Part XXIII

7.3K 404 0
                                    

Happy reading!^^

*****
BRIAN

Sekitar dua atau tiga jam lagi kami mendarat di Paris, kota kelahiranku. Aku melirik Demi dan Lee yang sedang tidur. Ku hela napasku, sudah berapa lama mereka tertidur? Demi menurunkan sifat tukang tidurnya kepada Lee.

Apa mungkin mereka jetlag karena terlalu lama di udara, tapi kan pesawat saja belum mendarat. Aku bahkan meminjam pesawat pribadi milik Kim, karena takut Lee dan Demi tidak nyaman menaikin pesawat dengan penumpang yang banyak.

"Dem." panggilku

"Hm" gumamnya

"Wake up, please. I need friend."

Demi membuka matanya lalu menatapku bingung, "hah?"

"Bangun, kamu jangan tidur terus. Aku sendirian." jelasku

"Aku ngantuk," Demi kembali memejamkan matanya.

Aku berdecak melihatnya, "kamu udah tidur dari tadi dan sekarang masih ngantuk?" kataku, kesal

Demi membuka matanya dengan bibir cemberut, "kita masih lama apa nggak?"

"Sekitar tiga jam lagi. Laper?" Demi mengangguk polos. Astaga, selain tukang tidur dia juga tukang makan. Aku ingat terakhir kami makan tadi tiga jam yang lalu dan dia sudah lapar lagi?

"Mau makan apa?" tanyaku

"Adanya apa? Aku apa aja, yang penting makanan." jawabnya

Akhirnya aku memangil pramugari dan memesan satu chicken steak dan dua potato wedges. Aku melirik Lee yang masih nyaman dalam tidurnya.

"Nanti kita langsung ke rumah kamu atau ke mana?" tanyanya

"Rumahku. Kita nginap di sana aja ya? Kalau di hotel ribet." ujarku

"Oke, terserah kamu. Yang penting nanti kita ke semua tempat yang Lee inginkan, eiffel tower, disneyland." ujar Demi dengan senyum.

"Kamu mau ke mana?" tanyaku

"Aku mau ke fashion show ya? Katanya lagi ada fashion show di Paris, aku nggak tahu tempatnya sih. Tapi kamu tahu kan tempat-tempat buat fashion show gitu?" Aku mengangguk mendengar pertanyaanya, tentu saja aku tahu.

"Cuma ke sana aja?" tanyaku lagi

"Iya. Tapi kalau kamu mau ajak aku jalan-jalan aku nggak akan nolak kok." ujarnya dengan senyum lebar

"Kalau aku ajak nikah kamu nggak akan nolak juga?"

Demi mengerjab matanya lalu menatapku, "kamu ngelamar aku barusan?"

Aku hanya mengedikan bahuku, "kamu maunya gimana?"

"Tau ah, Brian. Aku mau pipis." Demi langsung berdiri dan berjalan menuju toilet dengan cepat.

Aku tersenyum. Jujur, sebenarnya pertanyaan itu secara tiba-tiba keluar dari mulutku. Aku belum mau menikah, belum untuk saat ini, umurku masih dua puluh enam tahun, masih terlalu muda untuk laki-laki yang memutuskan menikah. Mungkin tiga atau empat tahun lagi aku memutuskan menikah dengan Demi. Demi? Aku tersenyum membayangkan bahwa Demi lah yang nanti akan bersanding denganku di altar.

Pramugari menata meja dan menaruh makanan kami di meja. Aku melihat ke arah toilet, mengapa Demi belum keluar juga, tidak mungkin dia ketiduran kan? Aku mengelus kepala Lee lembut, aku tersenyum melihat Lee, anakku sangat cantik seperti Demi walaupun dia mengambil semau genku.

Aku melirik ketika Demi kembali duduk ke tempatnya, "kamu ngapain aja, kok lama?" tanyaku, menatapnya.

"Pipis, cuci muka." jawabnya

Aku mengangguk, lalu menunjukkan makanan padanya, "makan dulu."

"Kamu nggak makan?" Demi menatapku bingung.

Aku tersenyum lalu menggeleng, "aku masih kenyang. Nanti aja." Demi mengangguk lalu memakan makanannya dalam diam.

Aku tersenyum melihat Demi makan dengan lahab. Aku tidak menyangka aku akan mencintainya. Padahal dulu aku hanya menganggapnya ibu dari anakku tidak lebih, tapi sekarang bagiku dia bukan sekedar ibu dari anakku lagi.

"Kamu mau?" tawarnya. Aku menggeleng. "Trus kenapa kamu liatin aku aja?" lanjutnya

Aku tersenyum, dia menyadari aku memperhatikannya dari tadi. "Kamu cantik."

Demi berdeham lalu kembali melanjutkan makan nya dengan pipi merona. Aku sangat menyukai rona itu, yang membuat dirinya makin cantik.

*****

Setelah sampai di rumahku, orang tuaku segera memonopoli Lee, mereka tidak membiarkan aku maupun Demi untuk mengajak Lee jalan-jalan. Alasannya, karena mereka jarang bertemu dengan Lee, sedangkan aku dan Demi setiap hari bertemu dengan Lee. Aku menoleh ke sampingku dan Demi yang sedang memainkan ponselnya, sedang apa dia?

"Demi, kamu sedang apa?" tanyaku

Dia melirikku sejenak lalu kembali fokus ke layar ponselnya. Aku mendengus kesal, dia mengabaikanku. Aku bergeser mendekat padanya. Aku sangat penasaran dengan apa yang ada di ponselnya sampai-sampai dia mengabaikanku. Demi bahkan tidak menyadari bahwa aku mengintip ke layar ponselnya. Instagram? Aku mengambil ponselku lalu membuka aplikasi yang sama dengannya.

Demiller : Lee's daddy is so handsome😳😙😻Niana : omg you right, he's so handsome😗Demiller : and sexy😳 @niacandraNiacandra : yeah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demiller : Lee's daddy is so handsome😳😙😻
Niana : omg you right, he's so handsome😗
Demiller : and sexy😳 @niacandra
Niacandra : yeah. Can i get him?
Demiller : no! He's mine. You should back to Maulvi. Don't take mine.😒😤 @niacandra
Brianlouise : yeah chéri i'm yours😘💜 // listen it Ana, i'm hers. Don't try to seduce me😏 @niacandra
Niacandra : you should say thanks to me, Brian😏 @brianlouise
Brianlouise : ya thanks. And i gave you a voucher, all you can eat in LR for free. @niacandra
Niacandra : omg! Thankyouuuu😗😗 @brianlouise

Aku menoleh melihat ke samping dan melihat Demi yang sedang menutupi wajahnya dengan bantal sofa, aku terkekeh melihatnya. Dia berkata aku miliknya, apakah dia juga mencintaiku?
Aku menaruh ponsel ke sofa lalu mencoba menjauhkan bantal dari wajahnya.

"Demi, c'mon. Why you close your face?" Aku masih berusaha mengambil bantal yang menutupi wajahnya, "kamu malu?" lanjutku

Akhirnya setelah sekian lama, dia menyerah dan membiarkan aku menarik bantal dari wajahnya. Aku menatap wajah Demi yang merona merah. Aku tersenyum kecil, dia mencintaiku kan?

Demi berdeham lalu duduk dengan tegak dan tidak mau menoleh ke arahku.

"Mau jalan-jalan?" tanyaku. Demi menoleh menatapku.

"Ke mana?" tanyanya pelan. Aku berdiri.

"Ke mana aja, yuk." Aku mengulurkan tanganku padanya. Demi melihat ke arah tanganku lalu menyambut tanganku. Aku tersenyum lalu menggenggam tangannya erat. Aku berharap dia mencintaiku seperti aku mencintainya. Dan semoga saja hubunganku dengannya bukan hanya orang tua Lee tapi juga dua orang yang saling mencintai.

To be continued.....
*****
Thank you for read, don't forget to vote, guys!😁

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang