Jilid 8 Chapter 1 : Rhodium

154 7 5
                                    


Rhodium, City of Artists, dipenuhi dengan pengemis. Massa orang-orang meminta sedekah bisa ditemukan di sepanjang jalan dari gerbang sampai alun-alun.

"Kumohon, berilah satu koin saja! Ah, apa kau sudah memilih warna cat apa untuk digunakan?"

"Yah, aku ingin membuat warna baru sendiri, tapi seperti yang kau tahu, harga cat tidaklah murah."

"Benar, itu sulit untuk menggunakan banyak warna cat dengan keadaanmu yang sekarang."

"Aku mungkin harus tetap menggunakan warna-warna dasar utama."

Kritik seni yang terus-menerus! Hal ini adalah sebuah pemandangan umum di mana-mana di Rhodium. Tetapi, sekarang ini, para pengemis ini sangat cemburu. Alasannya karena seorang player bernama Weed, seorang pengemis yang baru-baru ini muncul dari gerbang teleport. Awalnya, mereka mengerumuni dia jadi mereka bisa mengemis uang pada dia. Namun, sekarang mereka takjub dengan kemampuannya dalam memohon.

"Haaaaa ...."

Weed menatap langit dengan ekspresi kehancuran total ... Dia masih memakai pakaian bulu Yeti di cuaca panas ini! Kerumunan orang-orang lalu-lalang di bagian alun-alun yang ini.

"......"

Weed hanya menatap langit dengan ekspresi suram. Keputusasaan, ratapan, rasa sakit, frustasi, penyesalan! Menunjukkan semua emosi ini pada wajahnya, hanya duduk disana.

Clink!

"Bersemangatlah."

"Mungkin hari yang lebih baik akan datang."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu ... tetapi kehidupan tidaklah tanpa harapan seperti yang kau pikirkan."

"Belilah pakaian dengan ini ... bulu itu tampak begitu tidak nyaman."

Weed tidak mengatakan apa-apa. Para petualang yang lewat hanya menggunakan imajinasi mereka sendiri.

"Dia pasti telah mengalami nasib yang mengerikan."

"Bagaimana bisa dia menatap langit begitu penuh ratapan?"

"Hatiku menangis hanya dengan melihat dia ...."

Dan begitulah, mereka melemparkan koin mereka.

Kemampuannya sudah cukup untuk menarik donasi hanya melalui simpati saja! Namun, jika mereka mengetahui apa yang sebenarnya ada didalam pikiran Weed, mereka akan berteriak dalam frustasi.

"Bagaimana bisa aku diterima di sebuah perguruan tinggi?! Sekarang aku harus membayar biaya kuliah yang mahal untuk pelajaran! Dan, selain itu, aku harus membeli semua buku pelajaran yang mahal itu. Ini tak mungkin benar ... Ini tidak boleh terjadi ...."

Dia terpukul karena sesuatu yang orang lain akan cemaskan: masuk perguruan tinggi. Bahkan seniman lain tak akan benar-benar terus cemburu pada dia, karena dia tampak begitu menderita.

"Hei, seorang anak muda sepertimu tidak seharusnya begitu sedih seperti itu."

Weed hanya mendesah.

Pavo mendecak lidahnya, mengatakan,
"Bersemangatlah, dunia masih sangat luas diluar sana ... Apa kau ditelantarkan oleh seorang cewek?"

Weed hanya menggelengkan kepalanya.
Dia tak bisa menanggungnya untuk mengatakan bahwa dia telah lulus ujian masuk. Bagi dia, itu adalah semacam tragedi, hanya menyebutkan tentang hal itu akan membuat dia menangis tersedu-sedu.

Gaston dan Pavo tak bisa membayangkan bahwa hal semacam ini membuat dia tampak berada dalam keputusasaan yang mengerikan.

"Kau tidak seharusnya begitu patah semangat. Tak peduli seberapa kejam situasinya ..." kata Pavo, saat dia melangkah kearah dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonlight Sculptor IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang