astaga! Apa dia gila? Sofa itu bahkan jelas-jelas tidak muat untuknya. Kakinya yang sebelah berada diluar jalur sofa dan kepalanya yang sedikit dimiringkan.
Aku menelan ludahku susah payah dan kepalaku berhenti berpikir.

Aku melangkah mendekati Edward dan buuukkk...
Sesuatu jatuh dari saku celananya. Tebak apa itu? Haha! Dasar psikopat! Itu ponselku. Aku mengambil ponselku dan meletakkannya diatas meja kaca.

"Ed?" panggilku sambil sedikit menggoyangkan tubuh kekarnya. Ngomong-ngomong dia tampan jika sedang tidur. Tapi jika dia sedang hidup? Demi langit dan bumi, aku ingin sekali menelannya.
"Edwarddd." panggilku lagi dan semakin menggoyang lengannya dengan brutal.
"Hm?" ku dengar gumaman darinya tetapi matanya tidak terbuka sedikitpun.
"Pindah ke kamar. Aku sudah bangun." ucapku tetapi lawan bicaraku tetap sibuk dengan sofanya.
"Edward?! Pindah ke kamar, aku sudah bangun." ucapku sambil menarik lengannya dengan brutal.

"Argh! Kau ribut sekali." pekik Edward setelah membuka matanya karena tubuhnya jatuh terduduk di lantai.
"Pindah. Kasihan sofanya." ucapku dan Edward menatapku dengan tatapan membunuhnya. Dia berdiri dari posisinya kemudian melangkah menuju kamar.
"Jangan kunci pintu! Aku mau mandi!" teriakku dan ku dengar decakan dari psikopat itu.

Aku meraih kembali ponselku kemudian menjatuhkan bokongku pada sofa yang masih hangat bekas psikopat itu.
Beberapa pesan masuk dari Jade dan dari Jeff. Jade yang selalu menceritakan tentang Neira yang selalu meminta agar menemaninya berbelanja untuk menjenguk July sedangkan Fee yang sibuk mengurusi design ruangan untuk pertunangan mereka. Hah! Jade benar-benar membiarkan tunangannya bekerja sendiri. Kurang ajar!
Jeff yang menanyakan aku tinggal dimana selama di Italy dan ketika aku mengatakan aku tinggal dengan psikopat ini, dia mengejekku sampai darahku sempat berdesir ke atas. Aku merebahkan tubuhku diatas sofa dan aroma maskulin milik psikopat itu langsung menguasai indera penciumanku.

What is Mine, is MineWhere stories live. Discover now