Part III

9.9K 661 0
                                    

Happy reading! ^^

*****
DEMI

Lusa adalah hari yang sangat penting bagi Vica, hari pernikahannya. Dan nanti siang sahabat-sahabatku itu memintaku untuk mengenalkan Lee pada mereka. Jadi setelah menjemput Lee di sekolahnya, aku langsung mengajak Lee ke hotel tempat mereka menginap, sebenarnya tidak jauh dari rumahku.

"Mom, kita mau kemana?" tanya Lee di gendonganku.

"Ke hotel. Di sana ada teman mommy, Lee mau kan ketemu sama teman mommy?" tanyaku padanya.

"Iya mau!" jawabnya penuh semangat.

Kami berjalan dengan Lee yang cerewet menanyakan siapa teman-temanku, apakah mereka baik atau tidak. Aku sebenarnya mempunyai mobil, tapi aku sendiri lebih senang untuk berjalan kaki, melewati pasir-pasir pantai. Karena menurutku, di Bali itu lebih enak kalau berjalan kaki, karena bisa lebih menikmati suasana pantainya.

Akhirnya kami sampai di hotel tempat mereka menginap, Mou's Hotel. Sebenarnya hotel ini lumayan baru di Bali, mungkin sekitar satu tahun yang lalu baru di resmikan. Aku tersenyum kepada pegawai hotel dan langsung menuju lift.

"Lee tekan bel nya, tolong." kataku kepada Lee ketika sudah sampai di depan kamar hotel.

"Oke." jawab Lee

Aku menciumi pipi Lee yang sangat menggemaskan. Pintu terbuka.

"Lilyyyyy!" Aku memutar mataku mendengar suara Dahlia yang sangat berisik. Lee terdiam menatap bingung Dahlia.

"Lee, teman-teman mommy maunya manggil Lee, 'Lily' boleh kan?" tanyaku pada Lee. Lee manatapku bingung.

"Lily?"

"Iya Lily." Aku melihat Lee yang menganggukkan kepalanya semangat.

Aku tersenyum, "salaman dulu sama aunty." Aku menurunkan Lee dari gendonganku.

"Halo Lily, nama aunty, Dahlia." Dahlia

"Nama Lee, Lilou." balas Lee polos. Aku terkekeh medengarnya.

"Ayo masuk." Dahlia menggandeng tangan Lee. Aku mengikuti mereka.

Aku melihat semua sahabatku antusias dengan Lee. Aku duduk bersandar di sofa dan meluruskan kaki, menggendong Lee dari sekolah sampai ke hotel sangat melelahkan.

Lee bercanda dengan aunty-aunty barunya. Aku tersenyum melihat Lee yang gampang bersosialisasi dengan orang baru.

"Gue kayak pernah liat mata sama senyum Lily. Dimana ya?" Aku langsung terduduk tegak menatap Vica yang sedang berpikir.

"Iya gue juga ngerasa familiar," kata Sarah menatap Lee sambil mengerutkan dahinya.

"Mungkin karena kalian udah pernah liat fotonya minggu lalu." kataku dengan gugup. Semoga mereka tidak menyadarinya.

Vica mengangguk, "ya mungkin karena itu."

Aku menghela napas lega, mereka tidak bertanya macam-macam padaku. Aku akan memberitahu yang sebenarnya pada mereka, tapi nanti tidak sekarang.

*****
BRIAN

Aku baru sampai di Bali siang tadi, tapi tidak langsung ke kamar, aku memutuskan untuk melihat restaurantku yang ada di Bali, tepatnya di Mou's Hotel. Sekarang sudah malam, dan aku memutuskan untuk memasakan sesuatu untuk anak-anak. Mereka memutuskan untuk makan di Louise Restaurant, restaurantku. Kecuali Vica yang sedang di pingit, jadi tidak boleh keluar kamar.

Aku memutuskan untuk mengantar makanan ke kamar Vica yang tidur dengan Sarah. Aku menekan bel.

"Brian!" Vica tersenyum lebar melihatku.

Aku berjalan masuk mengikutinya, "kenapa lo?" tanyaku bingung.

"Nggak papa, gue seneng aja akhirnya ada teman. Abisnya pada ninggalin gue dari sore." Vica menjawab sambil cemberut.

Aku menaruh makanan di meja, lalu duduk di sofa sebelahnya.

"Makan tuh, lo belum makan kan?" tanyaku

"Belum. Makasih ya." Lalu memakan makanan yang aku buatkan. Aku membuat ayam kecap dengan capcay untuknya, memang sederhana, tapi aku tahu dia menyukainya.

"Lo udah makan, bray?" tanyanya menatapku.

"Udah tadi sore." jawabku

Aku memutuskan untuk menyalakan televisi dan menonton sebuah acara comedy. Lumayanlah untuk melepas penat karena tadi seharian di dapur.

Aku bukannya tidak menyadari bahwa Vica memperhatikanku tanpa kedip. Aku diam saja tadinya, tapi lama-lama risih.

"Kenapa sih?" tanyaku "lo jatuh cinta sama gue?"

Aku mendengarnya mendengus. "Gila kali lo." katanya

Aku tersenyum, "lagian lo ngapain ngeliatin gue kayak gitu."

"Senyum lo."

"Kenapa senyum gue? Manis?" tanyaku menyeringai

"Pede banget sih lo!" katanya kesal

"Lah terus kenapa, small?"

"Mirip seseorang deh. Mata lo juga. Pokoknya gue kayak pernah ngeliat mata sama senyum lo. Dimana ya? Gue lupa." jelasnya sambil berfikir.

"Ah bilang aja, mata gue seksi trus senyum gue manis small. Ngga usah malu-malu gitu." godaku sambil memainkan alis.

"Ah bodo ah." Dia melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Lagain Vica ada-ada saja, siapa coba yang mata sama senyumnya mirip denganku? Memang aku punya kembaran seperti Kim? Dia mengada-ada. Tidak mungkinlah, kalaupun mungkin, cuma tidak sengaja bertemu di jalan. Aku yakin. Aku mendecih, lagipula wajahku kan tidak pasaran.

To be continued...
*****
Thank you for reading, don't forget to Vote, guys!😁

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang