37 "Rencana?"

118K 6.3K 75
                                    





"Plak!"
"Plak!

Suara tamparan menggema di ruangan tamu, apartemen Elvin.

Arnina menatap nyalang anaknya, hembusan napas berat, mengiringinya. Tidak ada satu katapun bisa ia keluarkan, amarah dan rasa kecewa di ubun-ubunnya.

"Ma..." panggil Elvin, Arnina memijat pelipisnya, sungguh ini di luar dugaannya.

"Apa?!" Elvin menelan salivanya susah payah. Pria itu berlutut di hadapan ibunya.

"Maafkan El, ma. Elvin tahu, Elvin salah. Tapi Elvin juga tidak tahu akan jadi seperti ini." Arnina hanya bisa diam, tanpa ia sadari air matanya merembes keluar.

"Apa salah mama? Mama sudah ngajarin kamu untuk menghargai wanita, jangan pernah melakukan hal-hal buruk. Mama itu wanita! Rinka juga! Apa kamu mau, hal yang di alami Alda terjadi sama Rinka?!" Elvin menggelengkan kepalanya, ia ikut menangis, menenggelamkan kepalanya di  pangkuan ibunya.

Arnina memukul dadanya, sesak ia rasakan. Tangisnya tidak henti, ia tidak tahu dosa apa yang ia lakukan di masa lalu, sehingga karmanya ia rasakan sekarang.

"Mama jangan marah sama El," Arnina menggelus rambut Elvin.

Elvin mendongakkan kepalanya, ia menatap ibunya.

"Maaf ma," ucapnya.

"Mama tidak marah dengan Elvin, tapi Mama kecewa sama kamu." Elvin menatap ibunya uraian air mata.

"Mama hanya ingin kamu bisa bertanggung jawab dengan Alda dan cucu mama, jangan biarkan mereka larut dalan kesusahan. Sudah saatnya mereka bahagia." Elvin tersenyum, ia mencium punggung tangan ibunya.

Pria itu memeluk ibunya, rasanya bahagia membuncah di dadanya, secara tidak langsung ibunya memberikan restu.

"Tapi ma, bagaimana pernikahan ku dengan Kana." Arnina terdiam. Ia tersenyum.

"Cari bukti, kalau Alda adalah Anna."

"Mama tahu?" Arnina menganggukan kepalanya.

"Karena dia memang Annamu."

"Ta-tapi bagaimana ma..."

"Itu karena, mama merasakannya," ia menaruh telapaka tangannya di dadanya, tepat di hulu hatinya.

"Dan kenapa kamu tahu Alda itu Anna?" Dan sekarang Elvin menjadi gugup.

"I-itu karena, karena..."

"Karena apa El, jangan bohong sama mama!" Arnina menatap Elvin tajam.

"Karena bekas luka, di perut bagian atas Alda sama seperti bekas luka milik Anna."

"Ohhh bagaimana bisa El tahu jika Alda memiliki bekas luka di perutnya?" Alis Arnina naik turun.

"Karena kami tidur bersama."

"Ohh.... apa?!" Arnina berteriak membuat Elvin kaget.

Arnina berdiri, ia berjalan mondar mandir.

"Apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu tidur dengannya lagi?"

"Itu karena Kana, ma. Ia memasukan obat ke dalam kopi El, dan jika tidak ada Alda mungkin El tidur dengannya," ucap Elvin.

"Dasar wanita ular." Arnina berdecak tidak suka. "Mama akan bantu kamu membatalkan pernikahan palsu ini. Meski melawan papa dan kakek mu." Elvin memeluk ibunya, Erat.

"Terima kasih mama, El sayang mama!" Arnina tersenyum.

🎋🎋🎋


"Brakk!"

M (Aku, Kamu, Maple.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang