Tomato

9.3K 535 8
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea                 : Matt Lanter
Edward.     : Renan Grassi
Jade.           : Gregg Sulkin
Daren.      : Camerondallas
Seline Pov
Setelah Neira pulang, aku masuk kedalam kamarku dan merebahkan tubuhku dengan malas diatas kasur.
Tiba-tiba bayangan Edward datang melewati pikiranku. Bayangan dimana bibirnya secepat kilat menyentuh bibirku.
"Shit!" batinku sambil menggeleng-geleng kepalaku agar pikiran gila itu tidak merajaiku.

"Kurang apa si Luna? Cantik, berkemampuan, lemah lembut, ramah. Tapi kenapa Edward begitu jahat kepada Luna." ucapku bermonolog.
Aku teringat kembali iphone yang di berikan Edward padaku.
"Jika Luna tahu ini dari Edward, bisa-bisa dia...Arg!! What should I do?" ucapku frustasi membayangkan aku akan jadi bubur kacang hitam jika sampai Luna mengira yang tidak-tidak padaku.

Aku kembali menelentangkan tubuhku dan menatap langit-langit kamarku. Tiba-tiba senyum evil milik CEO beranak dua itu muncul di penglihatanku.
Argh! Mati! Mati!
Aku segera mengambil selimutku dan membalut seluruh tubuhku.
"Tidur..tidur...tidur..." batinku dan secara tidak sadar, rasa kantuk langsung merajaiku.
Jauhkan aku dari pikiran-pikiran dan mimpi-mimpi tentang CEO beranak dua itu.

Suara sebuah pintu terbuka membangunkanku.
What?! Maling?! Aku sudah hidup didunia dan negara ini, aku tidak pernah mendengar ada maling masuk kesini. Bagaimana jika itu memang maling? Dia akan membunuhku? Atau...

Baiklah, aku malas memikirkan hal yang tidak penting. Aku beranjak dari kasurku dan pelan-pelan membuka pintu kamarku. Aku mengintip disela-selanya dan tidak ada siapapun disana. Dengan sedikit..yah, sedikit berani, aku membuka kamarku dengan pelan dan keluar dari sangkarku. Aku melangkah pelan sampai tidak ada satupun suara yang ku keluarkan, sampai sebuah hidupan lampu membuatku membeku dengan satu kaki terangkat. Jantungku memompa sangat cepat seperti baru saja menyelesaikan lari ber-km panjangnya.

"Seline?" sebuah suara yang membuatku hampir berteriak sebelum menyadari bahwa aku mengenal suara ini. Aku menurunkan kaki ku dan langsung menoleh ke tempat dimana saklar lampu rumah ini berada.
"Jade?" tanyaku bingung saat melihat seorang pria yang merupakan kakak dari sahabatku itu sedang berdiri dengan memakai pakaian casualnya.

"Ba..bagai..bagaimana kau bisa masuk?" tanyaku dan Jade tampak melangkah mendekatiku dan duduk disalah satu sofa yang dekat denganku.
"Aku masih punya kunci rumahmu. Duduklah dulu." jawab Jade sambil menepuk sebelah sofa kosongnya.

"Eum, jadi kenapa?" tanyaku dan Jade tampak merapatkan bibirnya.
"Aku dan Fee..."
"Mempercepat acara tunangan kalian." potongku cepat dan Jade mengeraskan rahangnya.
"Kau tahu dari Neira?" tebak Jade yang membuatku hanya bisa mengangguk.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Jade dan aku tampak berpikir.
"Perasaanku? Aku bahagia." batinku sambil mengerutkan dahiku.
"Ikut senang." jawabku dan Jade menatapku dengan tatapan yang sangat sulit ku artikan.

"Kenapa?" tanyaku dan Jade mulai melirik kearah lain di sudut ruangan.
"Apa aku masih disana?" tanya Jade yang membuatku bingung dengan arah pembicaraannya.
"Where?" tanyaku dan Jade menatapku serius tepat dibalik manik mataku.
"In your heart, in your mind." ucap Jade dan aku diam membeku. Otakku terus saja berputar tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutku.

"Sel? Am I still there?" tanya Jade dan aku hanya bisa menundukkan kepalaku.
"Katakan iya Seline, katakan dia masih disana. Please say something!!! Kenapa mulut dan hatiku berkata lain saat otakku sudah berteriak seperti ini. Ini waktu yang kutunggu, menunggunya bertanya tentang perasaanku. Tapi...kenapa tidak bisa?- batinku dan tidak lama kurasakan sebuah tangan menyentuh daguku.

What is Mine, is MineWhere stories live. Discover now