I'm Sorry Zea

9.7K 500 2
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea                 : Matt Lanter
Edward.     : Renan Grassi
Jade.           : Gregg Sulkin
Daren.      : Camerondallas
Seline Pov
"Apa?" tanyaku ketika kurasakan Edward sedari tadi memperhatikanku dengan tatapan tajamnya. Astaga, bulu kudukku berdiri semua!
Mendengar suaraku, Edward bukannya membuang tatapannya tetapi malah semakin mempertajam penglihatannya.

Tidak mau menghiraukannya lagi, setelah aku selesai membereskan berkasku, aku keluar dan meninggalkan psikopat itu sendiri.

"Kau pulang dengan apa?" kudengar suara berat bariton psikopat itu dan aku langsung membalikkan tubuhku hanya untuk menatapnya tajam kemudian berbalik kembali melangkahkan kakiku. Sayup-sayup kudengar beberapa karyawan wanita berbisik-bisik tentangku. This bitch, tidak sadar diri. Oh! B*tch? Membicarakan diri sendiri? Hoh! Aku bahkan tidak peduli!

Aku melangkahkan kakiku sampai pada ruanganku. Memang aku sedang kesal, tapi mengingat aku menyelesaikan meeting dengan mulus benar-benar membuat semangatku kembali.

Aku memasuki ruanganku dengan mulus tanpa mendengar apapun yang mereka bicarakan. Persetanan dengan perkataan mereka, aku hidup bukan seperti mereka yang hanya mendengar apa kata orang, apa? Makan hasil cerna orang? Enak? Ah! Heran.

Dering telepon membuatku sedikit berlari menuju meja kerjaku.
"Halo?"
"Ke ruanganku."
Tuttt...
Hah! Kalau ini bukan makan hasil cerna orang, tapi dia itu hasil cerna orang.

Dengan baik budi aku keluar lagi dari ruanganku untuk menemui CEO terbaik sedunia ini.
"Ada apa?" tanyaku dan Edward tampak memainkan pulpennya dengan jari-jari lentiknya. Tidak, aku tidak sedang memujinya.
"Kau..."
"Jangan tanya aku pulang dengan apa." potongku asal menebak kemudian aku menyesal mengatakan itu setelah aku melihat reaksi pria tampan didepanku. Sebentar, apa aku baru saja memujinya? Tidak, aku tidak sedang memujinya sama sekali. Kalian salah baca.
"Aku tidak peduli." ucap Edward yang langsung menusuk pada jantungku. Dasar tidak berperasaan!

Suara gesekan pintu terbuka yang membuat aku maupun dia menoleh.
"Halo darling? You need me? Aku sedang butuh uang. Berapa lama yang kau mau? Aku siap." ucap seorang wanita berpakaian kurang bahan dengan bibir merah menor dan eyeshadow yang membuat matanya tampak biru serta rambut panjang merahnya yang sepantat itu. Oh Ghosh!! Apa ini tipemu? Tuhan memberkatimu, Ed.
"Ambil ini dan jangan pernah kesini lagi." ucap Edward dan kulihat dia melempar segepok ikat dolar diatas lantai.
"Jangan ambil! Kau akan tampak seperti jalang! Hei! Tapi..wait..dia itu memang jalang!" pekikku dalam hati dengan hebohnya.

"Ah, kau galak sekali Dear. Tapi kapan saja kau butuh aku, kau bisa memanggilku." ucap jalang itu sambil mengambil uang yang dilempar oleh Edward.
"Never. Go now." ucap Edward dengan nada dinginnya dan jalang itu hanya membalasnya dengan senyum yang dibuat-buat.
"Oh ya, kau pekerja baru? Kau yang sabar ya, dia tidak akan memakaimu lebih dari satu kali. Aku yakin kau merindukannya di atasmu." ucap jalang itu kemudian berlalu bergitu saja dari ruangan.

"Kau pikir aku jalang sepertimu?!" pekikku kesal kemudian menendang salah satu sofa yang sangat dekat denganku.
"Sh*t!" pekikku sambil meringis kesakitan. Aku lupa jika aku memakai Wedges yang tidak menutupi seluruh jari kakiku. Oh double sh*t!

"Sakit?" kudengar nada ejekan yang keluar dari pria menyebalkan di depanku.
"This J*rk! Such a J*rk!- batinku memakinya.
"You are such a J*rk!" pekikku dan Edward tampak menaikkan sudut bibirnya dengan licik. Tanpa meminta persetujuannya, aku duduk disofa yang baru ku tendang itu dan memijat ringan jari kakiku.

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanyaku mengingat kedatanganku bukan untuk mendengar percakapan antara jalang dan pria ini.
"Mulai besok, ruanganmu berada disana." ucap Edward sambil menunjuk kearah tempat dudukku.
"Hah? Disini? Disofa? Yang benar saja?" ocehku tidak terima.
"Bagian sana." ucapnya lagi dan aku mengerutkan dahiku.
"Maksudnya..."
"Lihat saja besok. Sekarang kau boleh pulang." potong Edward kemudian menutup laptopnya dan melangkah keluar ruangan meninggalkanku.

What is Mine, is MineWhere stories live. Discover now