M 25 "Haruskah"

140K 6.9K 96
                                    

Maple, dua balita itu. Sudah sangat tampan dengan setelan jas hitam dengan kemeja pink di dalamnya, tidak lupa dasi kupu-kupunya. Satu lagi keranjang bunga, kelopak-kelopak bunga mawar merah mengisi keranjang itu. "Maple, kalian terlihat menggemaskan," seru Kris.

"Thank you, uncle," kata Ceon, "Uncle terlihat tampan, tapi lebih tampan aku," katanya lagi, membuat Kris tertawa. Leon hanya diam, sesekali tersenyum mendengar obrolan adiknya dan uncle Kris.

Dari kejahuan, ada seseorang yang memperhatikan interaksi Maple dan Kris, ia mengepalakan tangannya, hatinya sakit. Mengapa dia tidak bisa dekat dengan kedua buah hatinya, walaupun mereka hadir karena kesalahan tapi dia sangat mencintai mereka. Elvin hanya bisa tersenyum kecut, bagaiaman dia bisa dekat dengan mereka, mungkin hanya dirinya saja yang tahu bahwa Leon dan Ceon adalah anaknya, darah dagingnya, penerus keturunan Pranada.

"Haruskah? Haruskah aku jujur dengan Alda? Haruskah aku mengakuinya?" Gumam Elvin. "Kau harus mengakuinya bodoh!" Teriak dewa batinnya.

Elvin menghembuskan napas panjang, ia menetapkan hatinya, setelah acara pernikahan Kris, dia harus berbicara dengan Alda.

"Kakak!" Teriak seseorang dari balik punggung Elvin, pria itu membalika tubuhnya, menghadap arah sebalikanya. Dia terkejut bukan main. Adiknya, adik kembarnya ada di hadapannya sekarang, dengan pakaian yang sama persis seperti yang ia gunakan.

"Ka-kalian? Kenapa kalian bisa disini?" Tanya Elvin, kedua adik kembar Elvin hanya mengeluarkan cengiran khas mereka.

Elvin memeluk adiknya bergantian, "kenapa kalian bisa ada disini?" Elvin bertanya lagi, sungguh ini kejutan luar biasa, dia bisa bertemua dengan kedua adiknya setelah 4 bulan lebih lamanya.

"Kami menggantikan Mama dan Papa, mereka masih ada urusan di Jenewa, Kak." Elvin menganggukan kepalanya.

"El," panggil Kay, " Axel, Exel! Kapan kalian sampai??" Tanya Kay. "Baru saja," jawab Axel. "El, pakai ini." Kay menyerahkan sebuah gelang.

"Apa ini?" Tanya Elvin. "Itu gelang bodoh," ucap Kay.     

Elvin menatap Kay tajam. "Aku tau ini gelang, tapi gelang ini untuk apa?" Tanya Elvin geram.

"Ini gelang couple, nanti akan ada yang bridesmain yang akan memakainya juga, yang memakai gelang yang sama persis dengan gelang itu, adalah pasanganmu bodoh," ucap Kay.

"Jangan panggil aku bodoh, Kay!" Kay menganggukan kepalanya.

"Kay, gelang kami mana??" Tanya Axel, Kay merogoh saku jasnya, "Sama seperti penjelasanku tadi, yang memakai gelang yang sama adalah pasangan kalian, mengerti??"

"Kami mengerti."

"Aku kira kalian, sama seperti kakak kalian, yang tidak mengerti sama sekali." Elvin menatap Kay tajam, saat mendengar sindirin halus Kay.

Dan kedua kembar itu hanya tertawa terbahak-bahak.

🎋🎋🎋

Bunyi tedak jantungnya, membuat Kris tambah gugup, dia terus mengatur pernapa-sannya. Tidak lucukan kalau dia pingsan di hari pernikahannya.

Alun musik mulai terdengar, Kris semakin deg-degan, dia melihat ke arah depan, di sana ada Elvin dan Kay, Mereka memberikan Kris semangat.

Elma merasa sangat gugup, ini hari pernikahanya. Hari dimana dia selalu impikan semenjak kecil, menikah dengan pria yang selalu menjadi pangeran berkuda putih, di mimpinya.

Wanita itu, mengaitkan tangannya, di lengan tua itu tapi masih terasa berotot. Elma tersenyum, tapi air matanya tidak bisa ia bendung lagi.

"Jangan menangis! Nanti make up mu rusak.  Ini hari bahagiamu El," ucap sang ayah.

M (Aku, Kamu, Maple.)Where stories live. Discover now